Debaran di dalam dada ini terasa begitu kuat, meletup-letup bagai gunung berapi yang siap untuk menyemburkan lahar panasnya. Dinda menarik nafas panjang untuk meredam gemuruh di dada, belum selesai Dinda dengan kegundahannya pada saat bersamaan suara pintu yang terbuka menambah riuh gejolak di hatinya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Ekspresi terkejut Dinda melihat Dias yang memasuki ruang kamarnya. Belum selesai Dinda menetralkan kekacauan di hatinya, Dias muncul untuk membuatnya merasa semakin sesak di dada.
"Kenapa?" Celetup polos Dias. Sama sekali tidak ada rasa bersalah di wajahnya.
"Kenapa?" Dinda justru balik tanya, Dinda lupa jika mereka memang berbagi kamar dalam acara reuni yang gila ini karena adanya Jesi.
"Kendalikan tatapanmu, tidak disangka ternyata pesonaku mampu menghipnotismu." Ucapan Dias bagaikan cemooh di telinga Dinda.
Dinda mengumpat dengan kesal. "Kau…" Kalimat Dinda berakhir dengan pergulatan batin.