"pagi…" leon menghampiri alice di ruang makan.
"pagi" jawab alice sambil asik mengoleskan selai coklat di rotinya
"kamu mau?" Tanya alice menawarkan leon roti selainya
"em" leon mengangguk sambil meminum segelas susu di hadapannya
"Ini.." memberikan roti
" oya latihan apa yang akan kamu ajarkan hari ini?"
"kita akan mencoba senjata api, nanti kita ke ruangan di lantai tiga.."
"wow,.. aku tidak sabar, kau tau aku orang yang cepat belajar, dean saja sudah mengakuiku hahaha" jawab alice menyombong
"benarkah? Kita lihat saja nanti" senyum leon mengembang di balik bibir yang penuh dengan susu putih di atasnya membentuk kumis tipis berwarna putih, itu membuat alice tertawa geli
"hahaha… lihat itu bibirmu memiliki kumis putih haha lucu sekali" alice masih tertawa
"ah mana?" leon mulai menghapusnya namun ada noda yang masih menempel
"sini biar aku saja" alice mengusap pelan sudut bibir leon, bibir sexy pria itu lembut dan usapan lembut alice semakin membuat kedua insan ini menjadi gugup. Alice dengan cepat mengalihkan perhatiannya dari leon setelah mengusap bibir leon.
Alice mengambil segelas susu miliknya dan meminumnya dengan cepat sambil memeriksa handphonenya yang dari tadi di sampingnya. Alice memang jarang memeriksa handphone beberapa bulan terahir kecuali jika ada panggilan dan sms itupun dari rumah sakit tempat ibunya dirawat. Selebihnya dia hanya menaruh handphonenya di saku. Kebiasaan itu masih terbawa olehnya sekarang. Sedari tadi dia hanya membawa handphonenya tanpa minghidupkannya.
Ia mulai menghidupkan hpnya sambil meminum susunya. Setelah layar hp itu menyala alangkah terkejutnya dia sampai tersedak oleh susu yang di minumnya
"uhuk uhuk!!!" mata alice terbelalak ke layar handphonenya
"ada apa?" Tanya leon sambil sedikit tersenyum
"ini! Apa kau yang menggantinya?" alice menunjukkan layar hp nya pada leon. Terlihat wallpaper hp itu adalah foto selfy leon dan alice memakai piyama tidur sedang tertidur namun leon berpose mencium pipi alice.
"hahaha yup, aku juga.." memperlihatkan layar hp nya pada alice
"Ini supaya orang tau kamu milikku, jangan berani-benrani mengubahnya ya dan juga kau akan selalu melihat wajah tampanku ini agar tidak kesepian" nada senang leon pada alice dan seraya melangkah meninggalkan alice ke lantai tiga rumah itu.
"hei tapi…" tanpa disadari wajah alice merona, dia mulai merasakan kehangatan sikap leon.
"hei tunggu aku! Bisakah kita menggantinya? Aku terlihat jelek disitu" rengek alice seraya mengikuti leon
"tidak boleh, bagiku kau cantik sekali difoto itu" leon membalas perkataannya dari kejauhan
"hei! Apanya yang cantik huaaa lihat mulutku sedikit terbuka.. ayo kita foto lagi yang lebih bagus"
"tidak" teriak leon sambil menahan tawanya
"ayolah"
"tidak"
Mereka saling bersahutan di sepanjang jalan menuju ruangan hingga leon membuka sebuah pintu ruangan alice tidak lagi bersuara dia terpana melihat isi dalam ruangan itu.ruangan itu seperti kedap suara disana berjejer rapi etalse dengan senjata api yang banyak dan beragam, di tengah ruangan terdapat sasana menembak lengkap seperti studio latihan tembak.
"wow aku tidak menyangka rumah ini memiliki tempat seperti ini!!!" alice kagum
"apa semua milikmu?"
"tentu saja"
Oke ayo kita mulai pertama-tama kau harus mengenali jenis senjata kelebihan dan kekurangannya,
Leon menjelaskan panjang lebar pada alice dia juga menjelaskan bagaimana melepas dan merakit kembali pistol itu, alice memperhatikan leon dengan serius. Karna alice tipe orang yang cepat mengerti dengan hal baru, tidak heran penjelasan leon membuatnya tertarik alih alih bosan.
"baik giliranmu, cobalah melepas dan merakit senjata ini lagi" leon memberikan pistol yang tadi digunakannya sebagai contoh
"baik, seperti inikan" alice dengan lincah melepaskan dan merakit kembali persis yang di ajarkan leon
"wow… kau memang seorang yang cepat belajar" leon kagum dengan keteramilan dan ketepatan alice
"ehem"alice tersenyum lebar seakan membanggakan bakatnya
"hahaha"
"sekarang ayo coba untuk menembak, sasaran di sana" leon menunjukkan salah satu kertas bergambarkan beberapa lingkaran di kertas itu sebagai target.
"pertama gunakan ini" dia memberi rompi, pengedap suara untuk telinga dan juga kacamata khusus untuk penembak.
