di perjalanan menuju rumah sakit, riri hanya diam memandangi kaca jendela mobil. di pangkuannya ada zhi han yang terbaring lemah tak berdaya karena obat bius yang masih mempengaruhinya, entah kenapa zhi han memesan makanan siap saji siang itu, karena dalam seminggu ini zhi han sangat frustasi melihat riri yang tak pernah semarah itu padanya. hingga ia sering melupakan makan siangnya. apalagi zhi han dalam ancaman dina. wanita yang sempat ingin di jodohkan dengannya. zhi han tak mampu berbuat banyak begitu tahu kelicikan dina, satria ia culik. zhi han takut kenapa kenapa dengan satria, anak yang begitu ia sayangi. zhi han pun menyetujui jalinan kerjasama dengan pihak dina terlebih dina di bantengi sang ibu, zhi han tak mampu melawan karena sang ibu adalah teman baik almarhumah mamanya. dan mereka saling mengenal begitu lama. namun zhi han tak tahu keluarga dina sangat tak masuk akal. siang tadi, zhi han memesan makanan cepat saji yang sangat lama tak kunjung datang, namun sewaktu datang makanan itu sudah dingin. karena saking laparnya iapun memakan makanannya dan menyedot minuman dingin hingga habis separonya.
" pak..ada ibu dina ingin bertemu" ucap sekretarisnya.
" aku bilang, aku tak mau di temui siapapun setelah.." tak lama suara pintu yang terdengar di paksa terbuka tanpa mengindahkan omongan zhi han.
" hallo..zhii...oughhh..lagi makan ya... maaf " ucap dina yang berlenggak berjalan menuju sofa ruangan kerja zhi han.
" kamuu...lancang sekali masuk tanpa ijin" ucap zhi han yang marah dan memghentikan kegiatan makannya.
ia pun berdiri, dan seketika ia merasakan sakit di kepalanya.. membuat tubuhnya lemas dan roboh begitu saja. ia sempat mendengar tawa wanita itu hingga ia tak sadarkan diri lagi.
kini zhi han tahu - tahu sudah di rumah sakit. setelah ia sadar, ia melihat hanya ada uncle lee di temani pengawalnya.
"pamaan..." ucapnya lirih
" yaa...anak bodoh.." ucap uncle lee memukul lengan zhi han. zhi han pun meringis kesakitan akibat perlakuan pamannya.
" sakit nihh..paman ahh " ucap zhi han.
" mana riri paman.." ucap zhi han yang tak menemukan sosok istrinya.
uncle lee hanya menghela nafas berat. entah dari mana dan apa yang akan ia ucapkan pada keponakannya.
" paman...ada apa...mengapa paman diam saja.apa ada yang terjadi " ucap zhi han melemah.
" kau tahu, satria di culik bersama john " ucap uncle lee.
" yachh...aku tahu.." ucap zhi han menunduk.
" darimana kau tahu.." ucap uncle lee.
" akuu..." seketika omongannya terputus begitu riri datang dengan wajah yang dingin.
" paman...apa ini...paman" ucap riri yang tak mempercayai apa yang barusan ia dengarkan.
" sweety ..." ucap zhi han terkejut
"agassi..." begitupun uncle lee.
"jadi kalian berduaa... paman dan keponakan...woowww, sandiwara yang menakjutkan, surprise..." ucap riri setengah menyeringai. membuat dua lelaki yang sangat ia sayangi melongo akibat keterkejutan ucapannya barusan. mereka tahu lambat laun riri bakal mengetahui hal ini, namun mereka tak menyangka identitas mereka berdua sangat cepat di ketahui riri.
" sweety..aku bisa jelaskan honey..yahh.. kamu duduk dulu yang tenang " bujuk zhi han.
" benar, agassi kamii..." ucap uncle lee terdiam waktu riri mengangkat tangannya mengartikan ' sebaiknya kau diam' hingga uncle lee menutup mulutnya, ia tahu sekarang nona majikannya sangat marah.
