Baiklah.. seketika degup jantung Bulan berirama berbeda. Pelan tapi pasti..meningkat dan juga mendingin..tetapi kali ini berbeda..dingin? Keringat dingin karena gugup.
Hah? Gugup? Tetapi..apa salahnya jika aq merasa gugup karena seseorang seperti Bagaskara? Dia tampan, gagah, sangat melindungi, daan..dia muncul di dalam mimpi q.. Wajar jika aq gugup.
Wajar wajar saja bukan?
Bulan mengulangi pertanyaannya lagi.. dikhususkan untuk dirinya sendiri..menghela nafas karena ternyata ia pun tidak tau jawabannya.
Oh..ayolah..kami hanya berteman saja..tidak kurang tidak lebih.. Perlu usaha lebih keras lagi untuk membuat q pindah menentukan pilihan hati.
Pikiran Bulan berkecamuk, sibuk dengan beragam pertanyaan dan sangsi2 nya sendiri. Sembari melangkahkan kakinya yang tiba-tiba terasa ringan menuju pintu boutique, Bulan menatap lurus, berusaha menangkap siluet tubuh pria tegap di luar jendela etalase.
Yaa..itu dia.. berdiri di depan boutique..sambil menunduk memandangi layar hp..
Bulan membuka pintu, kemudian mendekati Bagaskara yang masih berkutat dengan ponselnya. " Hai, apa hari ini bebas giat?" Bulan bertanya sembari tersenyum pada sosok tinggi bercelana jean biru gelap dengan atasan polo shirt warna putih. Jam tangan G-Shock hitam dengan aksen biru gelap, sepatu kets abu-abu putih yang sangat pas dan enak dilihat secara keseluruhan. Segar daan..maskulin.
" Ya..tadi hanya apel di kantor, giat sampai jam 12. Setelah itu pulang. Tapi nanti sore ada giat lagi sekitar jam 5. Lanjut sampai malam. Hmm.. Apa kau mau menemaniku makan siang?"Bagaskara menjelaskan jadwal nya hari ini dengan santainya..seolah itu adalah makanan sehari-hari nya. Sedangkan Bulan termangu-mangu berusaha mengerti jadwal kegiatan Bagaskara hari ini. " Wah..apa jadwal seperti ini menjadi menu mu sehari-hari, Bagas?" Yang ditanya pun tersenyum, " Yaa.. kadang dalam situasi tertentu kami bahkan nonstop siaga." Bulan masih berusaha membayangkan kesibukan yang dihadapi oleh anggota kepolisian selama ini, terutama Bagaskara yang kini berdiri di hadapannya.
" Kalian luar biasa.. Ayo, aq akan menemani mu hari ini."
Mobil Bagaskara melaju ke arah dekat pantai. Ada sebuah restoran yang mengusung tema pedesaan, bersebelahan dengan area mini golf buatan satu-satunya di kota mereka. Dan siang itu pengunjung tidak banyak. Hanya beberapa meja saja yang terisi. Bulan memilih meja dekat kolam ikan, meja tersebut berada dalam sebuah gazebo kecil yang memang hanya didesign untuk satu meja saja. Ada sekitar 12 gazebo serupa yang tersebar di area kolam. Seorang pelayan mengantar mereka dan menyerahkan menu. Bulan hanya memesan juice buah dan olahan tahu. Sedangkan Bagaskara memilih kopi, air mineral, 2 tumisan sayur dan 2 ikan panggang.
Angin berhembus pelan melewati helaian rambut Bulan.. Tampak sekali mereka belum terbiasa satu sama lain. Kadang saat tatapan mata mereka bertemu, malu-malu masih jelas terlihat.
