Sebuah mobil sport berwarna hitam telah berada di sebuah parkiran restoran cepat saji. Dari dalam mobil itu alice dapat melihat keluar di balik jendela restoran bella sedang menurunkan bangku dan mengelap meja bersama dengan pegawai lainnya. Tapi pak bams sang manajer belum terlihat.
Untunglah pak bams tidak ada… gumam alice. Kemudia dia memalingkan wajahnya pada leon.
"leon.. sebaiknya kamu tunggu di mobil saja, aku tidak akan lama" alice tersenyum pada leon
"baiklah, tapi jika kamu lama aku akan masuk ke sana, aku tidak mau sesuatu terjadi padamu oke!" leon berkata sambil mengelus lembut pipi alice. Alice membalas dengan senyuman. Segera alice membuka pintu mobil itu. Salah satu alasan menyuruh leon tidak ikut kedalam ialah wajah tampan dan sempurna pria itu. Alice takut seisi resto akan heboh karna dia datang bersama malaikat tampan.
Sekilas sella melihat mobil sport di parkiran luar, awalnya ia hanya terkagum dengan mobil mewah itu namun setelah melihat siapa yang keluar dari mobil itu dia tampak begitu terkejut
"alice!!!!!!!" teriak sella yang mengegerkan staf lainnya
"mana? Wah kau pasti sangat bahagia setelah kemarin menangis seharian mendapati alice tidak ada dimana-mana" sahut salah satu staff
Alice membuka pintu resto perlahan, sella bergegas menghampirinya dan memeluk alice erat. Tanpa disadari air mata sella mengalir begitu pula dengan alice.
"alice kau dari mana saja!! Taukah kau aku mencarimu kemana-mana!" kata-kata sela tidak begitu jelas karna berkata sambil menangis
"hei sella tenanglah.. aku akan menceritakan segalanya.. bisakah kita duduk dulu"
"baiklah.."
"alice kau kembali syukurlah. Oya nikmati waktu kalian. Kami akan kembali bersiap membuka resto. Kalian berbicalah dulu sepuasnya" salah satu staf berkata sambil tersenyum dan menyuruh teman-teman lainnya melanjutkan pekerjaan meninggalkan alice dan sella di salah satu meja di dekat jendela. Di balik kaca mobil leon mengamati kedua gadis itu.
"sella bagaimana kabarmu he he" alice merasa canggung dan bersalah mecoba mencairkan suasana
"hei gadis bodoh! Aku yang seharusnya khawatir dan menanyakan kabarmu hu hu hu" sella sedikit tersenyum dan menghapus air matanya
"hehehe" alice lega temannya sudah tidak marah lagi
"tapi aku lega sekarang kau jauh lebih baik dari hari-hari yang lalu" sella terus mengamati tubuh alice dari ujung rambut sampai ujung kaki dan melihat luka dan memar di badan alice sudah mulai memudar
"oya apa kau tau… saat malam itu aku kerumahmu aku tidak menemukanmu aku sangat panik dan hampir menelfon polisi. Dan ketika pagi hari aku ingin ke rumahmu lagi tapi ada segerombolan preman di rumahmu, jadi aku tidak jadi kerumahmu!"
Ternyata retenir dan para preman-preman itu masih mencariku. Tapi untunglah sella tidak jadi ke rumah. Bila sella ke rumah makan mereka pasti akan menyakiti sella karna mereka pikir sella mengerti keberadaanku.
"untung saja kau tidak ketauan oleh mereka. Lain kali kau tidak boleh kesana lagi sella, aku tidak tinggal disana lagi dan jangan sampai mereka tau kamu dekat denganku. Aku tidak mau kau dalam masalah gara-gara aku" alice menggenggam tangan sella dengan ekspresi sedihnya
"hei apa yang kau bicarakan, kitakan teman! Teman akan ada disaat suka maupun duka! Sekalipun preman itu mengancamku aku tidak akan takut " sella tersenyum mencoba menghibur alice supaya tidak khawatir.
