Dinda merasa nyaman dalam dekapan Dias. Kalaupun boleh ia pun enggan untuk beranjak dari tempat nyaman tersebut.
Edo mengusap dadanya, ia sedikit parno jika ada error saat berada di dalam lift. Ia lalu mengedarkan pandangan kesekeliling guna memeriksa keadaan yang lain. Namun, Edo justru menemukan pemandangan yang menyegarkan mata. Dia tersenyum, lalu sikap jahilnya timbul.
"Ehemm, kesempatan nih" ledek Edo.
Dias dan Dinda tersentak, mereka tersadar dari lamunan. Dinda buru-buru berdiri, merapikan posisinya. Baik Dias maupun Dinda sama-sama tersipu malu. Menyadari beberapa pasang mata manusia di hadapannya mulai mencari tau apa yang telah berlaku. Dias segera mengkondisikan keadaan.
"Ehem, pandangan ke depan. Atau kalian aku suruh keluar" katanya tegas.
Setelah itu tidak ada lagi yang berani mengarahkan pandangan ke belakang. Menyadari jika Dinda pun seperti terkena dampaknya. Tanpa rasa malu lagi Dias sedikit mencondongkan tubuhnya ke hadapan.