"oke, sudah" alice menggunakan semua yang di berikan leon
"kemarilah"
Alice mengikuti leon yang berdiri di depan tempat sasaran tembak. Di hadapannya sekitar 5 meter jauhnya kertas sasaran itu berdiri. Alice mulai memegang pistolnya dengan tangan lurus kedepan dibelakangnya leon mengamati alice. Memberi petunjuk posisi yang benar dan juga memegang tangan alice dari belakang. Alice bisa merasakan aura leon dan harum segar dari tubuh pria itu. Posisi mereka mirip seperti seseorang memeluk pasangannya dari belakang bedanya tangan leon memegang tangan lurus alice yang siap untuk menembak.
"oke konsentrasi, sekarang aku akan membantu memegang tanganmu, karna kau belum terbiasa"
"oke" tanpa leon sadari gadis didepannya kini berwajah merah merona dan jantungnya berdebar kencang karna genggaman pria itu.
Dorr satu tembakan melesat, benar saja menembak tidak semudah yang di pikirkan oleh alice, untuk teori dan keakuratan alice memang cepat menguasai, namun senjata tidak seringan kelihatannya, pistol yang di genggam alice sangat berat menurutnya dan juga saat menembak akan ada gaya dorongan dari pistol itu sendiri, alice merasakan lengannya tidak kuat menahan gaya dorongan itu. untung saja leon sudah menduganya dengan memegang tangan alice saat menembak. Sehingga tidak terlalu berakibat fatal.
Darah hangat alice mengalir dengan cepat di dalam tubuhnya. Dia tidak menyangkan bisa melepaskan sebuah peluru asli. Selama ini dia hanya melihat adegan seperti ini di film action.
"lihat.. jika aku tidak membantu dengan memegang senjata ini pasti tanganmu sudah terkilir dan juga badan pistol ini sudah terlempar mengenai wajahmu."
Alice yang dari tadi diam terkejut. Dia menyadari itu.. tangannya masih sangat lemah dari segi kekuatan, dia memang tidak menjaga asupan makannya beberapa bulan lalu dan juga tangan rampingnya ini tidak terbiasa dengan beban berat.
"kamu benar… tanganku sangat lemah, hingga tenagaku tidak dapat menahan gaya dorong pistol ini"
"yup, tapi dari segi keakuratan kamu sudah sangat bagus, lihat.." leon menunjuk kertas sasaran di sebrang mereka terdapat lubang bekas peluru di nomor 8
"hehe… berarti aku hanya perlu melatih tubuhku lagi bukan begitu?"
"yup dan juga nanti kita akan berlatih gerakan beladiri"
"sebelum itu, maukah kau memperlihatkan skill menembakmu padaku?" alice memberikan pistol ditangannya ke leon
"boleh saja… tapi jangan kaget ya hahha" leon mulai mengangkat senjatanya auranya menunjukkan kefokusannya pada target di depannya. Alice memperhatikan di samping leon
Sekilas muka alice tiba-tiba merona dan badannya terasa hangat. Dia memandang leon yang sedang berkonsentrasi pada sasaran tembak. Tubuh pria tampan itu begitu sempurna pose menembaknya tidak kalah jika dibandingkan dengan actor film action seperti tom cruise atau bahkan leon lebih sempurna pikir alice.
Tangan tangan kokoh leon sedikit demi sedikit membentuk otot-otot kekarnya dan raut wajah tampannya begitu mempesona dengan keseriusan dan juga tatapan tajam mata coklatnya. Terlihat dari samping hidupnya yang manjung menjulang dengan garis kemiringan yang tajam juga sudut bibir sexynya membuatnya semakin menggoda.
"wah kau sangat tampan dan keren" suara lirih alice tanpa sadar namun leon tidak mendengar itu karna penutup telinganya dan suara tembakan leon.
Alice mengalihkan pandangannya pada target yang di tembak leon barusan dan ..
"wow.." sempurna tepat di tengah titik. Keakuratan leon tidak meleset sedikitpun. sudah beberapakali dia melepaskan peluru itu dan semua sasaran tepat di tengah titik. Itu membuat alice semakin kagum.
"hebat… bahkan kamu bisa jadi atlet nasional jika seperti ini terus" alice bertepuk tangan
"ah itu karna aku sudah terbiasa"
"sudah berapa lama kamu berlatih?" Tanya alice
"em.. kita-kita saat umur sepuluh tahun" jawab leon santai sambil mengosongkan sisa peluru dari softgunnya
"apa!?" dia sudah berlatih sedari kecil? Apa ayahnya mengijinkan itu,
"haha apa menurutmu aku bisa seperti ini tanpa berlatih? Haha" jawab leon santai
"iya.. aku kira pria tampan yang di ciptakan tuhan seribu tahun sekali ini sudah mempunyai keahlian sedari lahir,"
"hahaha kau terlalu banyak menonton sinetron, sudah 15 tahun lebih aku berlatih jadi sekarang ini hal yang mudah,kalau aku tidak rajin berlatih mana bisa aku seperti sekarang"
Leon benar, hidup tidak sesimpel di film yang mana tidak berlatih apapun tapi langsung bisa. Bahkan seorang seperti leon saja harus berlatih bertahun-tahun untuk mendapatkan sesuatu yang sempurna. Tapi aku masih penasaran apa alasan dia berlatih itu di usia yang masih kecil? Pikir alice
"ya.. sepertinya kau benar, oya apa yang selanjutnya?"
