Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 81 - Kau Dan Mantanmu, Aq Dengan Ksatria q Part 2

Chapter 81 - Kau Dan Mantanmu, Aq Dengan Ksatria q Part 2

Jika hati boleh berucap kata yang mampu terdengar maka setiap telinga di dunia ini akan berisik oleh kalimat-kalimat yang mengusik relung setiap jiwa. Kesalahan demi kesalahan yang terkadang tidak kau sengaja telah menginjak tangis akibat ego mu yang sedang melayang-layang..Dan saat egomu kembali pada peraduannya kemudian ada tamparan tajam yang mendarat di kedua sisi wajah mu.. anggap lah itu suatu keberuntungan mu yang lain. Kau masih diberi waktu untuk mengoreksi diri.

Senja itu Bulan lebih banyak melamun. Memikirkan hal-hal terliar yang begitu saja berkelebatan di dalam kepalanya. Untuk apa aq lalui ini semua? Bukankah ini hanya akan membuang waktu? Saat menjalani suatu hubungan, kau tidak usah berjanji. Janji..janji..janji..lakukan saja apa yang seharusnya kau lakukan. Tunjukkanlah dirimu sejujur-jujurnya pada calon pasangan mu. Jika ada perselisihan..maka buatlah kompromi..perbaiki apa yg salah, saling menyesuaikan antara satu sama lain. Jangan hanya berjanji bahwa nanti pasti akan berubah. Ooh..stop it! Just do it!

Berikan bukti-bukti saja. Setidaknya..tunjukkan sampai mana usaha mu. Oh, Dhany.. sepertinya..aq salah menilai mu..

Bulan tidak memperhatikan gemelincing lonceng kecil di pintu. Tatapan matanya tetap tertuju pada layar ponselnya. Tidak menyadari kehadiran pria berjaket kulit hitam yang di buka bagian depannya memperlihatkan kaos abu abu polos di bagian dalamnya , jeans coklat tua dipadukan dengan sepatu kulit warna coklat muda tanpa tali. Tampilan maskulin yang sangat menyegarkan setiap pasang mata wanita yang memandangnya. Bulan tersadar saat aroma musk yang maskulin itu menggelitik hidungnya. Dia mulai terbiasa dengan aroma tubuh pria yang secara diam-diam mulai mengambil alih perhatiannya sedari awal. Namun saat melihat pria tampan di hadapannya.. sepertinya ia kembali larut dalam lamunannya.. Antara mimpi dan nyata..Bulan menikmati pemandangan itu. Pikirannya seperti secara paksa membuka lembaran lain di halaman berikutnya..tentu saja kali ini menyajikan penawaran yang lebih menarik. Ia tau..akan sulit baginya untuk melewatkan halaman ini.

" Kau sedang memikirkan apa? Apa kau sedang kurang enak badan, Bulan?" Bagaskara menyentuh wajah nya untuk memeriksa suh tubuhnya. Namun alih-alih menyentuh dahi nya, Bagaskara malah mencubit dagu Bulan yang belah. Sadar akan gurauannya Bulan menarik nafas, " Oh..Kau hanya ambil kesempatan untuk menyentuh dagu q, Bagas." Bagaskara tersenyum melihat Bulan yang tersipu karena ulahnya.

" Lihatlah..kau bahkan terlihat sangat manis saat merasa malu, Bulan." Bagaskara masih berusaha menggoda nya. Bulan makin salah tingkah dan berusaha mengalihkan topik pembahasan. " Aq lapar, ayo makan." Ohh..pemikiran spontanitas yang saaaangat membantu sekali. Pikir Bulan. Kenapa topik kelaparan yang terpikirkan saat ini? Kenapa bukan topik lain, misalnya diskon toko sebelah atau topik Perang Dunia ke 2? Bulan menyesali ucapannya. Namun apa boleh buat..hal itu malah menarik garis senyum Bagaskara menjadi semakin lebar. " Baiklah gadis yang tengah dilanda kelaparan..kau ingin makan apa malam ini?"

" Apa saja..yang penting bukan kau." Bulan berseloroh sambil mengambil tas nya di balik meja. Sambil terus berupaya menghindari tatapan langsung dari mata Bagaskara yang tengah menggodanya, Bulan cepat-cepat memberi isyarat pada ke 3 asistennya bahwa dia akan pulang lebih dulu.

