Masa lalu Dhany yang membentuknya menjadi sosok perfeksionis agaknya sangat mempengaruhi dirinya dalam setiap langkah pengambilan keputusan. Termasuk pula caranya dalam menyikapi masalah pribadi. Tidak ada salahnya dengan itu, bukankah bagus menjadi sosok seperti itu? Perfeksionis. Ingin terlihat selalu sempurna.. Yaa.. mungkin saja..tapi manusia tetaplah manusia..tidak ada yang sempurna. Akan ada saja babak di mana ia akan mengalami miss atau slip, out of control.. Manusiawi. Jika saja ia dapat menerimanya.. Namun tidak dengan Dhany..ia sedikit berbeda. Kesalahan sekecil apapun tidak ditolerir. Sejak semula saat pertama kali ia melihat Bulan.. kemudian mencari segala informasi tentang dirinya, segala kemungkinan telah ia perhitungkan..Ia pun memutuskan untuk memastikan Bulan masuk ke dalam daftar prioritas hidup sempurna milik nya. Daan..ceritapun dimulai.. Achilles sang pembuka jalan.. akhirnya ia menemukan keuntungan dari pertemanannya. Walau pada awalnya ia sama sekali tidak antusias berteman dengan Achilles, seorang mahasiswa biasa tanpa nilai lebih. Namun darinyalah Dhany berhasil mendapatkan informasi berharga dan perkenalan itu tidak akan berjalan mulus jika tanpa bantuan Achilles. Bahkan Achilles tidak menyadari bahwa ia sedang digunakan oleh Dhany. Yaa..itulah takdir..pada umumnya orang-orang akan berkata seperti itu. Tapi untuk Dhany..semua adalah berkat usahanya. Jalan itu, tahapan-tahapan itu..ia telah merincinya dengan detail. Semuanya berjalan sempurna.. hingga ketika.. Bulan meninggalkannya.
Ponsel Bulan berdenting, sebuah pesan singkat masuk..
Dhany 💌, " Sweet.. kenapa tidak membalas pesan q tadi pagi? Apa kau sudah makan siang?"
Bulan memandang layar ponselnya. " Dia mulai menyebalkan. Seharusnya ia paham..aq tidak lagi tertarik untuk berurusan dengannya." Bulan menggelengkan kepalanya. Tidak percaya ia pernah menyediakan ruang khusus di hati untuknya. Seandainya ia tau sebelumnya tipe seperti apa Dhany, ia akan memilih angkat kaki jauh-jauh. Sungguh menyebalkan Achilles..teman macam apa dia? Memberikan q pada pria macam itu. Setidaknya ia lebih mengenal Dhany daripada aq. Atau mungkin Dhany tidak memiliki teman dekat satu orang pun? Hingga tidak ada yang benar-benar mengenal dirinya? Ah, sepertinya itu mustahil. Tetapi..sifat Dhany yang sungguh membuat semua hal dalam hidup nya seimbang..itu sangat sinting. Membuat semua orang sempurna melihatnya..Oh..kenapa aq baru menyadarinya? Ada yang tidak beres.
Salah satu asisten nya memberitahu nya bahwa ada seorang pria yang baru saja tiba mencarinya. Bulan bertanya dalam hati.. siapa gerangan yang datang mencari nya, tampaknya ke tiga asistennya pun tidak mengenal pria tersebut. Ia pun berjalan ke arah ruang depan boutique..
" Achilles!! Apa kabar? Kenapa tidak mengabari q sebelumnya?" Bulan terkejut karena kunjungan temannya itu sangat tiba-tiba. " Hai, Bulan..my beautiful girl.. Q hanya sedang bosan di sana. Aq ingat pernah berjanji untuk mengunjungi mu. And now..here i am." Achilles memeluk sahabat nya dengan hangat. Sebenarnya ia tau ada sesuatu yang terjadi..dan ia datang karena mengkhawatirkan kondis
Bulan memesan makanan online untuk menjamu kedatangan sahabatnya. Ia sedang tidak ingin pergi ke mana-mana. Ia hanya ingin berada dalam ruangan boutique nya di mana ia seringkali mencari inspirasi.
