Chereads / Mutiara Hitam / Chapter 31 - KesalahanKu.

Chapter 31 - KesalahanKu.

Zara terduduk di sofa ruang keluarga dengan laptop di tangannya. Ia mengerjakan beberapa tulisan untuk diajukan nanti kepada dosen pembimbingnya. Ia tengah serius dengan pekerjaannya, tiba-tiba "Zara sedang apa di sini?" Tanya Mama Mei.

"Lah, Mama sedang apa di sini?" Ia malah kembali melontarkan pertanyaan.

"Mama mau ambil minum, tapi mendengar suara ketukan-ketukan keybord. Makanya berakhir di sini." Jelasnya, Zara hanya nyengir kuda. "Udah malam loh, Nak. Gak baik buat suamimu."

Zara terdiam sesaat, mencerna apa yang dikatakan oleh Mei. "Nah itu dia Ma. Zara lagi nunggu Zia di sini, yaudah sekalian sambil nugas aja. Emang jam berapa sekarang?" Tanyanya. Ia mencoba untuk memfokuskan matanya pada jam yang melekat di dinding. Saat itu jam menunjukan pukul 10.20 malam. 'Wah, sudah lama juga ternyata aku di sini.' Batinnya.

"Loh, bukannya Zia sudah pulang sedari tadi ya?" Tanya Mama pada Zara. Zara hanya menggelengkan kepalanya tampak tak mengerti dengan ucapan Mamanya itu. "Astagfirullah, apa jangan-jangan.."

Ucapan Mei terhenti tak kala melihat jari telunjuk Zara didepan bibirnya, menandakan bahwa semua itu tak usah dibeberkan. "Ma.. Sudah, kembalilah ke kamar. Istirahatlah, aku tak apa. Zara mau ngecek dulu ke kamar.. Masalah ini, tak usah dibesar-besarkan ya?" Ucapnya lembut.

Mei menghela nafas. Kemudian ia hanya mengangguk mengiyakan permintaan putrinya itu. Ya bagaimanapun juga mereka sudah dewasa. Sudah seharusnya mereka dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Akhirnya ia pamit dan meninggalkan Zara sendirian di ruang keluarga.

Zara melihat Mamanya yang menjauh, meninggalkannya. Ia menghembuskan nafasnya yang cukup berat itu. Ia membereskan semua perlengkapan dan berjalan menuju kamarnya. Ia mengetukkan pintu beberapa kali sebelum akhirnya ia memutuskan untuk masuk. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar, tak ada satu orang pun yang ada di sana. Ia meletakan barang-barangnya di meja belajar, lalu mendekati kamar mandi. Di sana pun tak ada suara gemericik air sama sekali, terlebih pintu itu tak terkunci.

'Jika memang dia sudah pulang, kemana dia pergi?' Pikirnya.

Ia memutuskan untuk berkeliling rumah mencari keberadaannya yang tidak terdeteksi sama sekali. Di dapur, di ruang tamu, di taman belakang ia tak melihatnya sama sekali. Ke ruang kerjanya pun tak ada, hanya satu yang belum ia hampiri, ruang perpustakaan yang tadi sempat ia kunjungi di siang hari sebelum mereka makan bersama.

Ia mengetuk pintu beberapa kali, takutnya ia tak sopan menerobos begitu saja. "Apa ada orang di sini?" Tanyanya, cahaya di sana begitu remang-remang. Hanya ada pantulan cahaya dari rembulan yang berjaga malam itu, yang leluasa menerobos masuk lewat jendela yang tak terlapisi tirai.

Zara secara perlahan melangkah masuk, mengelilingi ruangan yang begitu dingin itu. Ketika ia tengah terfokus pada setiap deretan buku yang membuatnya begitu terpukau, ia melihat seseorang tengah berbaring di sofa putih tanpa kain hangat yang menyelimutinya.

Tentu saja ia merasa tak berguna menjadi seorang istri yang seharusnya memahami secara penuh kondisi sang suami. Ia mendekat, menatap lekat-lekat wajah yang terpahat hampir sempurna itu. "Apa yang salah denganku hari ini?" Tanyanya dengan penyesalan yang dalam.

"Seharusnya kau memberitahuku, apa yang salah dalam diriku." Ucapnya lagi, tanpa membuat seseorang itu bergeser satu centi pun.

"Maafkan aku, yang begitu banyak kekurangan hingga tak mampu menyempurnakan kebersamaan kita." Ucapnya lagi, ia yang tengah terduduk tepat di depan wajah sang lelaki memutuskan untuk berdiri. Ia menutupkan kain yang dibawanya menyelimuti seluruh tubuh Zia. Ia tak tega, membangunkannya yang tengah terlelap itu, ia juga tak tega membiarkannya tertidur di sofa yang begitu keras hingga tubuhnya tak bebas bergerak.

"Aku mencintaimu karena Allah, insya Allah." Ungkapnya, lalu mengecup kening Zia dan pergi keluar.

Sebenarnya banyak pertanyaan yang ia ingin ungkapkan pada sang kekasih hari ini. Tentang perasaannya, tentang pertanyaan-pertanyaan yang bergumul semakin banyak dalam pikirannya, tentang tingkah lakunya, dan tentang semua kejadian hari ini yang membuatnya merasa tak berguna sama sekali. Semua itu menusuk hatinya, namun ia memikirkan ulang setiap kejadiannya, setiap pertanyaannya. Ia merasa sakit, namun pasti sang lelaki memiliki banyak alasan yang baik dalam setiap tindakannya hari ini.

'Aku hanya bisa kembali berkaca ulang. Bahwa semua insiden hari ini, adalah kesalahanku, diundang atas dosa-dosaku.' Batinya lagi. Ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.