Di ruang ganti pakaian Kevin melihat punggung Luna yang sedang memilih dasi untuknya, sambil mengaitkan kacing-kancing kemejanya Kevin lalu berjalan mendekati Luna yang masih belum bisa memutuskan dasi mana yang akan dipilihnya sampai dia melihat dasi berwarna merah maroon dengan motif batik yang elegant yang dirasanya pas untuk setelan suit berwarna biru navy yang dikenakan Kevin.
"Asataga!" Luna terkejut saat membalikan badannya Kevin telah berada tepat dihadapannya membuat hatinya berdebar seketika.
Seperti patung, Luna diam tidak bergerak dengan membuat Kevin ingin menggodanya lagi dengan berjalan satu langkah lebih dekat dan menempatkan tangan kanannya untuk mengunci ruang gerak Luna.
Mata kevinselalu indah dan tidak pernah membuatnya bosan untuk menatapnya, bentuknya seperti kacang almond dan bulu matanya yang lentik membuatnya terlihat mempesona.
"Astaga, perasaan apa ini?" Luna berbicara pada dirinya sendiri dalam hati, detakan jantungnya memompa cepat membuatnya sulit mengendalikan pandangannya yang ingin tetap menatap Kevin seperti ini.
"Sampai kapan kamu akan memandangiku tanpa berkedip?" Kevin mendekatkan wajahnya membuat hembusan nafas mereka beradu hangat menerpa wajah.
Kini Luna tersadar, ia mengedipkan matanya dan mengatur nafasnya agar tidak terdengar gugup tapi sepertinya sia-sia karena tiba-tiba saja ia mendadak seperti orang gagap yang tidak pandai bicara.
"B,,bagaimana saya memakaikan dasi ini jika anda sedekat ini pak?" Ucap Luna, ia sengaja mengunakan bahasa formal agar perasaan gugupnya tidak begitu ketara.
"Dia mulai lagi.." Kevin mendengus kesal dalam hat, ia lantas berjalan menjauh dari Luna perasaannya selalu kesal saat Luna berbicara formal padanya bahkan ketika mereka hanya berdua.
Menyadari raut wajah Kevin yang berubah menjadi kesal, Lunapun berjalan perlahan mendekati Kevin dan dengan ragu-ragu Luna mengalungkan dasi yang telah dipilihnya dan mulai membuat simpul untuk mengikat dasi itu tapi Kevin menatapnya tanpa berkedip membuatnya bertambah gugup.
"Ada apa denganmu Luna? Perasaan apa ini? rasanya seperti.." Luna bertanya dalam hati, saat ia nafasnya menjadi sesak saat memakaikan dasi pada Kevin padahal ini bukanlah hal baru baginya.
"Rasanya seperti seorang istri memakainkan dasi kepada suaminya bukan?"
"Apa dia bisa membaca pikiranku?" Luna kembali bertanya dalam hati, apa yang diucapkan Kevin sama persis seperti apa yang dirasakannya saat ini, ia heran mengapa Kevin seperti dapat mendengar apa yang hatinya ucapkan tapi saat Luna melihat cermin mereka memang terlihat seperti sepasang suami istri jadi Kevin mengatakannya hanya karena sebuah kebetulan, mungkin Kevin melihat pantulan bayangan mereka di cermin, itu sebabnya ia mengatakan hal seperti itu.
Jadi Luna tenanglah.. meskpun sebenarnya perasaannya berubah menjadi rasa sedih.
Tapi Luna tidak mau terbawa arus permainan Kevin, ia segera menyadarkan dirinya yang mulai terbuai oleh kalimat ambigu yang Kevin lontarkan padanya.
"wah, jangan bermimpi Bos!!" Luna lalu sengaja mengencangkan ikatan dasinya hingga membuat Kevin tercekik.
"Kamu ingin membunuhku?" Ucap Kevin kesal sambil mengendorkan dasinya.
"Tentu saja, apa boleh saya lakukan sekarang pak?" Jawab Luna dengan senyum lebar menantang Kevin.
Kevin menyeringai, ia melangkah mendekat pada Luna yang membuat Luna harus memundurkan langkahnya.
Matanya tidak dapat berkedip saat Kevin menatapnya lekat seperti ini.
"Apa yang akan dia lakukan padaku?" Luna bertanya dalam hati, ia terus melangkah mundur hingga tubuhnya terbentur cermin yang membuatnya tidak dapat bergerak lagi.
