Sengaja mengabaikan puluhan misscall dari Dhany sepanjang malam. Pesan-pesan singkat yang hanya beberapa saja Bulan sempatkan untuk membacanya. Selebihnya hanya ia lewatkan.
💌 Dhany, " Sweet..angkat telepon nya. Aq tau kau belum tidur."
💌 Dhany, " Aq sudah kembali di kamar hotel. Kami hanya bertemu dan berbincang biasa saja. Saat ini dia sudah pulang."
💌 Dhany, " Tadi Nadnad menitipkan salam untuk mu. Di lain waktu ia ingin bertemu dengan mu."
💌 Dhany, " Sweet..besok aq akan menjelaskan semua yang kami bicarakan malam ini. Kau jangan berfikiran macam-macam ya.. please.."
💌 Dhany, " Kita sudah sama-sama dewasa.. aq harap kau dapat lebih bijak dalam menyikapi hal ini. Aq berharap banyak padamu."
💌 Dhany, " Sweet.. I just want you to know..I really love you."
💌 Dhany, " Goodnight, sweet..see you tomorrow.."
Bulan menatap layar ponselnya tanpa ekspresi. Namun jauh di lubuk hatinya, semua kacau. Semua berantakan. Sebagian hatinya yang memang telah ia persiapkan untuk Dhany mulai tertutup kabut. Menghela nafas perlahan-lahan..mulai menguatkan hati dan berjanji untuk tidak mengizinkan nya kembali terluka. Sebelum semuanya terlanjur mendalam, sebelum hubungan ini makin mengikatnya ke jalinan yang lebih rapat, mungkin memang inilah celah yang disediakan oleh takdir untuk q keluar dan menjauh dari nya. Dhany dengan segala prinsip dan hubungan-hubungan nya dengan para wanita itu..sungguh membuat q merasa seperti dalam mimpi buruk.
Bulan menatap dirinya di depan cermin. " Aq harus menentukan langkah q sendiri. Aq berhak memilih. He doesn't deserve me."
Berusaha menutup mata untuk segera tidur malam itu, namun hatinya masih seperti berjaga. Hasratnya untuk segera menyelesaikan hubungannya dengan Dhany mau tidak mau memaksanya membayangkan kemungkinan-kemungkinan esok hari. Khawatir akan luluh nya hati karena buaian Dhany dan alasan-alasannya yang seringkali tak terbantahkan membuat Bulan tidak tenang. " Ooh..sudahlah..ini saat yg tepat untuk q pergi dari lingkaran nya. Mungkin tidak akan ada lain kali."
Terbawa mimpi yang bunganya membuat ia berlari hingga kehabisan nafas. Seperti ada seseorang yang mengejarnya ke mana pun ia berlari. Saat itu mimpi menempatkannya di tengah keramaian sebuah kota. Tidak ada wajah yang ia kenali. Merasa sendiri namun tau ia harus melarikan diri. Tiba-tiba ia melihat sosok Dhany yang berjalan cepat ke arahnya, dengan segera meraih tangannya dan menggenggamnya dengan kuat. Bulan meringis menahan sakit, namun Dhany tersenyum tanpa merasa bersalah. " Dhany, kau menyakiti q. Genggamanmu terlalu kencang." Bulan berusaha melepaskan diri.
" Bulan, ini bukti bahwa aq mencintaimu..aq akan selalu menggenggam mu dengan erat agar kau tidak terjatuh." Dhany tidak menghiraukan pintanya untuk melepaskan dirinya.
" Percayalah padaku, aq akan membahagiakan mu." Bulan membelalakkan matanya, " Stop, Dhany..ini sakit." Bulan menarik tangannya dengan paksa namun Dhany juga bersikeras untuk tidak melepasnya. "Aq sudah mempersiapkan cincin yang sangat indah untuk mu, Bulan. Kau akan sangat menyukainya." Bulan menarik nafas dalam-dalam kemudian menatap kedua mata Dhany lekat-lekat. " Dhany..aq tidak menginginkan cinta seperti ini. Kau hanya menyakiti q tanpa kau sadari." Bulan mendekatkan wajahnya pada telinga Dhany dan membisikkan, " Aq memang telah meluangkan ruang untuk mu dalam hati q. Namun ternyata kau tidak mampu menjaganya dengan baik. Lepas kan aq.. sekarang." Bulan memberikan penekanan di kata-kata terakhirnya kemudian menghentakkan tangannya sehingga lepas dari genggaman Dhany.
Berlari sekuat tenaga, secepat yang ia bisa. Menjauh dan menjauh. Bulan masih bisa mendengar Dhany memanggil namanya. Namun itu malah semakin mamacunya untuk berlari semakin cepat semakin menjauh. Ketika yakin telah berlari cukup jauh, Bulan melambatkan kecepatannya..memeriksa apakah dia benar-benar sudah lepas dari Dhany. Namun ternyata Dhany masih mengikutinya dari belakang, dengan tatapan mata yang seakan tidak mau lepas dari Bulan. Kembali berlari menelusuri jalan yang berkelok-kelok dan agak sempit, Bulan merasa jarak antara dia dengan Dhany semakin pendek.
Panik, cemas, dadanya terasa sesak karena mulai kehabisan nafas..Bulan merasakan kedua kakinya semakin berat. Keringat dingin mulai bercucuran di keningnya.
Jangan sampai dia berhasil menyusul q. Aq harus berlari sekuat yang aq bisa. Aq tidak sudi berada dalam genggamannya lagi. Tidak sudi termakan oleh buaiannya lagi. Sudah cukup!
