Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 48 - Perdamaian Tiga Hati Yang Sulit

Chapter 48 - Perdamaian Tiga Hati Yang Sulit

Bulan berteriak putus asa pada mereka berdua.. Isak tangisnyalah yang akhirnya menghentikan Darius dan Malven dari baku hantam. Ada lebam di mata Darius sebelah kiri, kamera digitalnya terjatuh dan remuk di beberapa bagian karena terbanting. Kaca mata Malven patah dan pecah, bibirnya juga memar, matanya yang sebelah kanan lebam, ada luka sobek di pipi kanan atasnya..vest nya yang putih sudah berubah menjadi abu-abu di beberapa bagian. Pemandangan yang membuat Bulan semakin terisak..dia merasa ini semua adalah kesalahannya.. Beberapa mahasiswa yang kebetulan lewat mendadak berkumpul. Saling berbisik namun tidak berani ikut campur.

Bulan memandangi mereka berdua bergantian..kehabisan kata-kata dan tenaga. Lututnya terasa lemas. Tapi saat ini sudah banyak pasang mata yang turut menyaksikan insiden yang secara langsung melibatkan dirinya. Tidak ada cara untuk mengelak. Tidak ada celah untuk menghindari lagi.. Bagaimana penyelesaiannya..semua ada di tangannya. Tetapi apapun yang ingin ia katakan..ia tidak ingin menjadikannya sebagai konsumsi publik. Ini masalah nya dan ini wilayahnya. Untuk masalah yang melibatkan hati..ia sangat punya standard..privacy.

" Bulan..kau harus menyelesaikannya.." Pak Bos menjadi khawatir akan perkembangan yang menjadi di luar kendali ini. Ini harus dihentikan.

" Aq butuh bantuanmu..tolong kau bawa Malven. Aq ingin bicara berdua saja dengan Darius." Bulan bicara dengan lebih tegas kali ini. Dia tau apa yang harus ia lakukan.

"Baiklah..aq bawa Malven. Kau urus dulu Darius." Sambil menggamit lengan Malven, pak Bos berjalan menuju ruang kerja mereka. Cheznut dan Ben mengikutinya dari belakang. Bulan menoleh dan melihat Darius yang tengah mengambili kameranya dan remukannya. Hati Bulan sangat sakit rasanya. Ia tau..kamera Darius pasti harganya sangat mahal. Tanpa kamera nya seorang fotografer seperti tidak bernyawa. Dan saat ini Bulan melihat kamera Darius..yang rusak akibat perkelahian yang kekanak-kanakan.

"Darius..aq turut menyesal atas kamera mu. Seharusnya kalian bisa jaga ego. Jangan seperti ini." Bulan membantu mengumpulkan beberapa serpihan kamera, kemudian memberikannya Darius.

"Tidak, Bulan..percayalah..kami berdua baik-baik saja. Ini akumulasi persaingan kami yang sudah lama menumpuk. Jangan terlalu kau pikirkan." Darius mencoba meringankan pikiran Bulan. Walau ia pun tau sebenarnya tindakan mereka tadi mampu menggores luka baru untuk Bulan..dan yang paling ia khawatirkan sebenarnya adalah gosip yang pasti akan memanas dan akan kembali memojokkan Bulan.

" Mari kita pergi dari tempat ini. Aq tidak tahan dengan tatapan penuh rasa ingin tau mereka. Aq bukan selebritis." Bulan menarik lengan Darius menjauh dari tempat itu.

" Kau mau kita kemana?" Darius masih belum selesai dengan urusan kameranya.

"Ke tempat servis kamera." Bulan menjawab.

"Oh..ini..kelihatannya memang sudah tidak bisa terselamatkan.." Darius menatap dingin kameranya.."Mungkin ini harga yang harus q bayar untuk ketidakmampuan q mengontrol emosi."

"Apa kau pikir aq bisa dengan mudahnya menerima insiden hari ini begitu saja?" Bulan memberi kesan serius dan tidak main-main kali ini.

" Aq..baiklah, Bulan..maafkan aq..seharusnya aq tidak semudah itu terpancing emosi. Aq mengaku salah. Tolong jangan kesal lagi." Darius gugup saat menyadari tatapan kesal Bulan. Dia tau saat ini seharusnya dia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi konsekwensi dari kesalahannya.

