Dan kini ketika mata q menatap mu melalui jendela hati. Q pikir detik ini pun kau akan merasakan getaran yang sama. Tatapan mu menyatu dengan setiap energi yang mengalir melewati setiap hembusan nafas q. Saat ini..aq mencoba memilah setiap percikan api yang menari dalam sorot mata tajam mu. Yang aq pahami saat ini adalah..jika ketidak hati-hatian q atas buaian cinta sorot mata mu..maka walaupun aq akan tergelincir masuk ke dalam pusaran mu pada akhirnya aq tidak akan menyesal.
"Kenapa kau ingin mengetahui cerita tentang q, Bulan?" Bagaskara menatapnya dalam.." Apa kau tidak takut? Mungkin aq memiliki masa lalu yang kelam..Atau mungkin kisah lalu q terlalu menggores kan patri yang dalam hingga kau merasa akan sulit bersaing? Apa tidak sebaiknya kau lihat saja aq yang sekarang tanpa kau pedulikan masa lalu q?" Kalimat-kalimat mengundang bimbang, menggoda Bulan untuk kembali mempertanyakan alasan dirinya yang ingin mengulik masa lalu seorang Bagaskara. " Aq tidak mempedulikan apa yang pernah kau lalui di masa lalu. Bagi q, setiap insan pasti memiliki kisah nya masing-masing. Dan itu adalah sebuah rangkaian hidup yang tidak mungkin kau ubah. Namun aq yakin..dalam setiap cerita itulah setiap pribadi terbentuk. Setiap nilai dari kejadian yang jalin-menjalin menjadi lembaran hidupmu itulah yang berharga. Dan aq akan bisa mengenal pribadi mu dari setiap nilai yang kau ambil dari mereka. Percayalah..aq tidak akan pernah mencoba untuk menjudge pribadi mana pun. Setiap langkah mu adalah otoritas mu..pun sejatinya dengan semua manusia. Ceritakan pada q, Bagaskara..aq ingin memulai untuk mengenal mu."
Bola mata itu sedikit menggelap. Raut wajah tampan Bagaskara menyiratkan aura dingin saat ia mencoba mengingat masa lalunya. Bulan bertanya dalam hati..apa kiranya yang menyebabkan seorang Bagaskara terluka? Q pikir dia adalah makhluk tangguh yang memiliki segala perisai perlindungan hati yang berlapis-lapis. Atau kah peristiwa masa lalunya demikian pahit?
" Hmm..saat itu..aq tidak terlalu bijaksana dalam menitipkan hati. Aq akui..aq terlalu ceroboh dalam menentukan langkah..karena q pikir jalan hidup q masih panjang. Tidak akan jadi masalah jika aq menjalin hubungan tanpa memikirkan rencana-rencana berikutnya." Bagaskara memberi prolog berbelit, mengisyaratkan penerimaan masa lalu nya yang masih mengganjal hingga kini.
"Apa maksudmu, Bagas? Kalian terbentur masalah apa?" Bulan mencoba menerka.
" Semua indah pada awalnya. Q pikir karena usia kami yang terpaut 5 th akan membuat kami menjadi pasangan ideal. Awalnya dia selalu menjadi kekasih yang manis. Penurut. Bisa diarahkan." Bagaskara melanjutkan.
" Diarahkan? Apakah saat ini dia sudah lepas kendali?" Bulan sedikit terkejut dengan pernyataan Bagaskara. " Pada awalnya.. kedua orangtuanya menyetujui hubungan kami. Namun setelah beberapa waktu berlalu..mereka memiliki orientasi lebih. Mereka berharap calon menantu yang lebih baik lagi."
"Oh..masalah karena persetujuan orang tua lagi..lanjutkan, Bagaskara."
"Saat dia masuk sekolah tinggi kejuruan..di luar kota..saat itulah kami mulai sering bermasalah..Atau mungkin karena selama ini kami tinggal berdekatan jadi aq selalu mudah memantau nya..dan pergaulan nya juga tidak terlalu luas. Namun setelah pindah ke luar kota..segalanya berubah. Mungkin sifat aslinya mulai terlihat saat itu. Kau tau..sifat-sifat asli kita akan dengan sendirinya terlihat saat kita berada dalam tekanan atau pun karena memang sudah tidak ada pengawasan lagi." Bagaskara meminum kopi hitam pesanannya.
