Malam itu kabut turun hingga menghalangi sinar rembulan. Sedangkan udara menjadi lebih dingin dari pada malam-malam sebelumnya. Begitu pula dengan apa yang dirasakan oleh Bulan. Hati yang mencoba mendua.. ternyata baginya ini tidaklah semudah yang selama ini ia bayangkan. Tentunya merobek prinsipnya sendiri adalah seperti mengkhianati diri sendiri. Tetapi jika mengingat kembali hubungan dengan Dhany.. ia merasa tidak mampu untuk mengimbanginya. Bulan tidak ingin memaksakan diri sendiri untuk memperjuangkan satu cinta yang tidak eksklusif diberikan padanya. Sedangkan rasa cemburu itu pasti ada. Akan jadi seperti apa nanti hubungannya dengan Dhany jika bertahan dengan prinsip seperti itu? Tetapi Bulan juga tidak ingin memutuskan hubungannya secara serta-merta.. Ia masih memberi waktu..mungkin Dhany bisa berubah. Mungkin saja..
Nada dering ponsel mengejutkannya.. Dhany menelepon..mungkin hanya untuk mengucapkan selamat tidur.
Bulan: " Ya..Halo, Dhany..ada apa?"
Dhany: " Hai, sweet..sudah di rumah?"
Bulan: " Ya, Dhany..q sudah di rumah. Kau di mana?"
Dhany: " Aq baru keluar dari kamar hotel q. Nadnad tengah menunggu q di restoran hotel, di lantai bawah."
Oh my Gosh.. ternyata dia tetap pada pendiriannya.. bertemu dengan mantan kekasihnya itu.. Dan kenapa Dhany masih memanggilnya dengan nama kesayangannya itu?
Bulan: " Are you serious? Hampir tengah malam begini?"
Dhany: " Ya..kami baru bisa bertemu sekarang."
Bulan: " Lalu kenapa kau menelepon q?"
Dhany: " Sweet..aq hanya ingin kau percaya bahwa aq tidak macam-macam."
Bulan: " Bagaimana caranya agar aq tau jika kau tidak macam-macam, Dhany? Kau di sana dan aq di sini."
Dhany: " Setidaknya kau tau bahwa aq tidak macam-macam..Jika kau mau, aq tidak akan memutuskan sambungan telepon ini agar kau tau pembicaraan kami."
Bulan: " Jangan konyol lah. Kau pasti bisa jaga diri mu baik-baik bukan? Tidak perlu kau aktifkan sambungan teleponnya. Tidak perlu sejauh itu."
Dhany: " Apa kau yakin?"
Bulan: " Lagi pula aq tidak ingin mengetahui percakapan di antara kalian."
Dhany: " Aq sedang turun di lift, sayang.. tunggu sebentar ya. Mungkin akan sulit signal nya."
Bulan: " Baiklah."
Ooh..jam berapa ini? Sudah hampir tengah malam dan mereka berdua malah berkencan di restoran sebuah hotel? Percakapan apa yang mereka lakukan? Dan kenapa malam-malam begini? Sepenting itukah dia hingga Dhany masih meluangkan waktunya sampai tengah malam begini?
Dada Bulan terasa panas. Ini pasti cemburu yang ia rasakan walau tidak sebanyak yang ia rasakan saat tau ulah Leo. Mengapa Dhany mengujinya..Dan kini pikiran liar itu akan terus berkecamuk dalam dirinya saat Dhany dan mantan kekasihnya tengah makan malam berdua di sebuah restoran dalam hotel tempat Dhany menginap.
Ooh..Dhany.. seandainya kau tau.. kau telah menyiksa q dengan ulah mu. Semestinya dari nada bicara q pun kau seharusnya paham..bahwa aq tidak nyaman dengan pertemuan kalian. Tetapi mengapa malah kau lanjutkan..Apakah menjaga hati q tidaklah penting, Dhany?
Ponsel Bulan kembali berdering.
Bulan: " Ya, Dhany.."
Dhany: " Hai sweet..aq sudah di luar pintu lift. Sekaran aq menuju restoran. Apa kau yakin tidak ingin mendengarkan percakapan kami?"
Bulan: " Aq sungguh tidak tertarik, Dhany. Mungkin dia ingin membicarakan privacy kalian? Aq sangat sangat tidak tertarik."
Nada bicara Bulan sebenarnya sudah semakin ketus pada titik ini. Namun Dhany seperti dengan sengaja mengabaikannya. Dan ini membuat Bulan semakin kesal.
Dhany: " Baiklah, setelah pembicaraan kami selesai, aq akan segera menghubungi mu, sayang.. don't worry..I can take care my self."
Bulan: " Bye, Dhany."
Bulan segera memutuskan sambungan telepon. Kesal se kesal kesalnya hingga ia meremas boneka berbentuk hati yang ada di sebelahnya. Heran sekali..hati apa yang ditawarkan oleh Dhany selama ini untuk dirinya? Apakah hati Dhany memang terbuat dari es sehingga tidak mampu mendeteksi kegalauan yang tengah Bulan rasakan? Sejak beberapa hari yang lalu ia merasa bahwa Dhany tengah mempermainkan setiap mood di dalam hatinya, naik turun. Kemudian seperti dengan sengaja meletakkannya begitu saja, diabaikan..demi..mantan kekasihnya..
Dan kemudian Bulan terhenyak..tersadar..hampir seperti ditampar oleh kenyataan bahwa Dhany masih peduli akan mantan kekasih nya.
Fakta bahwa ia tetap meluangkan waktu istirahat nya, tengah malam begini..untuk bertemu? Fakta bahwa ia masih memanggil namanya dengan sebutan khusus? Fakta bahwa ia tidak memperdulikan hati Bulan saat membicarakan rencana pertemuan dengan mantan kekasih nya padahal Bulan dengan jelas mengisyaratkan keberatannya. Fakta bahwa dalam waktu selarut ini..Dhany masih tampak antusias untuk bertemu dengan mantan kekasih nya..itu terdengar jelas dari suaranya melalui ponsel. Fakta bahwa mantan kekasihnya benar-benar mengejar nya hingga tidak mempedulikan waktu..ini juga sangat membuat hati Bulan semakin tidak menentu.
Tatapan mata Bulan nanar ke langit-langit kamarnya. Mungkin ini memang hanya menunggu waktu. Tapi..aq benar-benar tidak ingin menyiksa hati q sendiri. Rasanya baru kemarin pengkhianatan Leo atas cintanya yang membuatnya menangis berhari-hari. Berat. Sakit. Sesak. Kecewa..
Dan kini..saat ia sudah mulai melangkah lagi..lubang kejatuhan itu telah terlihat di depan sana. Masih ada waktu untuk menghindari itu. Mungkin ini saatnya ia melepaskan genggaman tangan Dhany.
Bulan menatap kembali layar ponselnya. Menatap foto Dhany.. " Dhany.. sepertinya..lebih baik kita saling melepaskan tangan antara kita. Kau tidak benar-benar mencintai q."