Mendengar perkataan sella alice merasa terharu, dahulu ketika keluarganya masih terpandang banyak lelaki dan gadis-gadis kaya yang berebut ingin menjadi teman atau sahabat baiknya namun ketika alice dalam masalah mereka semua seolah menghilang dan acuh saat melihatnya. Namun sella berbeda.. bahkan ketika dia tau masalah keluarga alice dia tetap setia menjadi temannya.
"trimakasih sella, kau baik sekali" alice tersenyum di balik muka sedihnya tadi
"tidak apa-apa itulah teman"
"oya apa yang terjadi sebenarnya padamu?" Tanya sellla lagi
"hm..iya.. ceritanya panjang dan mungkin aku tidak bisa menceritakannya disini sekaligus. Kia bicara nanti malam di sebuah bar… aku akan kirimkan alamatnya padamu"
"aku akan bekerja disana sekarang"
"bar?"
"kau tidak menjadi wanita mala…" sela segera mengecilkan suaranya dan menatap curiga pada alice
"hahhaa tentu saja tidak… bar itu sangat berbeda.. begitu tenang dan klasik kau akan terkejut jika melihatnya" di dalam hati alice dia tersenyum karna akan menduga ekspresi sella ketika datang ke nite bar dan melihat interior mewah dan klasih serta bartender yang super tampan hahaha
"oh syukurlah.. hm.. aku jadi pensaran, berarti kau akan resign dari sini?"
"ya begitulah.." alice menarik nafas dalam dan menghembuskannya seakan dia sangat lega meninggalkan restoran ini karna dia sudah tidak tahan dengan pak bams yang melihatnya dengan tatapan melecehkan setiap hari. Kalau bukan karna gaji yang lumayan dia pasti akan meninggalkan pekerjaan itu secepat mungkin.
Di tengah percakapan mereka tiba-tiba datang seorang lelaki umurnya sekitar 40an mukanya tidak jelek namun tidak tampan juga dan badannya sedikit gemuk. Dia melihat kearah alice pandangannya terlihat melecehkan seakan ingin memakan gadis itu.
"pak bams!" teriak sella. Alice yang melihatnya semula terkejut namun segera tenang kembali.
"alice! Kemana saja kamu?" kata pak bams.
Dilain tempat tepatnya di dalam mobil sport leon melihat dua wanita itu dan seorang pria yang sedang berdiri hanya melakukan percakapan biasa tetapi dia sedikit curiga dengan pria tua itu. Pada saat yang sama hp leon berbunyi dan terlihat sebuah panggilan video. Leon mengangkat dan mengalihkan perhatiannya sebentar kearah panggilan video itu.
"ada apa?" raut wajah leon sedikit kesal dan dingin
"bos.. aku merindukanmu hahaha" terdengar suara ceria dean dan mukanya yang secerah matahari pagi di balik layar hp leon
"oya dimana kakak ipar?" dean kembali bertanya
"dia sedang ada urusan. kebetulan kau menelfon. Aku ada tugas untukmu" jawab leon dengan ekspresi yang masih sedingin es.
"owh inilah yang kutunggu-tunggu" dean terlihat sangat senang seakan sudah lama dia tidak mendapat tugas menantang dari bosnya.
"cari tau berapa hutang alice pada retenir…"
"hm… baiklah, aku rasa akan mudah menemukan mereka. Pasti mereka masih mencari kakak ipar di rumah lamanya." Dean dengan percaya dirinya memamerkan kemampuannya pada bosnya
"nanti malam di nitebar aku akan member infonya padamu bos"
"oke" jawaban singkat leon seakan ingin cepat mematikan panggilan itu dan kembali mengawasi alice.
"aku masih ada urusan. Akan kututup"
"yah tapi bos aku masih merindukamm" tut tut tut tanpa dean menyelesaikan kalimatnya leon langsung menutup panggilan itu. Dia segera kembali melihat alice.
"dimana alice?" leon terkejut dia tidak melihat alice di tempat duduknya tadi. Hanya ada sella yang duduk sendiri. dengan segera leon mengambil topi hitam di sampingnya memakainya dan keluar dari mobil. Dia mulai memasuki resto dan menghampiri sella.
