suasana pagi kota shanghai yang memang masih sepi membuat siapa saja enggan untuk bangun, terlebih cuaca dingin mulai merayapi kota ini. namun tidak bagi seorang lelaki tua, uncle lee. matanya tak dapat terpejam dengan rileks, setelah zhi han menceritakan rencana yang sudah tersusun rapi di benak dia dan istrinya. bukan rencananya yang di cemaskan uncle lee, tapi resiko buat kedua anaknya ini. terlebih setelah uncle lee melakukan beberapa penyelidikan setelah malam penghargaan tersebut. walau masih sedikit shock ia tetap berusaha tenang. tak mau gegabah dan memperlihatkan kecemasannya. karena kalau terlihat, pasti nona majikannya mulai membaca satu persatu hal hal yang di sembunyikan uncle lee. pertemuannya yang secara diam diam dengan james beberapa hari lalu. di mana mereka merencanakan untuk mengatur jalannya proses wawancara walau berjalan tak sesuai keinginan. padahal penjagaan yang ketat sudah mereka kerahkan. tetap saja wartawan membludak, terlebih ada seseorang yang mengaturnya. uncle lee dan james hanya ingin menghindari agar dalam proses wawancara tak ada yang bertanya perihal kematian kakak lelaki riri. karena mendengar nama majalah saja membuat banyak orang yang penasaran membrowsing di internet. kalau para pengguna semakin penasaran mereka pasti akan mencari tahu hal yang lebih lagi dari sekedar nama perusahaan. sudah tentu, akan kembali menguak peristiwa yang lalu.
uncle lee memang sengaja menemui james, karena bagaimanapun james juga majikannya, saudara sedarah riri. hanya saja yang membuat uncle lee shock setelah tau apa yang di ceritakan zhi han padanya. foto riri yang diambil diam-diam, dan aksi penyerangan terhadap zhi han beberapa hari yang lewat. zhi han memang tak bercerita pada istrinya, bukan tak mau hanya saja zhi han mengerti sisi kejam riri yang lain. karena ada beberapa laporan dari pengawal Kwang tentang istrinya.
*****
" Morning...Sweetheart...ayo bangunn..kita siap siap pulang.." ucap riri yang berusaha membangunkan suaminya. walau zhi han enggan beranjak dari peraduannya mau tak mau ia tergerak setelah beberapa saat mencium aroma susu coklat hangat bikinan istrinya. ia meminumnya sampai habis, hingga istrinya hanya terdiam menatap aksi zhi han tersebut, padahal itu susu coklat biasa. bagi zhi han tentu saja sangat nikmat karena bikinan istri sendiri.
" jam 10 kita sudah check out loh dari hotel.." ucap riri yang mengeringkan rambutnya dengan handuk sehabis mandi.
zhi han menopangkan dagunya di bahu riri " yaa..kenapa mandi duluan..." ucapnya serak.
" kamu...kok suaranya...sakit ya..." ucap riri meraba dahi zhi han.
" gak..kok...kamu nihh..hampir aja buat aku cemas..." ucap riri setelah meraba dahi zhi han yang baik baik saja.
" aku mandi nihh... kamuu...mau mandi lagi gakk..." ucap zhi han.
riri hanya menjulurkan lidahnya sambil mencari baju untuk bersiap siap.
****
" mana uncle lee ya...kok gak keliatan sweetheart'' tanya riri.
" oughh..aku lupa memberi tahu bahwa uncle lee membatalkan keberangkatannya ke indonesia hari ini, ada urusan lain yang harus beliau selesaikan." ucap zhi han.
" kok gak bilang dari malam tadi..jadi cuma kita berdua az yang pulang" tanya riri.
" yup..." ucap zhi han sambil menggenggam tangan istrinya menuju terminal keberangkatan.
*****
" Satriaa...ayo kita ke bandara Wangjaa" ucap papi riri pada sang cucu yang baru pulang sekolah.
" emang mimo sama pippo pulang ya..." ucap satria.
"mereka sudah di perjalanan, kita langsung saja menuju bandara ya.." ucap papi riri yang menggendong sang cucu dan memasuki mobil mewah kepunyaan anaknya.
" nanti satria sama mami papi ya..oppa mau pulang dulu jenguk omma " bujuk sang kakek walau berat meninggalkan cucunya namun ia juga kefikiran dengan sang istri yang di tinggal sendirian.
" jangan lama lama oppa, bawa omma ke sini, nanti satria kangen sama oppa." ucap satria sedih.