"Terimakasih sudah mengajak q ke tempat seperti ini, Bagas..aq tidak tau ada yang sebagus ini di sini." Bulan berkata sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
" Banyak tempat bagus di sini, Bulan..kau hanya belum mengenal kota mu dengan baik." Bagaskara menjawabnya dengan menampilkan senyum yang mampu menggetarkan hati Bulan saat itu. " Ya..kau benar, Bagas.." Bulan mengangguk. " Jika ada waktu lagi, mau kah kau q ajak ke tempat-tempat keren di sini. Bagus untuk merefresh pikiran. Kadang aq sendirian saat melepas penat. Dan di sini cukup banyak destinasi yang apik." Bagaskara menawarkan. " Oh, kau baik sekali, Bagas.. terimakasih. Aq rasa ide mu sangat menggoda." Mata Bulan berbinar..setidaknya ia dapat melepas penat juga..selama di kota ini dia memang belum pernah ke mana-mana.. keluarga nya tidak terlalu suka jalan-jalan di daerah situ. Mereka lebih sering ke luar kota.
" Tapii..jika kau sering bersama q..apa tidak ada yang marah?" Bulan akhirnya menemukan waktu yang pas untuk melontarkan pertanyaan pribadi ini. " Oh, aq sedang tidak menjalin hubungan dengan siapa-siapa." Bagaskara menjawab ringan. " Oh,benarkah? Seseorang seperti mu tidak punya kekasih? Rasanya sulit dipercaya." Bulan dengan cepat menanggapi. " Hmm..percaya sajalah..jarang ada yang bertahan dapat menjalin kasih dengan orang-orang seperti kami. " Bagaskara menjelaskan. " Apa maksud mu?" Bulan menaikkan alisnya penasaran..
" Wanita..seringkali menuntut waktu dan perhatian yang ekstra..sedangkan kami sangat terbatas..waktu untuk diri sendiri saja sering tidak terpenuhi.. kami butuh wanita kuat untuk mendampingi kami." Bagaskara menatap mata Bulan..tatapan mata yang tak biasa. Seperti ada penekanan khusus di akhir kalimatnya. Dan Bulan pun merasakannya.
Entah bagaimana tatapan mata Bagaskara dapat memberikan kesan yang kuat saat itu. Seperti mengisyaratkan sesuatu pada Bulan..
Dan kembali..tatapan mereka yang kini saling berbicara. Entah perasaan itu muncul dari mana..
Ting..ponsel Bulan berdenting menandakan ada pesan yang masuk..
Jantung Bulan terasa mencelos sesaat.. Ada nama Dhany di layar ponselnya.. Sesaat ragu untuk membuka pesannya.
Dhany 💌, " Hai, sweet..sedang apa? Nanti malam temani aq menjenguk teman q yang sedang sakit ya.. aq jemput sekitar jam 18.30."
Bulan 💌, " Ok, kau bisa jemput aq di boutique nanti."
Dhany 💌, " Ok, see you around.."
"Apa ada masalah?"Bagaskara yang sedari tadi memperhatikan Bulan dan menangkap sirat kegelisahan di mata nya. " Oh,tidak..tidak apa-apa, Bagas." Bulan hampir tidak dapat menutupi kegugupannya. Walau sebenarnya antara dia dan Bagas hanya berteman, dan ia sering makan atau keluar bersama teman-temannya saat di kampus.. Seharusnya semua baik-baik saja..Tetapi ia mengakui bahwa saat bersama Bagas..semua terasa berbeda.
Mereka berdua mengobrol ringan yang sebenarnya tidak terlalu berarti, tetapi makin mendekatkan jiwa mereka berdua. Semakin menyukai satu sama lain dan seperti menemukan ruang khusus yang selama ini tak berpenghuni, namun sekarang fit antara satu hati dengan yang lain.. sampai akhirnya Bagaskara memulainya..
Bagaskara, " Hmm..Bulan..aq tau kau telah memiliki kekasih..Aq tau..aq kurang beruntung karena tidak menemukan mu terlebih dahulu. Maafkan aq.. aq meminta izin mu untuk bisa berada di dekat mu..aq tidak akan mengganggu mu..aq hanya ingin masuk ke dalam hidupmu walau hanya berada di tepiannya saja. Itu sudah cukup untuk q. Aq tidak akan menuntut lebih.. Apa kau keberatan dengan pinta q?"
Bulan menatap Bagaskara dengan tenggorokan nya yang tercekat..ini sesuai prediksinya, karena ia pun merasakan hal yang sama. Namun ini tidak etis. Mata itu..tatapan itu yang selama ini membuat gelisah di dalam mimpi-mimpinya.. kini benar-benar membuatnya lumpuh.