Sella yang dari tadi tertunduk lesu dan cemas seakan merasakan ada aura dingin dan harum yang sangat segar. Dia mendongakkan kepalanya ke atas dilihatnya seorang pria tampan dengan mata coklat muda dari balik topi hitamnya yang sangat indah sekaligus tajam. Ekspresi pria itu seakan marah tapi tetap memancarkan ketampanan.dia bagai iblis tampan yang melelehkan hati setiap orang yang melihat.
"dimana alice?" leon segera memecah keheningan dan membuat sella terbangun dari tatapan kagumnya pada leon
"eh? Kamu siapa?"
"em..alice ada di ruangan pak manager" sella sadar bahwa lelaki itu pasti yang mengantar alice kesini. Dari mana alice bisa mengenal pria setampan ini?
Leon masih diam di tempatnya berdiri sambil melihat pintu tertutup di sebuah ruangan yang di tunjuk sella. Sella yang masih gugup karna ketampanan pria di sebelahnya kemudian mulai mencari cara agar menjauhinya. Karna jika begini terus jantungnya bisa berhenti berdetak karna ketampanan pria ini.
"ehem.. mereka lagi membicarakan mengenai alice yang akan berhenti bekerja disini. Alice akan segera keluar. Anda bisa duduk dulu disini. Saya harus mulai bekerja kembali, jadi permisi" sella dengan langkah gugup berdiri berjalan perlahan menjauhi leon
"sella"
"eh iya?" sella terkejut mendengar leon memanggil namanya.
"trimakasih" dengan nada datar namun terlihat serius dengan kata-katanya leon mengucapkan trimakasih pada sella. Leon berterimakasih karna selama ini sella mau menjadi teman alice begitu piker leon.
Sella yang tidak habis di buat shock karna pria itu baru saja memanggil namanya dan juga mengucapkan trimakasih padanya itu bagaikan suatu kehormatan yang tiada tara. Jantungnya hampir tidak kuat menahan kebahagiaan itu. Sella dengan nada samar membalas perkataan pria tampan itu
"ssama-ssama.. hehehe"
Dilain ruangan alice dan pak bams sedang berbicara serius. Raut wajah alice serius tidak sedikitpun bergeming walau di hatinya dia merasa takut dan tidak nyaman. Sedangkan pak bams masih memandang penuh nafsu pada alice. Semua staff tau pak bams sudah mengincar alice dari hari pertama kerja.
"oke jadi kamu ingin resign?" kata pak bams sambil duduk di kursinya dan menatap alice di sebrang mejanya
"iya pak dan karna beberapa hari lalu saya tidak masuk kerja anda bisa memotong kerugiannya dari gaji saya sebelumnya"
"hm.. oke, ngomong-nngomong saya dengar ibumu meninggal dunia?"
Iya benar" jawab alice datar. Dipikirannya dia hanya ingin mengahiri percakapan dengan pak bams.
"aku turut berduka, apa yang akan kamu lakukan sekarang? Aku dengar kau memiliki banyak hutang?"
"itu bukan urusan anda" alice masih memasang muka datar. Merasa tidak di perhatikan pak bams mulai kesal
"cih… sudah seperti itu masih coba jual mahal hahaha tapi tidak apa, kau taukan aku sudah lama mengincarmu" pak bams mulai memberikan tatapan nakalnya pada alice. Alice mulai merasa risih dengan tatapn itu. Alice menggenggam tangannya sendiri begitu erat sambil menahan emosinya. Dia masih berfikir untuk mengahiri ini dengan baik-baik
"maaf pak saya rasa urusan kita sudah selesai saya permisi dulu" alice mulai membalikkan badan dan memegang gagang pintu seakan siap membuka pintu. Namun suara pak bams menghentikan langkahnya.
"tidurlah denganku, buat aku puas maka aku akan membayar semua utangmu pada mereka, bagaimana?" dengan santainya pak bams berbicara seperti itu seakan dia tau alice akan menerima ajakannya itu.