" Bulan..apa kau sehat-sehat saja? Aq perhatikan seperti nya kau agak kurus." Achilles duduk di sofa dekat meja kerja Bulan. " Aq hanya menjalankan sedikit diet. Aq sehat-sehat saja. Tenanglah." Bulan membuka toples berisi kacang almond nya dan mulai mengunyah kacang-kacang almond itu..namun seperti dipaksakan. " Oh, ayolah, Bulan..kau seperti makan makanan basi. Ke mana selera makanmu? Jika kau tidak menginginkan nya, kemarikan toples itu, biar aq saja yang menghabiskannya." Achilles merebut toples itu dari tangan Bulan.
" Achi.. seberapa jauh kau mengenal Dhany?" Pertanyaan Bulan membuat Achi meletakkan toplesnya di atas meja. " Kau ingin tau tentang Dhany? Kenapa tidak dari dulu kau tanyakan pada q?"
"Memangnya kenapa dengan Dhany, Achi? Aq saat itu q pikir dia adalah tipe pria seperti pada umumnya. Dan aq mempercayai mu. Jadi aq tidak terlalu banyak tanya." Bulan memajukan tubuhnya, bersandar pada meja kerjanya.
" Dia baik..tapi..aq memang tidak dekat dengannya. Yang aq tau..dia adalah sosok mempesona bagi semua wanita. Mapan, kariernya bagus, cukup tampan, berkilauan.." Achilles menjelaskan yang selama ini ia lihat dari Dhany.
" Tapi Achi..itu tidak cukup..kau hanya mengatakan apa yang terlihat dari luar saja." Bulan mrengut.
" Nah..itu wilayah mu, Bulan..kau kekasih Dhany. Untuk apa berusaha mengenalnya secara pribadi? Aq pria normal." Achilles membuka toples berisi kastengel di meja tamu.
" Jadi..kau tidak pernah mengenal nya secara dekat?" Bulan memicingkan matanya. " Tentu saja tidak, Bulan.. Dia termasuk salah satu yang sulit untuk didekati. Walaupun dia terlihat humble dan dapat dekat dengan siapa saja..tetapi ia seperti memiliki batas tinggi antara dirinya dengan lingkungan. Dan di dalam batasan itu..ada misteri.." Achilles menggunakan intonasi misterius di akhir kalimat nya.
" Oh, Achi..kau ini keterlaluan..kau memberikan sahabat mu ini kepada orang yang bahkan kau tidak mengenalnya dengan baik. Kau ini sahabat q atau bukan?" Bulan memutar bola matanya, tidak percaya atas keluguan atau lebih tepatnya kebodohan Achilles.
" Sebenarnya apa yang telah terjadi, Bulan? Katakan. Kau hanya akan membuat q kehilangan nafsu makan q.. Atau malah membuatnya menjadi berkali-kali lipat." Achilles menutup toples almond dan mulai berkonsentrasi dengan kastengel di hadapannya.
" Kami putus, kemarin.." Dengan intonasi menurun Bulan menjelaskan.
" Hah!! Lanjutkan.." Achilles tampak tidak terlalu terkejut.
" Dia..oohh..bayangkan..beberapa hari yang lalu ia meminta izin q untuk berkencan dengan mantan kekasih nya! Can You believe that?" Bulan melebarkan mata saat mengatakannya.
" What? Tidak mungkin. Dia pasti hilang akal sehatnya. Kalau aq jadi dia, untuk apa aq memberi tau mu? Dasar pria bodoh." Achilles menggeleng kan kepalanya.
" Bukan itu point nya, Achi.. Selama ini dia masih berhubungan dengan mantannya itu. Dan seringkali mengabaikan q demi dia" Bulan berusaha menjelaskan dengan menahan kekesalannya.
" Dan itu bukanlah titik nadir q. Aq sangat ingat saat Dhany mengatakan bahwa urusan antara dirinya dengan mantannya itu benar-benar telah selesai. Dan apa yang terjadi? Mereka bertemu, berduaan di hotel, tengah malam." Bulan mengatakannya dengan nada lelah. " Oh, sudah cukup..aq tidak ingin membahasnya lagi.