"kita harus melatih otot-otot kecilmu ini, dengan beberapa treatmen kecil" leon menyeringai membuat alice curiga dengan tatapannya
Pasti ini tidak bagus, firasatku jadi tidak enak…
Mereka keluar dari ruangan itu dan menuju ke ruangan di sebelahnya. Memasuki ruangan itu terdapat banyak sekali alat kebugaran seperti treadmill, angkat beban dan alat khas sebuah tempat gym. Di ruangan itu juga terpasang kaca besar menutupi salah satu dinding sedangkan sisilainnya adalah kaca transparan dimana bisa melihat pandangan diluar jika kita memakai treadmill.
"wow… sebenarnya apalagi yang kau punya dirumah ini?"
"rumah ini sudah seperti mall"
"em.. aku punya kolam renang, garasi mobil yang muat untuk Ferrari, Lamborghini,dan…"
"oke oke cukup, apa kau ingin membunuhku dengan serangan jantung?"
Jangan di teruskan atau kakiku ini bisa lemas karna menyadari betapa kayanya pria di depanku ini… aku bahkan sempat lupa bahwa pria tampan ini tidak hanya tampan di atas rata-rata namun juga kaya di atas rata-rata… dia bahkan tuan muda dari xing grup, ya tuhan apalah diriku yang seakan remahan roti ini. Pikir alice yang meratap dalam hati
"bukannya tadi kamu bertanya, hm.. aku hanya menjawabnya" kata leon dengan polosnya.
"oke mari kita mulai!!!!" semangat alice membara. Dia tidak sabar memulai berlatih seakan ingin mengalahkan semua alat-alat gym ini.
Beberapa puluh menit kemudian dia menyesali semangatnya tadi.
"aahhh! Bisakah aku beristirahat? Aku su sususudahhh tidaak kuat lagggiiii!" teriak alice sambil mengangkat beban di kedua lengannya
"e'em" guamaman leon yang berarti tidak.
"oh ayolah coach" alice merengek sambil terus mengangkat beban di kedua lengannya. Keringatnya sudah bercucuran untuk beberapa menit terahir… otot-ototnya terasa terbakar namun leon masih tidak mengubah raut wajah tajamnya seakan tidak mengijinkan alice berhenti mengangkat beban-beban berat itu.
Ahh… sepertinya aku akan mati dengan beban-beban berat ini sebelum membalaskan dendamku. Sepertinya aku harus menggunakan rencana B
"coach kau sangat tampan hari ini, tapi sepertinya aku tidak bisa melihat jelas karna terlalu lelah, bisakah kita berhenti sekarang? Agar aku bisa memandangmu lebih jelas?" nada alice seakan penuh nada-nada menggoda.
Leon sedikit terkejut, dan dan sedikit tertawa bahagia
Apa kau coba merayuku sekarang? Hahaha dasar gadis nakal, aku tidak akan kalah dengan rayuanmu gumam leon dalam hati.
"tidak bisa.." seraya mencubit lembut pipi alice
" kau bisa memandang wajah tampanku nanti, karna wajahku akan selalu tampan seperti ini hahaha" raut wajah leon terlihat begitu senang melihat alice yang cemberut sambil terus mengangkat beban. Bagi leon raut wajah alice sangat menggemaskan.
Ahhhhhh aku sudah tidak kuat lagi, lenganku seakan mau patah! Aku harus menggunakan rencana Z. haha lihat saja dia tidak akan menolaknya kali ini gumam alice
"ahhh andaikan ada yang bisa mengangkatkan beban ini dari lenganku aku akan memberinya kecupan" teriak alice seakan memancing siapa saja yang mendengarnya. Hanya ada leon dan dirinya di ruangan itu sudah pasti kata-kata itu ditujukan untuk leon.
Mendengar perkataan alice jantung leon berdegup kencang mata coklat indahnya menatap tajam kearah gadis di sampingnya itu. Senyum nakal leon mulai mengembang seakan bertanya apa kau yakin?
"tentu saja!" alice menjawab seakan mengerti maksud senyuman leon.
Secepat kilat leon mengambil beban-beban dari tangan alice menaruhnya di tempat semula. Namun alice tiba-tiba mulai berlari dengan tawa bahagianya
"tapi tidak semudah itu! Hahahha"
" hei kamu curang! Jangan lari!"
"aku akan menangkapmu! Hei kemari" teriak leon dengan tawanya dia mengejar alice.
"hahaha tangkap aku kalau bisa hahaha" senyum mengembang tergambar jelas di wajah alice, mereka terlihat seperti kancil yang menipu seekor buaya untuk menyebrang sungai.
(coach= pelatih)