" How are you casper... hmmm..." ucap riri menghela nafas lama, kemudian meletakkan sebuah bunga chamomile dan lily di depan sebuah nisan.
" Wangja...ayo kita berdoa sayang..." ucap riri pada putranya sambik mengajak berdoa beberapa saat.
" casper...aku mengajak wangja kita menemuimu, apa kau senang. " ucap riri sambil mengelus rambut putranya.
" banyak hal yang ingin sekali aku ceritakan padamu.. hmmmm.... namun... rasanyaa... ada saja yang membuat hal itu sulit.. terlebih kau malah jadi casper beneran," ucap riri sambil tertawa ringan.
" namun kau tau chamomile mu ini sangat tertekan dalam beberapa waktu ini, entahlah... oh..ya.. aku menikah lagi dengan sahabatmu...dan sekarang aku hamil anaknya, keponakanmu, dan wangja akan jadi seorang brother sama sepertimu, ia pasti akan menjadi seorang kakak yang hebat dan handal, semua sifat baikmu, pasti akan ku ceritakan pada wangja kita...karena apa.. ia sangat mengagumimu...iyakan sayang..." ucap riri sambil melirik wangja yang tersenyum mendengarnya.
" yes uncle... aku akan jadi brother yang super baik nantinya, sama seperti uncle yang menjaga mimmo..." ucap satria sambil mengelus sebuah nisan bertuliskan 'Biezian Armana Truc' .
"i miss you uncle...so much...selama ini aku hanya mendengar kisah tentangmu, namun aku yakin semua kisah itu nyata adanya , bukan dongeng yang sering di ceritakan grandma padaku" ucap wangja.
" woow...kamu sudah mulai besar sekarang, mimmo lupa kamu sebentar lagi memasuki usia sekolah sesungguhnya. tapi..apa grandma masih senang membacakan dongengnya.." ucap riri sambil tersenyum yang di susul raut cemberut dari anaknya.
" casper... kami pamit ya, lain kali aku akan..." ucap riri terpotong saat ada sebuah suara menyapa..
" ya..akan memperkenalkan suaminya padamu zian..." ucap zhi han sambil menggendong satria dan memeluk pundak istrinya.
kemudian ia memberikan salam hormat kepada sahabat sekaligus kakak iparnya.
" gak nyangka bro, kita bisa jadi saudaraan, walaupun di waktu yang tak di inginkan, aku sangat merindukanmu " ucap zhi han.
" sweety...dia sangat usil sekali, bahkan hari ini dia tak mengajakku menemui mu, kakak ipar...yach ...kau kakak iparku sekarang... dan sebentar lagi aku akan menjadi seorang daddy... apa kau senang aku menghasilkan keponakan baru buatmu" ucap zhi han tertawa geli tak membayangkan andai kakak iparnya masih hidup, pasti seru melihatnya menggendong dua keponakan kembar sekaligus.
" ya...kok kamu ketawa sweetheart.." ucap riri yang merasa aneh dengan kelakuan suaminya.
" gak kenapa kenapa kok sweety...santai ya..." ucap zhi han.
"mmmm...banyak hal yang ingin ku ceritakan juga padamu...tapi rasanya waktu jualah yang tak memungkinkan, terlebih ini menjelang sore, aku hanya tak ingin bumil dan Satria kita masuk angin, well...kau taukan aku sangat mencintai mereka...kami pamit ya..." ucap zhi han sambil tersenyum memandangi sebuah pemakaman kakak iparnya. kemudian memandu istri dan putranya pulang meninggalkan pemakaman tersebut.
" sweetheart,,, gimana jalan jalannya sama para kaum hawa ...kamu menikmatinya" ucap riri di dalam mobil sambil mengelus rambut putranya yang kelelahan tertidur, karena sebelumnya riri mengajaknya jalan jalan terlebih dahulu sebelum ke makam kakaknya.
" sangat menikmati,,, orangtuamu benar benar baik, sangat baik, aku tak menyangka aku di perlakukan bagai seorang anaknya sendiri. sangat menikmati..." ucap zhi han senang.