Alice yang sedari tadi menahan amarahnya kali ini tidak bisa menahannya. Dia sudah cukup dilecehkan oleh pria ini.
"hahahaha" alice tertawa keras seakan mengejek,tubuhnya berbalik menghadap pak bams lagi
"dasar tua Bangka tidak tau malu! Kau kira semua wanita akan mau dibeli dengan uang! Sampai mati sampai aku jadi arwah gentayanganpun aku tidak akan pernah mau tidur dengan lelaki hidung belang sepertimu!" dengan tatapan kejamnya dan seolah melihat pak bams yang sangat menjijikkan alice mulai keluar dari ruangan itu. Mukanya merah padam langkahnya cepat dan keras meninggalkan ruangan itu. Pak bams yang terkejut dengan ucapan alice mulai marah dan mencoba mengejar alice.
Dilangkahnya alice menemukan sella yang tidak sengaja berada di dekat ruangan.
"sella aku harus pergi dulu.. kita bicara nanti malam saja oke" alice dengan terburu-buru meninggalkan sella. Dia tidak mau sella melihat kemarahan alice yang bahkan membuat alice ingin menangis karna kemarahannya ini.
Saat akan keluar resto alice melihat leon yang duduk sendiri di kusrsi yang semula diduduki alice dan sella.
Emosi alice sedikit menghilang.
"leon apa yang kau lakukan disni" alice menghampiri leon. Leon yang semula senang melihat alice kembali kemudian ekspresinya dingin.
"tadi aku mencarimu aku kira kau menghilang" leon mengamati raut wajah alice, mata dan pipi alice memerah seakan menahan amarah. Pasti telah terjadi sesuatu, siapa yang berani membuat gadisku seperti ini! Gumam leon dalam hati.
"ada apa?" Tanya leon dalam. Matanya mulai menggelap dan segera berdiri di hadapan alice.
"tidak ada apa-apa.. ayo kita pergi" alice menarik lengan leon seakan ingin segera keluar dari restoran itu.
Tapi sebuah suara dari kejauhan menghentikannya
"ow jadi kau menolakku karna sudah menemukan lelaki lain.. hahaha dasar cewek murahan! Ternyata kau lebih hina dari aku!" suara pak bams mengagetkan semua staff yang ada termasuk alice dan leon.
Mendengar apa yang di ucapkan pak bams, alice benar-benar marah matanya mulai meneteskan air mata namun tidak sedikitpun matanya berkedip. Rahangnya mulai mengeras begitu pula dengan tangannya yang sedari tadi mengepal erat ingin rasanya memberi pak bams pukulan di wajahnya.
Leon juga sama bahkan ekspresinya lebih menakutkan, dia seakan menjadi iblis tampan yang siap membunuh pak bams karna melecehkan wanitanya. Alice sadar leon pasti tidak akan tinggal diam, tapi dia hanya ingin masalah ini selesai dengan baik-baik. Dengan cepat alice memberi senyuman pada leon
"leon ayo kita pergi, jangan dengarkan tua Bangka itu"
"ah.. baiklah" leon tersadar dari tatapan ganasnya pada pak bams. Setelah melihat senyuman alice amarahnya sedikit berkurang.
Tunggu saja kau… aku tidak akan membiarkanmu begitu saja! Gumam leon dalam hati.
Mereka berduapun pergi meninggalkan resto itu. Leon melepas topinya sebelum masuk ke mobil semua orang yang melihatnya terpana akan ketampanan pria itu. Mereka semula hanya melihat leon sekilas dan tidak memperhatikannya karna wajahnya tertutup topi hitamnya, tapi setelah melihat leon membuka topinya bagai malaikat tampan yang sempurna dengan mobil sportnya. Pak bams juga melihat hal itu dari kejauhan di hatinya merasa sedikit ada rasa tersaingi.
"cih.. apa yang kalian lihat! Kembali bekerja!" hentak pak bams pada para staff yang dari tadi menontonnya.