" i understand, now...hmmmm...tak perlu ada penjelasan apapun, nikmatilah waktu kalian berdua saat ini, tentu..ini kesempatan langka kalian bisa berbincang bincang lebih lama setelah ini, tak perlu terkejut seperti itu" ucap riri sinis dan meninggalkan zhi han dan uncle lee yang tak mengerti ucapan riri barusan. zhi han menyandarkan dirinya, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, tanpa fikir panjang ia melepas selang infusnya dan berlari begitu saja mengejar riri, istrinya.
riri yang sudah masuk lift langsung menuju lantai atas rumah sakit dengan linangan air mata. ia tak menyangka benar - benar tertipu selama ini.
sedang zhi han menuju lantai bawah mengejar istrinya, dan tak berhasil ia temukan, bahkan ia menjelajahi area parkiran. tak ia temukan mobil istrinya. zhi han pun frustasi, kenapa secepat ini masalah seperti ini datang di waktu yang tak tepat.
riri memasuki sebuah ruangan, di mana kepala rumah sakit tersebut adalah teman karibnya sewaktu smp.
" heyy...how are you girl " ucap lelaki itu dengan memasang kacamata putihnya.
riri mencoba tersenyum..
"kau mencari ini barusan, ada apa kau menginginkan test DNA itu girl, what happen..ceritakan padaku... atau..menangislah..." ucapnya sambil memeluk sahabat perempuannya ini. karena ia baru saja menyaksikan di cctv ruangannya apa yang terjadi dengan sahabatnya barusan. riri sesenggukan di bahu sahabat lelakinya ini, walau ia tak ingin menangis, namun tetap saja ia tak mampu menampungnya. sahabat lelakinya ini mencoba menenangkannya setelah memberi segelas air putih dingin pada riri yang mulai tenang.
" apa hasil test DNA itu Prima.. " ucapnya langsung ke inti pembicaraan.
" mmmm...tenang girl, your pregnant " ucapnya berhati hati.
" aku tahu...positifkan hasilnya" ucap riri memperjelas.
prima hanya menarik nafas dan menepuk lembut pundak sahabatnya ini lalu duduk di sampingnya.
" kau harus lebih berhati hati girl, ini berbahaya kalau kau menghadapi nya sendirian. test DNA itu negatif. kau tahu, park ji woo akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkanmu, kau harus menjaga sikap dan emosimu jangan sesampai gegabah bertindak " ucapnya karena tahu sahabatnya memiliki tujuan menghancurkan gambar lelaki yang dilingkari di dalam foto yang ada di tangannya.
" kau sangat mencintainya..." ucap prima memandang wajah sayu sahabatnya.
" siapa...kakakku..tentu saja aku..." ucap riri terpotong.
" heyy...bukan itu...ayah dari bayi yang sekarang ada di perut kamu " ucap prima lagi.
riri terdiam, dan lagi ada titik air mata berjatuhan. ia benar benar tenggelam dalam amarah. namun tersadar begitu mendengar nama bayi, ia tersadar saat ini si bayi besar tak bersamanya. satria..ia berdiri dan kebingungan, ada ketakutan menyergap hatinya takut terjadi sesuatu pada satria.
" heyy..jangan mondar mandir seperti itu..tenang girl.." ucapnya meraih pundak riri sahabatnya.
"bagaimana aku bisa tenang, satriaa..." ucapnya
" dia bersamaku girl, keponakanku ada di apartemenku, aku mengirim beberapa anak buahku begitu aku melihat segerombolan orang membawa putramu beserta pengawalnya setiba aku di villa kamu, aku menyuruh mereka membuntuti dan menyerang di saat mereka lengah, dan..well mereka selamat, hanya saja aku tak mau putramu di rawat di rumah sakit, takutnya penculik itu datang lagi dan menculiknya, jadi aku bawa ke apartemenku, kau bisa menginap dan menemaninya di sana. saat ini kau harus menenangkan diri dulu, kasihani janinmu." ucap prima. riri pun mengelus perutnya ia pun sangat tertekan saat ini dan tersadar pula ia sedang hamil anak zhi han. walaupun ia tak merasakan ngidam apapun hanya sakit kepala saat siang hari dan ia bawa tidur sebentar, kemudian bangun untuk mandi dan menyegarkan diri barulah ia tenang dan merasa pulih, hal ini ia rasakan sejak seminggu yang lalu sehabis bertengkar dengan suaminya zhi han. ia merasakan perubahan dalam dirinya, dan bergegas mencek ke rumah sakit, beruntung sahabatnya ini langsung bertemu dengannya dan memeriksanya. riri sangat bahagia, mendengar kehamilannya namun membayangkan pertengkarannya dengan zhi han membuat ia urung memberitahukan.
