"Darius..jika memang ada cinta di antara kita, biarlah itu tumbuh dan berkembang secara alami. Biarlah cinta itu lebih kuat dan akhirnya waktu yang akan memberi jawaban jika memang aq untuk mu." Bulan mengharap pengertian Darius. Dia mencoba melindungi hati Darius dari sakit yang mungkin dapat terjadi jika ia memilihnya sekarang.
" Apa yang kau inginkan saat ini, Bulan? Jika kau tidak memilih q..apakah berarti kau akan memilih Malven?" Darius berkata murung.
" Tidak, Darius..Aq tidak merasakan getaran apapun terhadap Malven. Walau aq tau..dia sudah mendekati q sejak lama..tapi rasa itu tidak ada. Tetapi kau.. aq hanya berusaha untuk melupakan hati q yang kemarin. Dan tidak akan berhasil jika kau yang berusaha ikut menghapusnya. Semoga kau mengerti." Bulan tidak berani menatap mata Darius.
" Aq akan mencoba berfikir semalaman agar dapat mengerti. Tetapi saat ini..aq belum bisa.. Aq tidak mengerti..apa salah q menjadi bagian dalam memori sakit hati mu? Mengapa kau tidak bisa seperti gadis yang lain? Gagal dalam percintaan kemudian bersedia untuk membangunnya kembali dengan teman dari mantan kekasih nya..atau teman satu lingkungannya..Mengapa kau terlalu rumit?"
" Aq menghormati cinta, Darius.. Aq tidak mudah membuka hati q pada setiap pria yang datang mencoba mengetuknya. Bahkan kebanyakan dari mereka hanya bisa berhenti di depan gerbangnya..itu saja. Aq memilih berhati-hati dalam memilih hati. Untuk Leo..aq memang telah salah memilih. Aq terlalu bodoh untuk selalu berfikiran naif untuknya. Tetapi apa yang q rasakan saat ini? Sangat tidak sebanding dengan apa yang q harapkan darinya. Aq..aq ingin mendapatkan cinta tulus dan besar hanya untuk q..Aq yakin cinta seperti itu masih ada. Dan aq ingin menjadi salah satu yang beruntung untuk mendapatkannya. Tapi apakah akan adil jika aq mengharapkan cinta seperti itu tetapi cinta yang q miliki masih berbayang masa lalu? Leo..dia..dia telah menyakiti q lebih dari yang kau tau, Darius. Dia juga menunggu q untuk mau membuka hati q untuknya cukup lama. Aq pikir itu cukup meyakinkan q akan besarnya cinta yang ia tawarkan pada q. Saat itu..dia adalah orang pertama yang akan tampil jika aq membutuhkan apapun itu. Aq terbuai dengan segala perhatiannya. Namun ternyata..bukan hanya aq yang silau akan pesonanya..dan aq tidak menyadari..telah banyak yang aq lakukan demi dirinya. Dan semua itu pada akhirnya..menjadi kebodohan q." Bulan seperti bicara terhadap dirinya sendiri. Mengakui kebodohan-kebodohan yang dilakukannya di masa lalu.
Darius menyadari..selama ini mungkin dia telah salah dalam menilai Bulan. Dia tidak menyangka bahwa Bulan dapat menyimpan rapi segala gundah dan sakit hatinya se dalam ini. Seandainya Bulan tidak mengatakannya..dia pun tidak akan pernah tau. Dia merasa tidak nyaman setelah menyadari bahwa ia tidak sepenuhnya memahami Bulan..
" Bulan.. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik dari itu. Sungguh..aq sangat iri terhadap siapapun yang mendapatkan kesempatan mendampingi mu. Aq mulai mengerti..kau begitu banyak pertimbangan..aq mempercayai mu..Apapun keputusanmu..aq yakin ini untuk kebaikan mu juga.. Tetapi..apa q boleh bertanya? Karena aq sangat penasaran."
"Apapun itu..tanyakan saja, Darius.."
"Apa kau benar-benar tidak terpesona oleh q? Kau tau..aq juga salah satu pria idola di kampus kita." Darius mengedipkan sebelah matanya dengan gayanya yang mampu membuat gadis-gadis menggigit bibirnya.
"Kau..sangat membius..apa lagi saat kau tengah fokus dengan kamera mu, Darius." Bulan menghela nafas merasa menyesal telah melepaskan pria ini begitu saja. Tetapi keputusan telah diambil. Dan semua sudah melalui pertimbangan-pertimbangan yang tidak mudah. Ia tidak ingin kembali lagi memulainya dari awal. Menguji hati dan logika nya kembali. Hal itu sangat menyesakkan.
"Suatu saat..jika aq memang untuk mu..maka waktu akan mempertemukan jalan kita kembali. Kau..kejarlah impianmu setinggi mungkin..buatlah aq makin terpikat oleh mu saat nanti waktu mempertemukan kita kembali." Bulan membesarkan hati Darius..
" Baiklah..kau menang kali ini, Bulan..aq tau..kau berusaha menjaga hati mu. Dan aq tidak akan memaksamu. Tapi..bolehkah aq tetap dekat dengan mu? Aq ingin memiliki akses khusus dalam hidup mu.. Aq tidak ingin melewatkan kesempatan q di masa depan lagi." Darius masih menunjukkan keengganannya dalam meletakkan harapannya.
" Tenanglah, Darius..aq bukan tipe yang gemar menghapus dan memblokir jalan seseorang. Kau tetap memiliki ruang di hati q. Tapi tidak banyak." Bulan menjawabnya dengan hati-hati..khawatir akan menimbulkan harapan-harapan lain yang akan menyesatkannya.
" Karena hatimu masih dalam masa perbaikan..baiklah..aq mengerti..aq mengerti." Darius menambahkannya sendiri.