Dengan memejamkan matanya erat, Luna merasakan hembusan nafas Kevin yang terasa hangat menyentuh tengkuknya membuatnya diam mematung karena merasa tegang.
Luna menanti, dan tetap tidak terjadi apapun padanya, jadi perlahan ia membuka matanya dan yang terlihat hanya Kevin yang sedang menahan tawanya.
"Tentu saja, aku akan segera mati jika terus sedekat ini dengan gadis yang belum mandi!"
"Oh baunya, Kevin kasihan sekali hidungmu, aku harus mensterilkan ruangan ini sepertinya." Kevin terus bercoloteh sambil mencubit hidungnya dan mengipas-ngipaskan tangannya dan berjalan pergi meninggalkan ruangan.
"Apa aku sebau itu?" Luna bingung sambil mengendus bajunya dan sekitar ketiaknya.
"tidak bau, apa dia menggodaku lagi?" setelah memastikannya Luna akhirnya menyadari jika Kevin hanya menggodanya. Pria itu dengan mudah membuat Luna diselimuti rasa malu seketika dengan kebohongannya.
"Kevin sialannn!" pekik Luna kesal.
....
Kevin sedang membaca berkas-berkas untuk keperluan rapat nanti sambil melihat laptopnya sesekali saat Luna baru keluar dari ruang tamu dengan baju formalnya tapi dengan rambut yang masih di bungkus oleh handuk.
"Kita akan rapat dengan siapa?" Kevin melirik tajam dan membuka kacamatanya, perasaan menyesal kini menghindapi Luna seketika saat ia menyadari kesalahanya bertanya hal bodoh seperti itu, dia adalah sekertarisnya dan dia memiliki jadwal lengkap rapat.
"Bisakah kamu mengeringkan rambutmu dengan benar? aku tidak dapat berkonsentrasi jika penampilamu seperti itu." Ucap Kevin protes karena kini Luna hanya memakai handuk untuk menutupi rambutnya ang basah, baju putihnya mungkin akan menjadi transparan jika rambut panjang Luna yang basah membasahi bajunya juga.
"Saya tidak punya Hairdrayer pak. " Jawab Luna singkat, tapi Kevin terlihat tidak senang dengan jawaban yang dilontarkan Luna padanya.
tamatlah sudah, Luna menunduk lesuh, saat Kevin berjalan meninggalkannya tanpa berucap apapun dan berjalan melangkah menuju kamarnya.
"Apa kaku akan di pecat?" Luna berbicara sendiri dengan gundah, ia mencoba mengalihkan fokusnya pada berkas-berkas yang kini berjajar di atas meja, setidaknya menjadi sibuk akan membuatnya Lupa jika Kevin baru saja meninggalkannya dengan wajah tidak senang dan tetunya itu artinya ia akan mendapatkan masalah sampai seseorang menarik handuk dari kepala Luna dan hembusan angin hangat terasa menerpa rambutnya yang basah.
"Tenanglah, aku tidak ingin melukaimu." Kevin menundukan kepala Luna saat Luna mencoba melihat siapa yang mengeringkan rambutnya.
"Saya bisa keringkan sendiri pak!" Luna berusaha meraih hairdryer di tangan Kevin tapi kevin mengangkat tanganya tinggi membuat Luna tidak dapat menggapainya.
"Diamlah, aku tidak ingin melukaimu!" Kevin memegang tangan Luna yang berusaha meraih hairdryer yang dipegangnya, sejenak Luna tertegun. Kevin sangat tampan dan sikapnya seperti ini entah apa yang dirasakan Luna tapi membuat hatinya berdebar kencang.
"Jangan menatapku seperti itu" Kevin tersenyum dan membuat Luna membalikan badannya karena merasa malu.
"Tatapanmu membuat hatiku bergetar." Bisik Kevin tepat di telinga Luna, membuatnya mematung seketika.
Kevin lalu kembali mengeringkan rambut Luna dan kini Luna hanya terdiam membiarkan Kevin mengeringkan rambutnya dengan lembut.
Mereka hanyut dalam suasana damai dimana Kevin begitu lembut membelai rambut Luna dan mengeringkanya dan dengan perasaan malu Lunapun hanya terdiam merasakan setiap sentuhan Kevin pada rambutnya.
"Kevin sayang ayo kita jog..gin." Suara familiar yang tiba-tiba terdengar itu berhasil membuat Luna dan Kevin terperanjak kaget.