Mereka berjalan ke parkiran roda empat, tempat Darius memarkirkan mobilnya. Dan segera setelah mereka berdua masuk ke mobil Darius menjalankan mobilnya menuju tempat servis kamera.

Di tengah perjalanan..Darius berusaha mencairkan suasana kaku yang ia rasakan akibat kekesalan Bulan yang masih belum ada tanda-tanda menipis.

" Bulan..aq bisa mengurus kamera q sendiri. Kau tidak perlu khawatir."

" Bisa-bisa nya kau berkata bahwa aq tidak perlu khawatir?"Bulan berbicara dengan nada suara yang berbahaya.

" Eh..aq serius..kenapa kau tidak lebih mengkhawatirkan aq saja dari pada kamera ini?" Darius bertanya memancing Bulan. Namun sepertinya Bulan tidak terpancing sama sekali.

" Untuk apa aq mengkhawatirkan mu? Kau bahkan mencari tempat yang paling tepat untuk membuat semuanya menjadi semakin buruk. Tak taukah kau selama ini aq mencoba bersabar dan menahan diri dari setiap berita yang ada tentang q. Melibatkan banyak pria untuk urusan cinta, apakah itu terdengar baik? Satu yang benar-benar berhubungan dengan q namun yang mereka beritakan adalah dua. Jika ada dua pria yang benar-benar mendekati q maka yang akan sampai di berita mereka menjadi empat. Jika ada tiga pria yang berusaha mendekati q, maka di telinga mereka akan menjadi 6. Aq punya batasan, Darius.. Tapi kalian malah membuat q benar-benar terlihat berada di tengah-tengah kalian..saat baku hantam..di kampus!" Bulan meluapkan protesnya pada salah satu pria yang menariknya masuk dalam pusaran arus deras drama percintaan.

"Aq tak tau lagi harus bersikap bagaimana..Aq sama sekali tidak punya kemampuan berkelit layaknya selebritis. Darius..kau tau sendiri..mulut mereka tajam..bahkan saat mereka hanya tau sebagian kecil dari hidup q, mereka selalu berlagak mengetahui segala urusan q dari A hingga Z. Meracuni pikiran orang-orang di sekeliling mereka tentang aq versi imajinasi mereka yang berlebihan dan cenderung kejam. Aq bahkan tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan.. hampir setiap hari..saat aq berpapasan dengan orang-orang itu..tatapan mereka terhadap q seperti aq adalah seekor musang berbulu domba.. Mereka tidak melecehkan q..tetapi mereka memberi tatapan selayaknya melihat musuh..ada kebencian di setiap tatapan mereka, Darius..bahkan mereka tidak mengenal q. Apa hak nya mereka menghakimi q? Hanya dari tatapan mata saja..aq sangat bisa merasakannya.." Bulan berbicara dalam nada getir.

" Apakah aq memeras mu? Menggunakan mu untuk kepentingan q?" Bulan melanjutkan.

" Bulan..itu hanya pikiran mu saja.." Darius mencoba menenangkan.

" Aq bisa membedakan, di antara mereka, mana kelompok yang masih bijak menanggapi gosip..dan mana yang sudah tenggelam, larut di dalamnya. Ini sangat membuat q tidak nyaman. Aq tidak diberi kesempatan dalam menjelaskan. Mereka hanya mendengarkan dari sumber yang sangat tidak adil dalam menilai q. Oh..lagi pula mereka juga tidak berhak untuk memberi penilaian atas q." Suara Bulan tercekat..Saat kau membicarakan seseorang atas sesuatu hal..terkadang hal itu tidak persis seperti yang kalian bayangkan. Setiap perbuatan memang ada konsekwensi..namun di balik itu semua..ada alasan yang semua tergantung pada subjek yang saling berkaitan di dalamnya. Prasangka akan lebih sering diikuti dengan iri dan dengki. Saat itu terjadi maka yang kalian lakukan sebenarnya adalah menghukum seseorang atas sesuatu yang belum tentu sesuai dengan yang kalian tuduhkan. Itu amat sangat kejam.