Menjadi seseorang yang penuh dengan masa lalu kelam tidak lah mudah. Setiap kalimat yang terucap dan setiap langkah yang diambil seakan penuh dengan beban yang begitu berat dan menyiksa. Tidak ada cinta dan kasih sayang dalam hidupnya. Hingga wanita itu datang.
Sayangnya Reyhan salah, wanita itu tidak sebaik yang ia kira. Wanita itu palsu. Dia, wanita itu ternyata tidak mencintainya. Padahal aku memberikan semua yang aku punya untuknya, tapi dia dengan teganya bersama dengan lelaki lain. Bahkan mereka "melakukannya".
Aku sudah mati-matian menjaganya agar ketika ia sah menjadi milikku aku bisa dengan bahagia mendapatkan apa yang telah aku jaga selama ini. Tapi dia dengan mudahnya memberikan apa yang aku jaga kepada lelaki lain, hah! Aku ingin membencinya, tapi tidak bisa.
Aku terlalu larut dalam keterpurukanku hingga akhirnya keluargaku memutuskan untuk menjodohkanku dengan seorang perempuan. Aku tahu dia. Perempuan 'gila' yang entah mengapa tergila-gila padaku. Tapi aku tahu, dia perempuan baik. Terbukti dari dirinya yang tidak pernah mengganggu hubunganku meskipun dia menginginkanku menjadi miliknya. Teman-temanku selalu bilang bahwa perempuan ini sangat menyukaiku, entah apa alasannya. Tapi aku tidak menyukainya. Dia bukan tipeku, dan dia juga tidak cantik menurutku.
Tidak ingin mengecewakan keluargaku yang sepertinya sangat berharap aku akan bangkit dari ketpurukanku, akhirnya aku menerima perjodohan ini. Toh, dia juga perempuan baik. Jadi tidak ada salahnya, kan? Yaa meskipun sepertinya aku akan sulit membuka hati untukya.
Sialnya, lagi-lagi aku salah. Ternyata wanita itu begitu mudah mendapatkan hatiku. Perlakuan-perlakuan sederhana yang ia berikan kepadaku entah bagaimana bisa membuatku merasa nyaman bersamanya. Meskipun dia tetap belum bisa menggantikan wanita itu di hatiku, tapi aku yakin suatu saat aku bisa mencintainya seutuhnya. Jika diingat-ingat ketika awal pernikahan aku begitu anti sekali dengannya. Bahkan aku tidak mau satu kamar dengannya. Betapa teganya aku, ditambah lagi dengan kesalahan besar dan fatal yang aku lakukan di malam sebelum pernikahan kami.
Sejujurnya, dari lubuk hatiku yang paling dalam aku sangat menyesal. Menyesal dengan apa yang aku lakukan dulu. Ya, penyesalan hanyalah penyesalan. Tidak bisa merubah apapun. Sekuat hati aku berusaha menyembunyikan perasaan yang kian membesar di hatiku ini. Tapi rasa bersalah yang aku tanggung ini, seakan menjadi penghalang atas semua yang aku lakukan. Jangankan untuk mengungkapkan perasaan ini, hanya menatap matanya pun aku tidak sanggup.
Mata nya selalu menatapku penuh dengan binar bahagia yang indah. Penuh dengan cinta dan kasih sayang. Entah mengapa kini aku tidak lagi melihat binar itu, aku hanya bisa melihat kesedihan disana. Anna seperti kehilangan cahaya nya. Dan aku semakin merasa bersalah karenanya.
Rasanya aku ingin merengkuhnya begitu erat dan membisikan ribuan kata maaf. Aku ingin memberitahunya tentang perasaanku ini. Tapi sepertinya aku terlalu pengecut untuk melakukannya.
Hingga saat ini, di depan sana dua insan manusia lagi-lagi tertangkap oleh indra penglihatanku. Aku sering sekali melihat mereka bersama. Mereka berbagi kebahagiaan dan tertawa bersama.
Dan Anna, dia selalu terlihat bahagia bersama lelaki itu. Tidak apa. Mungkin hanya ini caraku menebus setiap salahku. Membiarkannya bersama dengan seseorang yang lebih bisa membahagiakannya. Aku bahagia melihatnya bahagia. Ah, tidak itu hanya kemunafikkanku.
Sejujurnya aku tidak rela. Apalagi ketika lelaki itu dengan berani merengkuh wanitaku kedalam pelukannya. Bahkan ia mencium keningnya! Hey! Itu milikku! Hanya aku yang boleh melakukannya! Tidak. Kali ini aku tidak akan membiarkan mereka lagi. Sudah cukup.
Fero kemudian beriri dari tempatnya, mengabaikan sekretarisnya yang tidak berhenti menggodanya sejak tadi. Ia bersumpah akan memecat sekretarisnya itu dengan tidak terhormat nanti. Ya, nanti. Sekarang ada yang lebih penting yang harus diselesaikan.
Dengan tergesa-gesa Fero menghampiri keduanya, menarik Anna-istrinya dengan kasar. Menyembunyikan Anna di belakangnya kemudian memukuli lelaki yang sudah rupanya sudah berani menyentuh miliknya. Ia diam bukan berarti ia terima jika miliknya disentuh orang lain!
Bugh bugh bugh
"Brengsek!"