Achilles mengamati Bagaskara, dari ujung kaki sampai ujung kepala. " Bulan..kau sangat beruntung. Kau bagai magnet penarik pria-pria terindah pada zamannya." Achilles menjentikkan jari ke arah Bulan. " Kau bisa sebut aq beruntung jika aq berhasil menemukan cinta sejati q." Bulan membalasnya.
Bagaskara terlihat hendak mengucapkan sesuatu, tetapi ia lebih memilih untuk menahan diri.
" Aq ingin mengetahui keadaan mu, Bulan. Apa kau baik-baik saja? Sejak kemarin kau tidak memberi q kabar." Ada nada kekhawatiran saat Bagaskara menanyakannya dengan tulus. " Hmm..kemarin aq sangat mengantuk. Jadi aq tidur lebih awal." Bulan melirik Achilles, berusaha membaca reaksinya. Yah.. kemungkinan besar Achilles akan bertanya-tanya atas hubungan antara mereka berdua. Terlihat jelas dari pandang matanya yang menyelidik.
" Baiklah..aq hanya mampir sebentar. Setelah ini aq akan kembali ke kantor untuk mengurus sesuatu. Oh ya..para pelaku jambret waktu itu akan disidangkan beberapa hari lagi. Kemungkinan kau akan diperlukan untuk memberikan kesaksian. Nanti akan ada surat pemberitahuan resmi dari kantor. Kau bersiap saja, Bulan." Bagaskara mengatakannya sembari berdiri. " Oh, apakah aq harus menghadiri persidangan itu?" Bulan tampak ragu-ragu, ia sama sekali tidak ingin bertatap muka dengan para penjambretnya waktu itu.
"Yah..tunggu saja pemberitahuan selanjutnya. Tenanglah..aq akan mendampingi mu." Bagaskara menenangkan Bulan yang terlihat sangat enggan berurusan lagi dengan mereka. " Apa yang kau takutkan? Tenang sajalah. Mereka residivis, kali ini mereka akan mendapat hukuman lebih lama dari hukuman mereka sebelum nya." Bagaskara mengusap kepala Bulan dengan kasih sayang. Dan reaksi Achilles adalah terkejut, bola matanya seakan akan keluar dari kelopak matanya. Bulan yang menyadari hal itu tampak salah tingkah. Bagaskara memohon diri untuk segera pergi ke kantor. Mereka mengantar nya hingga mobilnya tak terlihat lagi.
" Sudah, cukup. Tutup mulutmu. Kau membuka rahangmu terlalu besar, Achi..air liur mu hampir menetes." Bulan berseloroh.
" Oh, dasar kau..pantas saja kau bersikukuh untuk melepaskan diri dari pelukan Dhany. Apa kau melepas Dhany karena lebih memilih pak polisi itu, Bulan?" Achilles menggoda Bulan.
" Hmm..agak sulit dijelaskan, Achi.. hubungan kami tidak sesederhana itu." Bulan menggendikkan bahunya sembari melangkah kan kakinya kembali masuk ke dalam boutique.
" By the way..penjambretan tadi..apa maksudnya? Apa kau menjadi saksi sebuah insiden penjambretan? Ya Tuhaan..kapan dan di mana itu terjadi? Apakah hanya kau saksinya?" Achilles bertanya khawatir.
" Saksi?? Aq lah korbannya..Inilah salah satu yang membuat q semakin kesal pada Dhany. Ia sama sekali tidak mengetahui kejadian itu. Padahal keesokan harinya kami bertemu, dan luka-luka di tangan dan kaki q sama sekali luput dari perhatian nya. Keterlaluan sekali." Bibir Bulan maju hingga beberapa meter saat ia melampiaskan kekesalannya.
" Are you serious? Dia gk memperhatikan sama sekali? Sungguh, Mr.Tidak Peka. Lalu saat kalian bertemu saat itu apa yang membuat nya tidak menyadari kondisimu?" Achilles berusaha mencari keterangan.
" Yah..dia sibuk menceritakan kehidupannya dan kedekatannya dengan teman-teman wanitanya. Dia memintaku untuk memahami nya. Cara nya bergaul..dan bla bla bla.." Bulan mengganti channel TV kesaluran yang sering memutar film aksi.
" Oh..dasaaaaarrr..sungguh keterlaluan pria itu. Daan coba q tebak..saat itu yang menemanimu adalah sang pak polisi tampan itu? Siapa namanya? Bagaskara?" Achilles mulai membuka toples kacang almond dan mengangsurnya satu persatu ke dalam mulutnya.
" Yaah..kau pintar dalam menebak, Achi..Dia menemaniku sampai semua urusan selesai. Bahkan saat itu ketika maag q kambuh, dialah yang merawat q. Luar biasaaa..orang yang mengaku sebagai kekasih q bahkan tidak menyadari luka-luka q." Bulan menyesap jus mix fruit nya.
" Apa kau tidak mengabari Dhany saat kejadian?" Achilles tampak penasaran.
" Tas q dijambret lengkap beserta isinya, Achi..ponsel q ada di dalam tas. Aq bisa apa?" Bulan membuat garakan memutar dari ke dua bola matanya.
" Oh..I see..sorry.. lapar..gak fokus." Achilles memberikan pembelaan.
" Seperti nya aq mulai memahami perasaan mu.. Hanya saja.. astaga! Ada apa dengan Dhany? Dia sama sekali tidak menghargai apa yang ia miliki. Oh..mungkin sebenarnya ia hanya menyimpan mu untuk bagian yang terbaik dalam moment terbaiknya. Tapi ia menyimpan mu terlalu rapat. Ia lupa.. kekasih nya adalah dari kalangan manusia. Punya hati, punya rasa..dan bisa berfikir. Tidak semestinya diperlakukan seperti itu." Selesai mengatakan kalimat nya, Achilles mendapatkan lemparan majalah dari Bulan.
"Sembarangan bicara." Bulan bersiap melempar majalah berikut nya.
" Hey, apa salah q? Aq mengatakan hal yang benar kan? Kau adalah dari kalangan manusia." Achilles sibuk menghindar dari serangan Bulan.
" Tapi..Bulan.. omong-omong..mustahil kau tidak tertarik pada Bagaskara. Q perhatikan dari caranya memperlakukan mu.. sangat tidak biasa..Dan dia punya wibawa..dan dia kereeen. Jika tingkah Dhany dengan segala prinsipnya membuatmu bingung.. sedangkan Bagaskara.. Apa kau yakin? Dunia nya benar-benar berbeda dengan mu. Bukankah keluarga mu tidak ada yang militer? Lalu bagaimana kau akan beradaptasi? Setau q..mereka punya aturan yang sangat mengikat. Bukan hanya untuk mereka tetapi juga untuk pasangan hidup. Aturan yang ketat. Hirarki mereka..sangat kental sekali. Mereka terikat adanya tongkat komando.. Apa kau yakin masuk ke dalam dunia seperti itu, Bulan?..Hanya saja..jika kau benar-benar ingin memilihnya untuk masuk dalam kehidupan mu.. sebaiknya kau pertimbangkan sekali lagi. Kau harus persiapkan mental mu terlebih dahulu. Karena pilihan mu kali ini sangat..berbeda.