rifah yang masih tak sadarkan diri kini berada di ruang operasi begitu dokter mendiagnosa cidera parah yang ia alami, untungnya operasi berjalan lancar setelah gift di pasang di kaki rifah walau bersifat sementara setidaknya ini bisa membantu kesembuhan rifah.
sementara itu, suasana di rumah sakit yang lain setelah riri menenangkan diri, ia beranjak ke kamar pasien lain yang tak lain adalah papinya sendiri. riri melihat banyak selang yang terpasang di sekujur tubuh papinya. tak tega rasanya melihatnya, seharusnya ia tak usah mengabari papinya akan kepulangannya kalau tahu begini jadinya. namun kerinduannyalah yang tak mampu ia tahan pada papi dan anak semata wayangnya. zhi han yang mendekati istrinya ikut terhanyut menatap kesedihan di raut wajah istrinya. " sweety... come on... please.. don't cry... aku yakin ada hikmah dibalik kejadian ini, kita berdoa saja semuanya akan baik baik saja ya.." ucap zhi han berusaha menghibur hati riri.
" bagaimana aku bisa tenang, papi dalam keadaan seperti ini, dan satria belum di temukan, rasanya kalau boleh ku bagi raga ini jadi beberapa bagian akan aku lakukan sendiri menjaga papi dan mencari keberadaan anakku, yang tak tahu bagaimana dia sekarang" ucap riri dalam hati sambil menyeka air matanya.
"📨...Agassi apa yang terjadi, saya sudah di bandara begitu john memberitahu saya apa yang terjadi pada tuan besar dan wangja, saya sudah mengerahkan beberapa pengawal lainnya untuk mencari wangja di beberapa rumah sakit, percayalah wangja pasti akan kita temukan" isi pesan massenge uncle lee pada riri.
uncle lee sedikit terburu buru begitu tahu kejadian ini, seandainya saja ia tak menunda kepulangannya. namun di satu pihak ia tak akan mendapatkan info tentang keluarga park ji woo, jika mengikuti kepulangan majikannya. namun siapa sangka hak tak terduga terjadi pada majikannya, ia tinggal karena sebuah tugas, lagipula ini adalah tugas ini yang di berikan keponakannya padanya untuk yang pertama kali ini.
pengawal kwang terus mencari info di beberapa rumah sakit hingga ia menemukan satu pasien anak anak yang mengalami kecelakaan barusan.
" bisa saya melihat pasien tersebut..." ucap pengawal kwang pada perawat jaga.
" boleh pak...tapii...pasien tersebut... bapak sanggup melihatnya" ucap perawat tersebut dengan ragu.
" tentu saja.." ucap pengawal kwang tanpa ragu.
dan kini ia berada di ruang kamar jenazah, tentu ada perasaan gugup dan tak mengira ia akan di bawa perawat ke ruangan ini. begitu perawat memperlihatkan jenazah seorang anak laki laki yang mengalami kecelakaan tragis, wajahnya tak dikenali dan tangannya hampir gosong. pengawal kwangpun memperhatikan ciri ciri tersebut. ia pun menggeleng.
" maaf...ini bukan keluarga saya, bukan majikan muda saya sekali lagi maaf merepotkan " ucap pengawal kwang kemudian pamit pergi setelah memastikan bahwa pasien yang berada di ruang jenazah bukanlah satria.
ia berusaha menghubungi pengawal john memastikan apakah ia sudah menemukan dimana wangja berada.
meski sampai malam hari mereka tak kunjung menemukan sang wangja, mereka tak letih sekalipun untuk terus mencari.
riri yang diam namun jelas kecemasan terlihat di wajahnya terus terusan melihat handphonenya menanti kabar keberadaan wangja. zhi han pun demikian, yang tadinya tenang saja, berubah cemas pula. apalagi ini sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. nampak tak ada berita yang ia terima.
ingin ia ikut mencarinya, namun bagaimana mungkin meninggalkan istri dan mertuanya dalam keadaan seperti ini. ia jadi serba salah.