Di dalam mobil, Bulan tidak berani membuka topik obrolan. Masih berjaga-jaga dari serangan Bagaskara yang tampaknya sangat bersemangat malam ini. "Aq akan mengajak mu ke sebuah tempat makan yang sedikit lebih jauh dari biasanya, Bulan. Aq tau kau sudah kelaparan..bukalah kotak di kursi belakang mu, ada beberapa roti yang q beli untuk mu. Makanlah."

Tanpa menjawab Bulan segera mengambil kotak berisi roti-roti yang tampak menggiurkan. Memilih croissant dan segera melahapnya. "Sepertinya kau memang sangat kelaparan.. Apa kau seharian ini tidak makan?" Bagaskara mengerlingkan matanya memeriksa Bulan. " Tubuh mu sudah sangat sempurna, Bulan..untuk apa kau diet?"

Tersedak karena pujian yang diselipkan Bagas dalam kaliamat perhatiannya sungguh membuat Bulan kehilangan semangat makannya. Hatinya kini menjadi lebih tersipu-sipu. " Apa kau punya air minum?" Bagaskara mengambil persediaan minuman kaleng nya di box. " Minumlah, hati-hati."

"Sekitar 15 menit lagi kita akan tiba di restoran yang q maksud." Bagaskara menyentuh pipi Bulan. "Ada serpihan roti di pipi mu."

" Oh, benarkah?" Bulan segera memeriksanya di cermin. " Sudah q hilangkan barusan, sayang.." Bagaskara menahan senyum. Bulan menarik nafas panjang. Wow.. sedari tadi aq terlihat sangat kikuk. Memalukan sekali.

Sekali lagi Bulan menangkap kerlingan sudut mata Bagaskara mencuri pandang pada nya. Bagus sekali..malam ini aq terlihat sangat memalukan di hadapannya.. Dan dia terlihat sangat mengagumkan di mata q. What a perfect night!

Bangunan itu bertemakan kehidupan wild west.. Dunia koboi yang sangat menyatu dengan alam dan sangat maskulin. Gerbang depan yang terbuat dari kayu palang panjang yang dibuat menyerupai pintu kandang banteng. Dinding yang seperti di cat kasar warna krem dan oranye. Rumput hias pendek yang memang disengaja tumbuh di sebagian luas taman depan dan samping. Beberapa tanaman kaktus dan pohon-pohon yang tidak rimbun, diberi hiasan lampu-lampu bohlam kecil bersinar kuning. Para pelayan berkostum jeans belel dan berkemeja kotak-kotak, beberapa di antaranya bahkan melengkapi diri dengan topi koboi dan kain scarf leher. Ada ornamen kepala banteng dari perunggu seukuran banteng sebenarnya dipasang di dinding tengah restoran dekat bar. Meja kursi dan lemari dibuat sedemikian rupa menonjolkan siluet sederhana, kokoh dan tegas khas pria. Sangat menarik.

Seperti biasa, Bulan lebih memilih meja dekat jendela. Selain tidak berisik, sepertinya Bulan menyukai pemandangan yang lebih luas.

Setelah memesan makanan dan minuman, mereka berdua masih menikmati suasanya.

" Baru kali ini aq ke tempat makan yang mengusung tema unik seperti ini. Bahkan mereka menampilkan lagu-lagu bernuansa country." Bulan tampak bersemangat mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Yaa..kau bisa ke sini kapan pun kau mau.. katakan saja pada q, akan q bawa kau ke sini." Bagaskara berkata sambil tersenyum puas, senang karena berhasil membuat Bulan kembali tersenyum.

Bulan membalas senyuman nya..menatap mata Bagaskara lebih dalam.. Sendainya..ia mampu melihat kehidupan pria itu hanya dengan melongok ke dalam jendela hatinya. Ketika tatapan mereka bertemu..dan ada bahasa yang terjalin di tiap sela titian sinar matanya. Getaran itu makin terasa berbeda. Tak hanya menyerang Bulan..namun serangan itu juga berbalik pada Bagaskara..yang mulai meletakkan satu persatu dinding pertahanan yang selama ini ia ciptakan sendiri di bawah kaki seorang rembulan.

"Aq ingin tau..ceritakanlah tentang diri mu, Bagaskara..kali ini..aq ingin mengetahui diri mu lebih dalam.."