" Yah.. people change.. some time..tapi mungkin juga memang itulah sifat asli nya.. Dia semakin dewasa bukan? Pasti diapun butuh proses. Apa perubahannya sangat drastis?" Bulan penasaran.
"Yaa..q terkejut saat mendapati fakta bahwa dia seberani itu." Bagaskara terdiam sejenak, menghela nafas seperti melepaskan beberapa beban dari dalam dadanya.
" Ibunya menyarankan kepada nya untuk menjalin hubungan dengan pria lain, yang dianggapnya lebih sesuai." Pandangan mata Bagaskara menunduk, mengamati cahaya lampu yang terpantul di gelas kopi hitam nya.
"Oh..kau serius? Ibunya menyuruhnya untuk mengkhianati mu? Dan bagaimana dengannya?" Bulan merasakan getaran getir yang merangsek ke dalam jalur hati nya. Sangat sulit dipercaya.. mengkhianati pasangan atas dasar menuruti saran dari orangtua. Inii..sangat aneh. " Maksud q..jika memang tidak setuju mendapatkan mu sebagai menantu..lebih baik putus saja..dengan cara baik-baik. Itu pun pasti akan tetap sakit rasa nya. Tapi dari pada dikhianati? Umm..tapiii..apa kau yakin telah dikhianati, Bagas? Mungkin saja ini hanya strategi ibunya agar kalian putus." Bulan sibuk menerka-nerka. " Tidak, Bulan..Aq mengetahuinya sendiri. Aq bukan pria bodoh. Aq punya cara sendiri untuk menggali informasi apapun, termasuk tentang dia..semua jadwal kegiatannya..sampai dengan foto-foto sebagai pelengkap bukti." Bagaskara tersenyum masam.
" Kau pasti bercanda, Bagas..kau punya foto-foto bukti perselingkuhan nya? Apa kau menguntit? Bulan membelalakkan matanya karena terkejut, tidak percaya.
"Itu mudah bagi q, Bulan..tanpa harus aq yang melakukannya sendiri. Bahkan aq pun melihatnya dengan mata kepala q sendiri. Namun yang aq sesalkan sebenarnya lebih dari itu.. Sebelum semua itu terjadi..aq telah berniat meminangnya.. Kedua orang tua q telah mendatangi orangtuanya..Kami telah mengatakan niat baik kami. Tetapi tanggapan mereka melukai hati kedua orang tua q. Ayah q meminta q untuk melepaskannya sesaat setelah kami tiba di rumah untuk membahas pertemuan kami dengan mereka. Mungkin ayah q bisa melihat gelagat buruk mereka terhadap q. Dan memang itu semua terbukti dikemudian hari. Aah..sudah cukup itu semua." Suara jengah dari Bagaskara mengesankan bahwa hubungannya benar-benar tidak layak untuk diperjuangkan. "Saat itu aq merasa seperti berjuang sendirian..namun bahkan hal yang q perjuangankan pun sebenarnya semu. Tidak ada."
Aq lelaki tak mungkin menerima mu bila ternyata kau mendua membuat q curiga. Tinggalkan saja diri q yang tak mungkin menunggu..Jangan pernah memilih, aq bukan pilihan.
Bulan teringat syair lagu yang dulu pernah menghiasi kisahnya. Iwan Fals..mungkin rasa itu tidak terlalu membekas jika hanya di lihat sebatas permukaannya saja. Tapi ternyata pria setangguh Bagaskara pun bisa memiliki luka dalam itu di dalam hatinya. Ini menyangkut harga diri..
Namun..berikutnya adalah..Bulan yang terdiam..Seperti hati yang tengah terbentur tanya yang akan membuat segalanya tidak menjadi lebih baik lagi. Bahkan mungkin menjadi lebih buruk.
"Bagaskara.. setelah semua yang kau lalui..lalu mengapa kau bersikeras untuk tetap bertahan di sisi q?"