"📨... tuan kami berada di rumah sakit besar di tengah kota , ada satu pasien anak laki laki yang mengalami kecelakaan namun tanpa identitas, hanya saja kami tak dapat menemuinya karena kata perawat kamarnya di jaga ketat oleh beberapa orang, yang membuat saya penasaran ciri cirinya sama persis seperti wangja, bagaiman tuan apa yang mesti saya lakukan " isi massenge pengawal john.
setelah membacanya, zhi han nampak mengerti, hanya saja benarkah itu wangja.
"📨...kembalilah... ini sudah malam...dan jangan bicarakan apapun pada istriku" balas zhi han.
mendapat balasan seperti itu membuat john sangat heran, dan bagaimana ia akan menjelaskan pada nona majikannya nanti tentang temuannya malam ini.
sedang zhi han berkonsentrasi berfikir, siapa orang itu. kalau benar itu satria, bagaimana mungkin ada penjagaan ketat yang tak boleh orangnya atau pengawal dari istrinya masuk. sangat aneh. kalaupun itu mantan suaminya riri apakah mereka sebelumnya pernah bertemu atau dipertemukan. zhi han sangat penasaran. apalagi mengetahui cerita dari uncle lee, riri membawa satria pergi tanpa nama dari ayahnya. tentu sangat mustahil satria di jaga ketat oleh ayahnya sendiri.
riri yang memperhatikan suaminya memandangi kaca jendela rumah sakit berusaha bertanya " ada apa mr.zhi... apa satria sudah ditemukan, atau ada hal lain yang kau sembunyikan " ucap riri penasaran.
" oughhh...nggak kok, sweety...mmm... apa aku boleh bertanya...tapii..kamu jangan marah ya..." ucap zhi han.
" maaf sebelumnya...apa satria dan papanya pernah bertemu " ucap zhi han.
mendengar hal itu, riri terdiam karena baru pertama kali ini zhi han menanyakan tentang mantan suaminya.
" nothing..." ucap riri tercekat dan berbalik meninggalkan zhi han.
terang saja membuat zhi han merasa tak enak dengan jawaban tersebut. ia berusaha mengejar riri, meraih tangannya dan memeluk tubuhnya sambil berkata..." sorry...sorry.. aku tak bermaksud membuka masa lalu kamu " ucap zhi han berbisik ditelinga riri dan mendekap erat istrinya yang memang memerlukan pelukan hangat saat ini.
riri hanya terdiam sambil membenamkan diri dalam pelukan suaminya. ia tak tahu meski berkata apa hanya saja agak kaget waktu mendengar pertanyaan tersebut. tak pernah riri memikirkan hal tersebut sebelumnya, hanya saja tak mungkin rifah menemui anaknya tanpa sepengetahuannya. terkecuali... selagi ia berada di shanghai, rifah menemui papinya untuk bertemu satria. mungkinkah hal itu...
riri melepaskan pelukan suaminya, berpaling menatap papinya di ruangan tersendiri yang tak boleh sementara waktu di temui keluarga pasien.
" papi... bertahanlah" ucap riri dalam hati.
*****
" bos...kami sudah melaksanakan perintah bos.. " ucap seseorang dari handphone.
" bagus... tetap pada tugas yang ku berikan, aku akan menyusul ke sana begitu urusanku beres, pastikan aman dan tanpa ketahuan sedikitpun. jangan bertindak gegabah, mengerti"
" baik bos.." sambil menutup pembicaraan barusan.
tanpa ia ketahui, ada seseorang yang mendengarnya, dan tanpa ketahuan ia pergi dari tempat itu, yang tak lain sebuah kantor.
ada senyuman misterius di wajahnya begitu tahu rencananya berjalan mulus walau sedikit ada kekeliruan barusan. hingga ada tawa menyeringai begitu ia memandangi sebuah foto pada figura kecil di meja kerjanya....