Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 88 - Saat Prinsip Mematahkan Hati

Chapter 88 - Saat Prinsip Mematahkan Hati

Udara di restoran itu cukup sejuk sebenarnya. Suasananya juga sangat tenang. Namun musik yang mengalun lembut pun tidak mampu mendinginkan kedua hati yang tengah beradu suara. Bahkan prinsip yang selama ini diagung-agungkan oleh seorang Dhany yang menganggap nya maha benar pun saat ini mulai mendapati dirinya terhalang dinding pelindung hati Bulan..ia mulai menyadari..bahwa selama ini ternyata ia belum benar-benar masuk ke dalamnya. Yang terjadi selama ini hanyalah ilusi imajinatif belaka yang sibuk membanggakan dirinya sendiri yang merasa mampu menundukkan hati seorang Bulan. Ia hanya berada di dalam pagar rumahnya saja. Bahkan mengintip hatinya pun Dhany belum berhasil. Fakta yang mengiris tipis keegoisannya selama ini..Bulan hanya menunggu waktu yang tepat untuk memulai nya. Dan bukan dimulai dari dirinya sendiri. Sungguh..Dhany merasa terperosok oleh lubang yang ia gali sendiri selama ini. Bulan hanya membantunya..sedikit.

Dhany : " Bulan..aq memilihmu sebagai pendamping q. Aq berniat serius pada mu dari awal. Aq memang tidak pandai dan kurang romantis..But deep down in my heart..I do really love you."

Bulan : " Dhany..cinta tidak cukup hanya lewat kata-kata. Bahkan hadiah-hadiah mu akan terasa hambar jika kau selalu menjadikan q sebagai pihak yang dikalahkan, tidak mau mendengar bisikan hati q, mengirimkan pesan hasil copy paste setiap hari..Dhany.. kantor mu tidak jauh dari boutique q. Tapi kenyataannya waktu yang kau berikan pada q pun tidak banyak. Q yakin perhatian dan waktu mu yang kau berikan pada Nadnad jauuuhhh lebih banyak."

Dhany : " Dia sedang butuh tempat untuk sharing, Bulan.. Dia sedang labil."

Bulan : " Dan kau menjadi ahli terapi psikologis nya? Kalian berdua mulai dekat hanya karena sebagai tim kerja, kemudian merasa cocok satu sama lain. Lalu bagaimanakah dengan yang lain? Jika tidak ada seorang pun yang sudi berteman dengannya maka masalahnya adalah pada dirinya sendiri, Dhany."

Dhany : " Bulan..jika kamu menginginkan q untuk benar-benar tidak berhubungan lagi dengannya itu mustahil. Hubungan kami terjalin begitu saja. Kami punya masa lalu."

Bulan : " Kau jangan buat aq tertawa, Dhany..bukankan selama ini dia yang selalu berusaha menghubungi mu lebih dulu? Mendekati mu setiap ada kesempatan? Wanita macam apa itu? "

Dhany : " Bulan..dia bukan seperti yang kau tuduhkan."

Bulan : " Oh ya? Lalu katakan pada q wanita seperti apa dia sebenarnya? Karena selama yang aq tau..wanita yang suka menghubungi pria yang sudah memiliki kekasih dengan tujuan menarik perhatiannya adalah wanita murah. Apa aq salah?"

Dhany : " Bulan.. berpikir dewasa lah. Jangan menuduh seperti itu."

Bulan : " Berpikir? Kau memintaku untuk berpikir? Apa kau sudah melakukan nya selama ini? Apa kau pernah memikirkan perasaan q? Hubungan kita? Perhatian mu terhadap q? Waktu mu untuk q? Bahkan kau tidak ada di sana saat aq membutuhkan mu."

Bulan menatap sendu ke arah lukisan abstrak dengan siluet kepala kuda hitam di seberang mejanya. Ia mengingat saat ia berurusan dengan penjambret waktu itu. Dan Bagaskara lah yang menemaninya hingga akhir. Sedangkan Dhany..bahkan tidak menyadari luka-lukanya yang ada di lengan dan kakinya, dan dengan asyiknya menceritakan kehidupan pribadinya.. kedekatan nya dengan teman-teman wanitanya. Saat itu..Bulan telah merasakan hubungan mereka tidak akan berjalan dengan baik.

Dhany : " Kau..apa maksudmu, Bulan? Kapan aq tidak ada untuk mu?"