" Bulan.. sebenarnya aq telah mengetahui hal ini dari Dhany. Dia yang meminta q datang kemari. Tapi tenanglah..walau ia tidak meminta q, aq tetap akan mendatangi mu saat kau sedang butuh nasihat q." Pernyataan Achilles membuat Bulan membelalakkan kedua matanya. " Kau! Apa lagi yang ia katakan padamu?" Tubuh Bulan menegang.
" Tenanglah.. aq di sini sebagai teman mu. Bukan pihaknya Dhany. Jika ia berani menyakiti hati mu, maka aq akan berdiri di depan mu, Bulan.." Achilles menenangkannya.
"Jika benar yang kau katakan mengenai berbagai perhatian yang ia berikan kepada mantannya daaaaan teman-temannya.. sedangkan ia tidak mempedulikan mu..maka..sungguh dia pria breng**k! Aq mendukung mu untuk meninggalkan nya, Bulan. Sedangkan dia mengatakan pada q bahwa yang terjadi diantara kalian hanyalah kesalahpahaman..Dia melakukannya untuk memuluskan hubungan kalian. Dia memang pria sok perfeksionis yang payah. Dia membuat semua hubungan sosialnya terlihat sempurna..namun kekasihnya sendiri malah terabaikan. Tapi dia punya alibi untuk ini, Bulan.." Achilles menurunkan nada suaranya.
" Alibi? Apa maksudmu?" Bulan tidak paham.
" Dia berkata bahwa saat ini waktunya memang sengaja ia fokuskan untuk kehidupan sosialnya. Sedangkan untuk kehidupan pribadi, yaitu kau, akan mendapat perhatian penuhnya saat kalian sudah menikah nanti. Jadi menurut nya saat ini kau harus lebih bersabar, karena waktu untuk mu akan tersedia banyak nanti saat kalian telah menikah." Achilles meminum latte hangat nya.
" Oh, tidak dapat q percaya! Dia benar-benar mengatakan hal seperti itu pada mu?" Bulan menepuk keningnya, terheran-heran.
" Sedangkan saat-saat sebelum menikah adalah saatnya saling mengenal satu sama lain,berusaha saling mengerti dan..ooh..kenapa dia aneh sekali? Aq tidak mempercayai nya."
" Yaah..aq tidak tau sebelumnya..kenapa dia begini. Tetapi sepertinya dia memang menyembunyikan sesuatu dengan mantan kekasih nya itu. Aq pernah melihat mereka berdua berjalan memasuki sebuah restoran di kota, dan ini bukan hanya satu kali. Sekitar 2 kali. Dan kelihatannya mereka masih cukup akrab." Achilles menambahkan daftar alasan penguat Bulan untuk pergi dari sisi Dhany.
" Oh..waah..senjata makan tuan..Dhany menyuruh q datang menemui mu untuk menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi antara kalian. Tapi yang terjadi kini malah aq mendukung mu. Ooh..dasar aq.." Achilles meminum lattenya lagi hingga hampir habis.
Tiba-tiba mereka berdua terkejut atas kehadiran seorang pria yang masuk ke dalam ruangan.
" Oh, Bagas..kau.. seperti biasa..mengejutkan.." Bulan berdiri menghampiri Bagas yang saat itu mengenakan celana cordoray coklat tua dan kaus mint muda. Jaket jeans warna senada dengan celananya digulung dibagian lengannya sampai dekat ke siku. Bulan menggamit Bagaskara untuk segera bergabung dengan nya dan Achilles.
" Bagas perkenalkan, ini Achilles, sahabat q saat kuliah. Dia sangat terkenal di kampus." Achilles dan Bagaskara berjabat tangan saling memperkenalkan diri.
Achilles yang baru pertamakali ini bertemu dengan Bagaskara sempat terdiam. Dia ingat..bahwa Dhany sempat menyinggung perihal pria lain yang hadir dalam kehidupan Bulan. Apakah mungkin ini lah pria yang dimaksud Dhany. Jika benar..oh..pantas saja dia terdengar begitu frustasi saat menjelaskan hal ini lewat telepon kemarin. Sepertinya Bulan tampak lebih santai saat di sisi pria ini dari pada saat di sisi Dhany. Aq mengamatinya. Yaa..bahasa tubuh Bulan sangat berbeda. Jauh berbeda..