" syukurlah...aku sempat khawatir tadi,, kamu bakal di omeli mami tanpa sepengetahuanku, untunglah ia sangat menerimamu..." ucap riri tersenyum memandangi binar mata zhi han suaminya yang nampak bahagia setelah jalan jalan dengan mami dan para sahabatnya.
"sweety...apa kau mau kita dinner malam ini.." ucap zhi han.
" mmmm...kayaknya nanti aza deh, aku capek banget...gak kaya biasanya.. " ucap riri.
" apa ada yang sakit... apa kau sudah meminum obat pemberian dokter " ucap zhi han cemas.
" sudah ... tapi rasanya agak cepat lelah..maaf ya sweetheart aku nolak ajakan kamu barusan" ucap riri sedikit merasa salah.
"sweety...no problem...dinner bisa kapan aza, tapi kesehatan kamu sama si bayi adalah no satu, dan juga wangja kayaknya kelelahan juga ya.. emang kalian pergi kemana tadi " tanya zhi han sambil membenarkan cara tidur anaknya agar bersandar di pundaknya.
" kami hanya kepantai dan membeli ice cream di sebuah toko kecil kesukaan kami. itu aza,,, mungkin lelah karena berjalan ke pemakaman kakak tadi, jarak makamnya kan agak jauh dan mesti menaiki beberapa anak tangga.." ucap riri mengelus perutnya.
" oke...pulang langsung istirahat, no melakukan apapun, biar aku yang tangani kalau kamu minta sesuatu..." ucap zhi han
"tapi kan..." ucap riri yang langsung di sambut dua jari zhi han menempel di bibirnya.
" tapinya simpan az..." ucap zhi han tersenyum.
" mpe kapan..." tanya riri kesal.
" melahirkan..." balas zhi han.
" hmmm... tolong deh...aku bukan wanita manja..." ucap riri yang tak terima aturan barusan dari zhi han.
" kamu istriku.. bukan hanya wanita, tapi istriku...ingat itu.." ucap zhi han sambil mengelus wajah istrinya.
membuat riri tak mampu meneruskan kata katanya, mau tak mau ia mesti menuruti keinginan suaminya demi sang bayi.
" i love you Sweetheart..." ucap riri membuat zhi han senang dan tersenyum.
" love you too " balas zhi han sambil mengedipkan sebelah matanya dan mengelus perut riri.
sesampainya di rumah mertuanya, zhi han merasa kewalahan karena anak dan istrinya yang sedang tertidur di mobil. ingin membangunkan rasanya ia tak tega. walau ia tahu iapun sudah mulai lelah seharian ini.
" perlu bantuan boss..." ucap seseorang yang sedari tadi memperhatikan kepanikan zhi han yang bingung siapa yang ingin ia gendong terlebih dahulu ke kamar untuk melanjutkan istirahat.
" sure.. " ucap zhi han meminta bantuan lelaki tersebut yang ternyata adalah prima sahabat istrinya.
prima berjalan dengan santainya ke arah mobil. zhi han berfikir prima akan menggendong wangja, tapi ternyata sebaliknya. ia menggendong riri dengan santainya sambil bersiul usil pada zhi han.
" dia istriku, kok kamu yang gendong..." protes zhi han kesal.
" ssstttt...berisik kamu ini, ntar dede bayi bangun loh, gendong satria az ya kamu..dia lebih ringan.." sahut prima yang berlalu sambil menggendong riri yang masih tertidur di pangkuannya.
mau tak mau zhi han menuruti saja ucapan prima karena terlanjur sudah membawa istrinya masuk sampai ke kamar mereka. prima merebahkan tubuh sahabat yang sudah dia anggap seperti saudarinya sendiri. sambil sesekali merenggangkan pinggangnya saat berdiri, kemudian duduk di samping tempat tidur riri, memandanginya sebentar dan mengusap kening riri. kemudian merapikan selimut ke tubuh sahabatnya ini.
" busyeet...makin berat aza nih si cucut, udah lama gak gendong kamu seperti ini, eh skali di gendong tiga sekaligus..'' ucap prima sambil terkekeh tertawa pelan, kemudian mendaratkan ciuman di pipi sahabatnya.