" tenang...oppa sama omma pasti jenguk satria, oppa belikan mainan yang banyak nanti.. satria harus bisa jaga diri gak boleh nakal sama teman atau membantah orang tua ya.." nasehat sang kakek pada cucunya.
sebenarnya, ada perasaan enggan daan sedih di rasakan papi riri. selain meninggalkan sang cucu ia juga meninggalkan sang putri, walau ia baru tahu perihal pernikahan putrinya yang berjalan beberapa bulan ini, tetap saja ada sedikit kekurang percayaannya pada menantunya yang baru. entahlah apa itu, mungkin karena terlalu sensitif akan kebahagiaan anak dan cucunya. ia sudah pernah sekali meninggalkan putri dan cucunya dalam keadaan menyedihkan tentu yang namanya orangtua tak ingin terulang kembali kejadian tersebut pada anak dan cucunya. cukup sekali penyesalan yang lalu. namun pulang ke vietnam tentu ada rasa cemas kalau saja sang istri mengetahui pernikahan putrinya, tanpa berdiskusi dengannya. papi riri sedikit bingung bagaimana harus menjelaskan nya nanti. pernikahan putrinya bukanlah pernikahan kontrak seperti perkiraannya, namun itu pernikahan yang sah. entah putrinya mengetahui atau tidak, namun setelah menyelidiki siapa zhi han dan perihal pernikahan tersebut, ia sebagai orangtua hanya bisa terdiam. namun berharap kalau pun ini sah, bahagiakan anak dan cucunya. apakah itu bisa nantinya...harapan itu hanya angan sementara.
sore hari pasangan suami istri ini menjejakkan kakinya di bandara internasional jakarta. mereka terus melihat lihat sekeliling mencari keberadaan satria dan papinya. ada rasa tak enak menyergapi hati riri. zhi han yang melihat istrinya sedikit gelisah mencoba menenangkan.
"mungkin macet kali..sabar ya..." ucap zhi han mengelus pundak riri.
📲...terdengar suara handphone riri yang bergetar. riri mengangkatnya. dan terdengar desah nafas sedikit berat dari suara handphone.." Momm...please..." kemudian suaranya menghilang. terang saja riri segera berlari meninggalkan zhi han begitu tahu itu suara putranya. zhi han yang melihat istrinya berlari kencang berusaha menyusul. riri yang berlari sambil terus memegang handphone menghubungi sebuah taxi yang memang ia pesan. ia yang berusaha menstop taxi tersebut sempat jatuh terpental, membuat zhi han yang melihatnya semakin cepat berlari menghampiri. riri bangun dari jatuhnya dan memasuki taxi yang sudah ia pesan sebelumnya, tentu saja itu taxi pa ahmad, taxi yang mau berjalan pun di stop oleh zhi han yang menghadang tepat di depan mobil yang hampir melaju. " nona..itu siapa..kok " ucap pa ahmad terpotong karena kaget.
"dia suami saya," ucap riri dengan nada ngos ngosan.
zhi han yang menghentikan taxi tersebut kemudian masuk menyusul istrinya. pa ahmad yang memahami hal yersebut langsung tancap gas. karena sewaktu riri menelponnya barusan ia tahu nona majikannya tertimpa musibah.
" what happen sweety.." ucap zhi han tak mengerti kenapa istrinya berlari seperti itu.
"papi dan satriaaa...hmmm.." ucap riri tak meneruskan.
zhi han paham, dan segera menelpon pengawal kwang dan pengawal Ali,serta tak lupa pengawal john yang selalu setia di samping putranya. namun tak ada yang mengangkat handphone sedikitpun. membuat zhi han semakin cemas.
pa ahmad segera mempercepat taxinya. begitu melihat kegelisahan majikannya semakin besar. riri yang berkeringat dingin tak merasakan lagi ada darah yang menetes di dahinya. begitu mereka sampai di rumah sakit, riri terus berlari langsung menuju UGD rumah sakit di susul zhi han sedang pa ahmad langsung memarkir taxinya. riri mendapati papinya terbaring penuh luka dan tak sadarkan diri, sedang bu sundari yang masih sadar terus menangis. " ndoro gusti...lindungi den satria.." suaranya yang lemah terdengar sedih. riri mendekati begitu mendengar suara bu sundari barusan ia tak mengerti maksudnya. " apa yang barusan saya dengar.. apa benar bunda.. please...where my child...kenapa ia tak terlihat, apa ia di rumah atau masih di sekolah...katakan sama saya bu sundari?!!!." ucap riri membuat bu sundari kaget dengan keberadaan nona majikannya ini.
" sabarr..sweety..ini rumah sakit.. bu sundari biarkan ia beristirahat dulu.." ucap zhi han menenangkan istrinya. lalu di mana john. riri berusaha melihat ke sekeliling ruangan UGD yang memang banyak terdapat banyak pasien yang sakit. riri berjalan menyusuri satu persatu pasien yang ada di sana, matanya sedikit berkunang kunang hingga ia pingsan tak sadarkan diri.