Malam itu mereka berdua berbincang di bangku taman rumah Bulan. Keingintahuan nya sangat besar, namun Bulan hanya mengungkapkan sebagian kecil saja.. Bukankah tidak terburu waktu?
Kesan malam yang seperti bersenandung bersama mereka berdua mampu semakin menipis kan jarak di antara ke duanya. Beberapa saat kemudian Bagaskara terdiam.. memandang bintang-bintang yang terlihat seperti ikut melantunkan musik romantis..Bagaskara dengan sengaja membiarkan dirinya terlena masuk ke dalam buaian kasih ruang hati Bulan. Walau ia tau..tidak mudah baginya untuk mencintai..Begitu pula hal nya saat ia berusaha untuk melupakan. Mungkin ia akan memilih hidup selibat selamanya.
" Hmm..Bulan..jika saja aq menjadi satu-satunya milik mu..maka tidak akan ada lagi yang dapat melebihi bahagia q saat itu." Bagaskara mengucapkan kalimatnya tanpa menoleh. Seperti tengah membisikkan sebuah harapan kepada kerlip bintang-bintang di langit. Dan berharap kemungkinan itu hadir di hadapan nya.
Bulan terdiam..malang bagi Bagaskara..dia bahkan belum sempat memberitahu mengenai keputusan nya pada Dhany kemarin. Insiden siang itu bahkan terlupakan oleh Bulan..dialihkan oleh kehadiran Bagaskara yang ternyata mampu membuatnya hanya memikirkan Bagaskara seorang.
Sambil menepuk keningnya, Bulan mengatur setiap kalimat yang akan ia ucapkan. " Bagas, sebenarnya kami telah putus."
Kalimat yang singkat..namun memberikan efek emosional pada Bagaskara. Bulan tidak mengira. " Ap..ap..apa kau bilang tadi? Ulangi, sekali lagi, Bulan.." Ekspresi tidak percaya Bagaskara membuat Bulan geli.
" Kami sudah putus, Bagas..Yaa.. hubungan antara aq dengan Dhany telah berakhir." Bulan memperjelas kalimatnya.
Entahlah..ada rasa hangat dan.. seperti nya ia dapat bernafas lebih lega dari pada hari-hari sebelumnya..Bagaskara mengerutkan garis alisnya..menyelidik. " Kapan kalian memutuskan nya? Di mana?"
Bulan membentuk garis bibir datar karena ia merasa agak aneh.. ketika mengumumkan mengenai berakhirnya hubungan cintanya dengan Dhany..seharusnya ia merasa sedih bukan? Seperti itulah yang terjadi pada umumnya..Namun kali ini.. sedikit berbeda. Tidak ada tangis..tidak ada drama berdiam diri di dalam kamar seperti saat putus cinta dulu, bahkan nafsu makannya tetap biasa-biasa saja. Apa yang terjadi?
" Saat kau mendatangi q sesaat sebelum Dhany menjemput q."
Bagaskara manggut-manggut..berhasil mengingat saat itu.
" Dhany mengajak q makan siang..dan selanjutnya saat kami membahas hubungan kami.. sepertinya biasanya..arah jalan kami berbeda.. bersebrangan." Bulan berusaha mengingat kejadian saat itu.
"Sayang..bukankah saat itu aq kali pertama..mencium mu? Apa Dhany mengetahuinya? Bagaskara menyiratkan rasa prihatin..sedikit. Namun rasa gembiranya tetap tidak mampu ia pertahankan. Senyum itu mengembang.
" Aq rasa ia tidak mengetahui nya. Saat di restoran hotel itu dia sama sekali tidak membahasnya." Bulan menendang kerikil yang ada didekat kakinya. Berusaha menahan gejolak yang timbul akibat kilasan adegan saat Bagaskara menciumnya pertama kali. Ia tidak ingin wajahnya kembali semerah udang rebus.
" Apa kau sedih?" Bagaskara memperhatikan kedua mata Bulan berharap mampu mengartikan setiap percikan sinarnya.
" Yaa.. seharusnya q bersedih..tetapi entahlah..kali ini tidak terlalu menyiksa q."
Bulan menggendikkan kedua bahunya. Merasa bersalah..dan aneh.
" Mungkin karena hubungan kami belum lama terjalin, atau mungkin karena bukan diawali dari saling ketertarikan antara kami berdua, atau mungkin juga karena prinsip yang tidak dapat saling berkompromi, atau mungkin karena.." Bulan sibuk menelaah penyebab alpa nya rasa sedih akibat putus cinta nya kali ini.
" Mungkin karena aq?" Bagaskara menutup kalimat Bulan dengan jawaban sempurna.
Bingung dengan reaksi untuk menanggapi jawaban Bagaskara..Bulan terlihat salah tingkah..
Keintiman yang terjalin antara mereka berdua begitu indah..bahkan malam pun ikut tersenyum bersama mereka berdua. Namun tebalnya aroma cinta mereka ternyata membuat mereka lengah, tidak menyadari..dua pasang mata gelap sedari tadi tengah memperhatikan mereka. Dari dalam mobil hitam tidak jauh dari rumah Bulan. Salah satu pria di dalam mobil itu terlihat begitu sulit menahan emosinya. Sambil menggeram ia menahan tinjunya,
" Aq benar bukan? Perkiraan q selama ini tidak salah bukan? Kau harus menangani pria itu. Kau harus menghentikan langkahnya!!"