Bulan : " Sudahlah..kau memang tidak menyadarinya, Dhany.. Kau hanya peduli dengan duniamu, lingkaran mu..Dan jika aq tidak salah..dalam hubungan ini..kau hanya memikirkan bahwa aq lah yang memasuki dunia mu. Tidak pernah sekalipun kau berpikir bagaimana cara mu untuk masuk dan memahami dunia q."

Dhany terhenyak..Bulan benar..tidak sekalipun ia memikirkan kehidupan milik Bulan. Ia tidak pernah berusaha untuk mencari tau, berusaha melebur..menyatu ke dalamnya..Ya..yang selama ini ia lakukan adalah mencoba memaksakan Bulan agar bisa terlihat manis di sisinya. Dia lah yang menentukan posisi dan ruangan untuk Bulan di dalam hidupnya. Ia tempatkan di sana hanya sebagai..pelengkap saja.. Sedangkan yang Bulan harapkan adalah lebih dari itu. Seorang pendamping hidup yang saling melengkapi satu sama lain. Menyertai dan menjadi satu.

Dhany : " Bulan..maafkan aq jika selama ini aq terlalu sibuk dengan dunia q sendiri. Aq mengabaikan mu."

Bulan : " Itu adalah cara hidup mu, Dhany..aq pun tidak menyalahkan mu. Aq menyadari hal itu. Kau punya hak untuk memilih setiap prinsip hidup mu sendiri."

Dhany : "Apa kau mau memaafkan q?"

Bulan : " Setelah menyadari bahwa memang itulah adanya dirimu..aq memaafkan mu, Dhany..Tetapi aq juga meminta maaf mu..Aq pikir..aq akan mengalah saja. "

Dhany : " Mengalah? Apa maksudmu? "

Bulan : " We don't fit each other, Dhany.. Prinsip-prinsip mu.. menyakiti q."

Dhany : " Bulan..aq telah memilih mu. Berpikirlah dewasa dan bijak. Jangan memutuskan sesuatu saat kau emosi."

Bulan : " Dhany..apa kau lihat aq sedang emosi sekarang? Bukankah kau ingin aq bijak dan dan lebih dewasa dalam hubungan ini? Kau tidak dapat melindungi hati q dengan baik. Lalu untuk apa kita paksakan?"

Dhany : " Kenapa kau sangat mudah menyerah, Bulan?"

Bulan : " Apa yang kau harapkan dari q, Dhany? Memaklumi setiap kali kau membatalkan janji dengan q? memahami setiap kali kau lebih memilih meluangkan waktu mu bersama dengan teman-teman mu? Atau kau menginginkan q untuk bersikap biasa-biasa saja saat kau asyik berhubungan dengan mantan mu dan kencan di hotel?"

Dhany : " Bulan, cukup! "

Bulan : " Katakan di mana letak kesalahan q, Dhany?"

Dhany : " Bulan..kau berlebihan..ini tidak seperti yang kau bayangkan."

Bulan : " Kau menganggap q berlebihan? Ok, bagaimana jika aq berhubungan lagi dengan pria yang punya kisah masa lalu dengan q? Kau tidak perlu tau detil setiap kisahnya. Tapi tidak menutup kemungkinan juga seindah kisah kasih mu dengan Nadnad. Bagaimana?"

Dhany : " Bulan..kau jangan mengada-ngada."

Bulan : " Kenapa? Apa kau terganggu? Ini belum terjadi dan kau sudah meragukan q?"

Dhany menghela nafas panjang..ia tidak menyangka akan menghadapi situasi di mana ia merasa dipojokkan oleh seorang wanita seorang diri.

Dhany : " Baiklah, Bulan..aq tidak menyangka ternyata selama ini aq telah sering menyakiti hati mu. Aq minta maaf..tapi tolong.. bersabarlah sedikit pada q..Jangan menyerah pada q, Bulan."

Bulan : " Dhany.. Aq tidak akan pernah bisa menerima dirimu yang seperti ini. Aq tidak suka meminta seseorang merubah prinsip hidupnya demi aq, karena suatu saat ia akan kembali pada prinsipnya lagi. Itu hanya sementara saja. Dan yang q lakukan saat ini adalah usaha q melindungi hati q. Dhany..aq tidak sudi disakiti lagi oleh cinta. Dan kau sudah melakukan nya. Dhany.. sebaiknya memang aq mundur dari kehidupan mu."

Dhany : " Bulan.. don't. Please.."

Bulan : " Sebelum semuanya semakin rumit dan lebih menyakitkan..Dhany..aq mohon lepaskan aq."

Tatapan mata mereka beradu. Kali ini tidak ada bara di dalamnya. Tidak ada pusaran arus yang berputar seperti biasanya. Kali ini..sinar mata itu..dingin.