Chereads / Pain in Life / Chapter 3 - Wedding Day

Chapter 3 - Wedding Day

Pagi ini, rumah itu terlihat begitu ramai. Bagaimana tidak? Akan ada pernikahan mewah yang akan dilaksanakan. Yaa seharusnya mereka sewa hotel saja, kan? Tapi entahlah, bukankah mereka yang punya acara? Ahh kita tidak perlu tau penyebabnya. Hanya perlu datang, dan makan gratis tentunya.

Mendekat kearah sebuah kamar, nampak seorang gadis manis yang tengah duduk di depan cermin. Menatap dirinya dengan penuh haru. Tidak menyangka, diusianya yang 23 ini, dia sudah akan menikah. Dan jangan lupakan bahwa mempelai laki-lakinya adalah pria idamannya sejak lama. How lucky she is? Yaa walaupun sebenarnya pernikahan ini terjadi karena sebuah perjodohan, tapi ia begitu senang.

Sebut saja Anna. Gadis itu terus saja mengagumi dirinya di hadapan cermin itu. Tidak pernah menyangka bahwa dirinya bisa se-cantik itu. Ya ampunn bahkan sekarang dia sudah mulai percaya diri sekali. Ah, tapi memang benar. Hari ini Anna sangat cantik. Terlihat dari kebaya modern yang digunakannya. Memang dirancang khusus untuknya.

Tapi bukan itu yang dia pikirkan. Dia berpikir tentang bagaimana Fero tidak menolak pernikahan ini. Dia pikir, Fero tidak suka padanya. Tapi lihatlah, mereka akan menikah sekarang. Oh God. Dia benar-benar tidak percaya semua ini terjadi. Tidak lama lagi semuanya akan terjadi. Dia akan menjadi seorang istri. Dia berharap semoga pernikahannya akan bertahan sampai waktunya. Berharap semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi pada pernikahan mereka.

Sementara di sisi lain,

Apakah yang aku lakukan benar? Apakah aku tidak akan menyesal? Benarkah langkah yang aku ambil? Apa yang akan terjadi nantinya? Semoga tidak akan ada bencana besar nantinya.

Semoga.

Fero yang gelisah dengan segala keraguan atas keputusasaannya. Mempertanyakan kembali apa yang telah dia lakukan.

Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa semua ini akan terjadi. Seharusnya dia tidak melakukannya. Seharusnya. Tapi dia melakukannya. Fero sadar, bahwa dirinya lah yang membuat semua ini rumit. Menjadikan semua ini sebagai sebuah permainan. Permainan yang justru malah menjebaknya sebelum dia memulainya. Menyisakan kegelisahan yang berusaha di tepisnya.

Tidak! Semua ini seharusnya tidak terjadi!

Kenapa aku melakukannya?!

Tuhan maafkan aku.

Kamu brengsek Fero! Aku bahkan membenci diriku sendiri.

Seperti itulah kira-kira pikirannya. Entah apa maksudnya hanya dia dan Tuhan yang mengetahuinya.

Tanpa disadari, penyesalan mulai hadir dalam dirinya.

Menjalani kisah baru dengan lembaran baru tiba-tiba saja menjadi beban untuknya. Beban yang begitu berat. Dia sudah mencoba mencari cara untuk menghilangkannya tapi nihil. Dan ya, pada akhirnya semua dia serahkan kepada-Nya. Memutuskan untuk mencoba menerima segala yang telah terjadi. Menyerahkan segala hal yang akan terjadi di masadepan kepada-Nya. Setidaknya, itu yang bisa dia lakukan saat ini.

Pada saat itu ia berharap, bahwa semua yang dialaminya hanyalah mimpi. Berharap bahwa dia tidak pernah melakukan kesalahan itu.

Fero tidak pernah tau, bahwa hal yang dilakukannya akan berdampak besar. Bahkan sangat besar untuk hidupnya nanti.

"Saya terima nikahnya Annaya Rossaline binti Aldi Putra dengan mas kawin tersebut tunai"

"Saksi sah?"

"Saahh"

"Saahh sahh"

"Alhamdulillah"

Dihadapan sang Tuhan, kini mereka telah berada dalam sebuah ikatan suci. Ikatan yang membawa mereka ke dalam babak kehidupan yang baru. Kini bukan lagi hanya Anna atau Fero, tapi mereka. Mereka yang akan menjalani hari-hari bersama. Menjadikan setiap detik dalam hidup mereka sebagai kenangan yang tidak akan terlupakan nantinya. Kini, mereka tengah menatap satu sama lain. Meyakini satu sama lain bahwa semua akan baik-baik saja.

Ikatan antara keduanya telah terjalin. Mengikat kehidupan satu sama lain. Mengikat perasaan yang dimiliki. Menyatukan dua manusia dalam sebuah ikatan suci di hadapan Tuhan.

Memulai babak hidup yang baru. Dengan berbagai tantangan dan cobaan yang telah menunggu di masa mendatang. Akan ada pembuktian yang akan Tuhan tunjukan tentang kebenaran dari keputusan yang telah di ambil.

Mencoba menjalani hari-hari dengan berbeda.

Merajut kisah bersama dalam suka duka.

Saling memberi dan mendukung.

Menerima kosekuensi yang akan diterima dari keputusan hari ini.

Mencoba melupakan masalalu untuk membangun masa depan yang indah bersama.

Tapi,

Sanggupkah mereka menjalaninya?