Dias membawa Dinda ke salah satu butik langganannya. Para pelayan di butik segera menyapa Dias dengan penuh rasa hormat dan mereka nampaknya akrab dengan bosnya, karena mereka tidak menyapa Dias secara biasa seperti cara mereka menyapa pengunjung biasa.
"Selamat datang bos Dias, kami senang anda berkunjung hari ini" kata empat orang pelayan secara kompak.
Dias hanya mengangguk lalu berjalan ke dalam di bimbing oleh salah seorang pelayan yang sepertinya sudah senior. Sementara tiga pelayan lain mengekori mereka di belakang.
Aku juga sering pergi ke butik, tapi pelayanannya tidak seperti ini. Aku rasa ini berlebihan. Hemm apa bos Dias memang suka diperlakukan seperti ini. Yah tentu saja, dia kan monster labil. Siapa coba yang bisa menolaknya? Bisa dibantai habis-habisan nanti. Ngomong-ngomong, kenapa dia masih menggenggam tanganku? Dia pikir aku akan melarikan diri? Batin Dinda.
"Sampai kapan bos Dias akan menawan tangan saya?" Bisik Dinda.