"prim...makasih yaa...kau banyak membantuku, sepertinya... satria dan john harus aku ungsikan sementara waktu, dan bu sundari harus aku kirim ke kampungnya agar tak ada yang mencurigai di mana keberadaan anakku " ucap riri yakin.
"terserah mu lah girl, kau tahu yang terbaik untuk orang-orang yang kau sayangi, aku sangat iri padamu" ucapnya sambil menjitak dahi riri.
"yaa...kebiasaanmu ini memang tak kau hilangkan..."ucap riri setengah kesal dan mulai tersenyum.
"aku menyayangimu girl,sahabatku..." ucap prima
"aku tauuu..." ucap riri merangkul prima sahabatnya.
*****
di apartemen riri, zhi han tak menemukan istrinya. bahkan kamar mereka kosong dan lengang. ia radi memang sempat ke rumah sakit menjenguk mertuanya, namun tak ada riri di sana. dan ini sudah tiga hari berjalan. zhi han sangat frustasi sekali. terlebih satria belum ditemukan. pengawalnyapun tak menemukan keberadaan nyonya mereka saat ini. membuat zhi han sangat ingin marah. terlebih uncle lee. ia sangat merasa bersalah menutupi identitasnya sebagai paman zhi han, namun bukan tak beralasan. iapun mengerahkan pengawalnya untuk terus mencari tahu keberadaan riri dan putranya.
riri yang baru sampai di bandara dan berpisah dengan prima melaju ke rumah sakit tempat papinya di rawat, dan bertemu dengan uncle lee dan pengawalnya. riri menghela nafasnya begitu mendekati uncle lee.
"agassi...agassi dari mana saja saya sangat khawatir " ucap uncle lee.
seketika riri mengeluarkan tiket,visa dan pasport yang ia sodorkan ke tangan uncle lee, membuat uncle lee terdiam.
"istirahatlah...dan pulang temani istrimu, ia pasti merindukanmu.." ucap riri dingin dan berlalu begitu saja.
uncle lee menyadari, nona majikannya sangat lain, terkesan dingin, dan menakutkan. tak ia lihat lagi raut wajah ceria setelah kejadian yang barusan mereka alami. uncle lee ingin rasanya memeluk nona majikannya dan meringankan bebannya, namun rasanya ada yang mencegah hal itu, rasa bersalahnya.
zhi han yang menatap dari kejauhan adegan barusan sedikit kecewa pada istrinya, tak seharusnya istrinya memperlakukan pamannya seperti itu setelah pengabdian pamannya bertahun tahun. yang tadinya ia sangat bahagia melihat kedatangan istri yang ia rindui, namun terhenti begitu saja dengan kata -kata yang keluar dari mulut istrinya ke pamannya. hingga ia pergi meninggalkan rumah sakit tersebut.
di apartemennya zhi han, ia merebahkan dirinya di kamarnya, kasur yang sempat ia pakai bersama istrinya bercumbu mesra.ia sangat merindui istrinya, ingin memeluk dan menciuminya, bahkan meminta maaf dan akan menjelaskan semuanya. namun rasanya istrinya tak akan memberi celah itu, apakah istrinya membencinya. kefrustasiannya dalam beberapa hari ini yang tak melihat istrinya bahkan ia pun baru menyadari sewaktu sekretarisnya menitipkan sebuah flasdisk kepadanya untuk di berikan pada istrinya. membuat zhi han sangat penasaran dan membukanya. alangkah terkejutnya ia..adegan saat dina mencumbunya terpampang jelas di layar komputer zhi han. bahkan adegan saat riri mencengkeram kerah baju dina ke dinding. zhi han paham dan mengerti, pasti saat ini riri sangat-sangat marah padanya. kenapa semua bisa terjadi di saat yang bersamaan. membuat kepala zhi han sakit, hingga ia terlelap dalam kepenatan dan kehampaan.