" ehheeemmm...enak aza main cium sembarangan istri aku,, kayak kamu aza suaminya " omel zhi han
"tenang boss, sebagai uncle yang baik buat anak anak kamu, gak salah dong aku juga turut jaga mamanya yang sahabatku ini, ingat...aku lebih tahu istri kamu daripada kamu..." ucap prima membuat zhi han tak suka mendengarnya.
" dina melahirkan, anaknya cacat..." ucap prima membuat zhi melongo.
" bukankah usia kehamilannya katamu baru menginjak tujuh bulan " ucap zhi han.
" yup,,, lahir prematur, dengan cacat bawaan jantungnya mengalami kebocoran, memang bukan aku yang menanganinya, tapi yang parahnya, itu bukan anak Rif'ah, itu anak selingkuhan dina, miris memang..." ucap prima datar
"bagaimana mungkin, lalu suaminya dan lelaki itu..." tanya zhi han penasaran.
prima menarik tangan zhi han mengajaknya ke balkon kamarnya, agar tak membangunkan riri terlebih riri jangan tahu dulu soal ini.
"saat di operasi, anaknya sempat drop, kami perlu darah AB, namun sayang dina dan rifah memiliki golongan darah yang sama dan tak cocok dengan anaknya, saat genting seperti itu ada seorang lelaki yang datang dan memberikan donor darahnya, dia langsung mengakui kalau dia ayah dari anak dina, kau tahu betapa frustasinya Rifah, ia bukan hanya di tikam dari belakang oleh istrinya sendiri, namun juga ditusuk dari depan. mengerikan... mungkin itu balasan karena dahulu ia pernah menyakiti riri , kau tahu...ia sempat melakukan kekerasan setelah riri koma dari keguguran. hanya aq yang tahu, yang lain tak mengetahuinya, saat riri dengan wajah pucat meminta pertolonganku, tubuhnya sangat kurus dan lemah,terlebih ia baru bangun dari komanya, aq sangat dendam pada lelaki itu, itu sebabnya aku sangat was was denganmu, takut sahabatku mendapatkan perlakuan yang sama lagi, Ingat..!! kalau hal seperti itu terjadi pada riri, Aku akan membunuhmu dengan busurku,aku handal memanah." ucap prima serius.
"lalu kenapa kau tak memanah lelaki yang pernah menyakiti dan melakukan kekerasan pada istriku dulu " balas zhi han dingin padahal dalam hati sangat geram mendengarnya.
"ini permintaan si Casper stupid.. jika bukan permintaanya,, huuhh... aku benar benar emosi dan tersulut amarah pada waktu itu, kecerobohanku adalah melaporkan hal itu kepada Casper.." ucap prima menerawang kejadian yang lalu.
"Casper...Who is Casper..." tanya zhi ham heran karena baru mendengar nama itu.
"kau tak tau siapa Casper...zhi han...zhi han...keluarga riri penuh dengan julukan rahasia, dan hal itu hanya di saat genting dan rahasia kami memakainya" ucap prima.
"maksudnya rahasia..." tanya zhi han lagi.
"itu apabila saat genting dan berbahaya saja, casper adalah julukan zian kakak riri, kalau aku memberikan julukan pada riri adalah si cucut... kalau papi riri si gadis nakal, kalau mami riri Chamomile..serukan keluarga riri " ucap prima.
dan itu membuat zhi han tersenyum heran, akankah ia juga diberikan julukan oleh keluarga riri..zhi han pun memutar otaknya dan tersadar " Ten trom si pencuri " itu julukan yang di beri mertuanya padanya, pantas fikirnya. sambil tersenyum.
"kenapa senyum kaya gitu...genit" ucap prima melirik zhi han.
"memikirkan julukan apa yang pantas buat kamu..." ucap zhi han meledek prima.
"aku tak terima julukan ok...no.." ucap prima.
"harus..sebagai hukuman kau menggendong dan mencium istriku sembarangan..." balas zhi han menendang pelan kaki prima.
"huuu...perasaan dari dulu juga gak perlu ijin siapapun" balas prima menendang kaki zhi han pelan.