Tiba-tiba sebuah lengan kuat menangkapnya. Panik Bulan menoleh dan kemudian degup jantung nya semakin bertambah kencang. "Tidak, Dhany, lepaskan aq! Please please..let me go." Bulan sekuat tenaga memberontak. Tidak ada bala bantuan yang datang menyelamatkan nya. Dhany memandangnya dengan penuh rasa puas. Senyumannya membuat Bulan menggigil. Tangannya menggapai-gapai meraih apapun, berharap akan ada yang menarik dan melepasnya dari pelukan Dhany. Air mata putus asa nya mulai meleleh, membasahi pipi..
" Lepasin Aq, Dhany!!!" Bulan terjaga dari tidurnya dalam posisi sangat berantakan. Selimut dan gulingnya telah terjatuh ke lantai, beberapa bonekanya pun letaknya sudah tidak karuan. Keringat dingin membasahi piyamanya. Dan kemudian ia menyadari bahwa ia telah menangis..air mata membasahi pipinya. Terhenyak oleh mimpi buruk yang baru saja ia alami, Bulan melihat jam dinding menunjukkan pukul 4 pagi. Kepalanya agak pening mengingat ia baru tidur selama 2 jam kurang lebih. Dan ditambah lagi dengan mimpi buruk yang sangat mengacaukan moodnya. Bulan memejamkan kedua matanya, berusaha menghapus ingatan-ingatan tentang bunga tidur nya yang mengerikan itu. Namun tatapan mata Dhany, memancarkan kepuasan sekaligus dingin yang mampu membuat ia menggigil ketakutan, mau tidak mau mempengaruhi nya. Membuatnya gentar untuk menghadapinya. " Hari ini.. aq harus mengumpulkan kekuatan yang q miliki untuk dapat melepaskan diri dari Dhany. Ia bukan lah seseorang yang akan tega mencelakai q. Sejujurnya aq lebih khawatir akan kepiawaiannya merangkai kata-kata. Beberapa kali ini aq berhasil terbuai dengan sangat mulus mengikuti kemauannya. Namun kini aq harap semua berbeda. Aq harus menguatkan hati untuk menghadapi nya.
Bulan mengambil ponselnya, mencari sebuah nama dan mulai mengetik di layar.
💌 Bulan : " Pagi, Bagaskara. Sudah bangun?"
Saat itu Bagaskara baru saja kembali dari patroli bersama rekannya. Seketika melihat nama Bulan di layar ponsel, ia pun memicingkan mata khawatir salah membaca. Dan ketika ia meyakinkan diri bahwa benar yang ia baca adalah pesan singkat dari wanita pengisi ruang hatinya, ia pun segera menelpon.
Bagaskara : " Hai, Bulan..ada apa? Apa terjadi sesuatu?"
Bulan : " Oh, tidak apa-apa. Hanya saja aq baru mendapat mimpi yang kurang mengenakkan."
Bagaskara : " Ada apa, sayang? Kau mimpi apa?"
Bulan : " Hmm..mimpi q..biarlah. Tapi saat ini aq hanya ingin tau, apakah kau serius atas setiap kata-kata mu?"
Bagaskara terdiam sejenak..mencoba menelaah apa yang tengah terjadi.
Bagaskara : " Aq selalu serius terhadap apa yang aq katakan , Bulan."
Bulan : " ....".
Bagaskara : " Aq mengorbankan hati q demi mendapatkan mu, Bulan..Tapi jika ini belum cukup..aq akan segera menghadap ke dua orangtuamu untuk menyatakan keseriusan q. Kemudian mengenalkan mu pada ke dua orangtua q."
Bulan : " Bagaskara, apa kau bercanda? Bahkan kita belum terlalu saling mengenal satu sama lain."
Bagaskara : " Kau lah yang belum mengenal aq, Bulan."
Bulan : " Apa maksud mu, Bagaskara? "
Bagaskara : " Apa kau mau aq ke rumah mu sekarang untuk menjelaskan nya pada mu?"
Bulan : " .... "
Bagaskara : " Baiklah, aq akan ke sana, tunggu aq."
Bulan : " Bagas, sudah.. nanti saja. Aq tidak terburu-buru."
Bagaskara : " Baiklah, malam ini, aq akan menjemput mu."
Bulan : " Jangan..hari ini dia ingin bertemu dengan q. "
Bagaskara : " .... "
Bulan : " Kenapa diam? Bukankah kau yang bersedia untuk berbagi? "
Bagaskara : " .... "
Bulan : " Bagas? Apa kau masih di sana? "
Bagaskara : " Mau bertemu di mana? Jam berapa? "
Bulan : " Aq tidak tau. Dia belum memberi tau waktu nya."
Bagaskara : " Kalian akan melakukan apa? "
Bulan : " Yaa..tidak tau. Dia juga belum mengatakan apapun. Terserah dia."
Bagaskara : " Bulan, segera kabari aq jika dia sudah memberi tau jam berapa dia akan menjemput mu."
Bulan : " Apa kau yakin benar-benar ingin tau?"
Bagaskara : " Lakukan saja, Bulan. Aq tidak tenang. Jika kau tidak ingin aq melakukan hal-hal yang di luar kebiasaan q, maka aq akan.." ( Bulan tiba-tiba memotong)
Bulan : " Kau akan melakukan apa, Bagas? Katakan."
Bagaskara : " Maka aq akan merebut mu saat itu juga dari tangan Dhany! "
Bulan : " .... "
Bagaskara : " Segera kabari aq secepatnya."
Bagaskara menutup sambungan telepon. Bulan masih terdiam tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. Tampaknya Bagaskara mulai kehilangan kesabarannya.