Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 93 - Percakapan Antar Dua Pria part 2

Chapter 93 - Percakapan Antar Dua Pria part 2

Malam itu Bulan merenung. Benar-benar merenung. Memikirkan jalan yang kini telah ia pilih. Mungkin meninggalkan Dhany tanpa memberikan nya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya adalah sama beresiko nya dengan memilih Bagaskara. Percakapannya dengan Achilles seharian tadi cukup banyak membahas dunia polisi sepengetahuan Achilles. Dan itupun cukup membuat Bulan memikirkan lagi alasan penguatnya untuk memilih Bagaskara. Apa aq cukup kuat untuk berjalan di sisinya? Apa aq dapat menerima kenyataan bahwa jam kerja di dunianya sangat tidak tentu? Apa aq memiliki hati yang kuat saat melihat betapa resiko yang ditanggung Bagaskara sangat besar.. mengingat dunia nya akan sangat sering menenggelamkan diri dalam bahaya? Bahkan mengingat kejadian waktu itu ketika ia dijambret..ooh..cukup sekali saja seumur hidup..Bulan berharap jangan sampai ia mengalaminya lagi. Tapi..seorang polisi..itu adalah salah satu tanggung jawabnya..Tugasnya menjaga stabilitas keamanan negara bersama dengan semua aspek masyarakat. Mengayomi masyarakat.. Mengorbankan waktu untuk keluarga demi tanggungjawab kepada bangsa dan negara. Tidak menghiraukan kondisi tubuh dan kesehatan mereka. Bahkan tidak jarang seorang anggota kepolisian meregang nyawa dalam bertugas. Mengorbankan dirinya demi negara.

Sungguh..baru kali ini Bulan menyadari betapa besar hati yang perlu ia persiapkan untuk membulatkan tekad berjalan di sisi seorang Bagaskara. Apa ia akan mampu?

Ponselnya bergetar..sebuah pesan masuk

Bagaskara ๐Ÿ’Œ, " Apa kau sudah tidur?"

Bulan ๐Ÿ’Œ, " Belum. Kau di mana?"

Bagaskara ๐Ÿ’Œ," Di hati mu..aq tau kau sedang memikirkan aq ๐Ÿ˜‰."

Bulan ๐Ÿ’Œ, " Untuk apa aq memikirkan mu? "

Bagaskara ๐Ÿ’Œ, " Karena seharian tadi kau dan temanmu itu membicarakan aq. Apa aq benar?"

Bulan ๐Ÿ’Œ, " Apa kau menguping?"

Bagaskara ๐Ÿ’Œ, " Aq tidak perlu melakukan itu. Bukankah tadi siang kalian berdua berada di resto cepat saji dekat boutique?"

Bulan tersadar..pasti mudah bagi Bagaskara untuk mendapatkan informasi tentang dirinya..mengenai caranya..Bulan tidak tertarik untuk mengetahuinya.

Bulan ๐Ÿ’Œ, "Baiklah..aq perlu teman diskusi. Aq hanya membahas dunia mu sedikit dengan Achilles. Apa kau keberatan?"

Bagaskara ๐Ÿ’Œ, " Sama sekali tidak..Hanya saja jika kau ingin mengetahui nya, kenapa tidak kau tanyakan langsung kepada q?"

Bulan ๐Ÿ’Œ, " Aq tidak ingin mengganggu waktu mu."

Bagaskara ๐Ÿ’Œ, " Kadang masyarakat memiliki pandangan lain kepada kami. Aq tidak menyalahkan hal itu. Tapi untuk mu..q harap kau memberikan izin untuk aq menjelaskan dari sisi tempat q berdiri, Bulan."

Bulan๐Ÿ’Œ, " Setiap individu memiliki hak yang sama dalam berpendapat, Bagas. Apa pedulimu tentang pendapat dari sudut pandang q?"

Bagaskara ๐Ÿ’Œ, " Aq menginginkan mu, Bulan..itu bedanya. Aq berharap kau mau menerima q untuk melangkah di sisi mu. Aq tidak mengizinkan kau mengetahui berbagai pendapat yang akhirnya akan memposisikan dirimu jauh dari q."

Bulan ๐Ÿ’Œ, " Aq harus fair dalam hal ini, Bagas..sumber informasi q harus dari berbagai sudut pandang. Maka aq akan dapat menentukan pendapat q sendiri."

Bagaskara ๐Ÿ’Œ, " Kau benar, Bulan..Maka aq baru akan merasa adil jika kau mengizinkan q untuk memberikan penjelasan."

Bulan ๐Ÿ’Œ, " Baiklah..kau mendapatkan izin q. Berikanlah penjelasan versi mu sekarang."

Bagaskara ๐Ÿ’Œ, " Ok, keluarlah. Aq menunggumu di depan rumah mu, sekarang."

Bulan terkejut, kemudian cepat-cepat mengintip keluar jendela dan melihat sosok tinggi itu tengah bersandar di pintu mobil sambil memperhatikan ponsel di tangannya.

"Oh, dia benar-benar di sini. Kenapa dia selalu melakukannya? Tanpa memberikan kabar tiba-tiba muncul." Bulan tak habis pikir. Baru kali ini dekat dengan pria seperti ini. Sering muncul tiba-tiba tanpa permisi. Mungkin ini kebiasaannya. Namun Bulan merasa senang atas kejutan-kejutan kecil itu. Ia merasa Bagaskara selalu ada di sekeliling nya dan akan mengejutkannya kapan pun ia mau.

Sesibuk apapun Bagaskara dengan jadwalnya, ia akan menyempatkan diri untuk bertemu Bulan.. kapan pun di manapun. Dan ia telah membuktikan nya. Kenyataan itulah yang membuat Bulan merasa nyaman berpegangan padanya. Bukan pada yang lain.

Satu persatu keraguan yang muncul begitu saja dalam waktu yang singkat memang sungguh membuat Bulan bimbang. Namun Bagaskara..dengan kesungguhan nya menepis lapis demi lapis ragu yang membelenggu Bulan. Seperti memompakan udara segar ke paru-paru Bulan dan memberinya sebuah harapan baru yang selama ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Mulai menapaki jalan setapak yang semula tertutup kabut..namun secara perlahan tapi pasti Bagaskara menuntunnya menuju cahaya indah..dan Bagaskara hanya berkata, " Percayalah pada q. Peganglah tangan q erat. Jalan di depan tidaklah mudah tetapi yakinlah aq akan selalu melindungi mu. Aq menawarkan cinta yang mungkin tidaklah sesempurna impian mu. Namun aq berjanji..sekuat tenaga aq akan membahagiakan mu."