"Sssttt ... Tuh orangnya datang" bisik Fani.
Ian yang berada tidak jauh dari mereka sedang yang berjalan ke arah Dinda dan Fani. Ia nampak tersenyum bahagia mendekati kedua gadis tersebut. Bagaimana bisa Iyan tidak bahagia, ia merasa sangat senang bisa satu tempat magang dengan Dinda. Iyan sudah menyukai Dinda sejak awal perkuliahan mereka. Akan tetapi perasaan iyan tidak pernah disambut oleh Dinda padahal dia tidak henti-hentinya mendekati Dinda dengan berbagai cara.
Ah Dinda jadi teringat waktu itu saat pertama kali Niko mulai mengajar di kelasnya. Saat itu Niko membelanya saat diganggu oleh Iyan di dalam kelas. Hemm Niko, sekarang aku harus mulai membiasakan diri untuk mengeluarkan satu nama pria itu dari dalam hati dan juga pikiranku. Move on Dinda, batin Dinda.
"Hai gadis-gadis, aku senang kita bisa jadi satu di tempat magang yang sama."
"Ya, aku dengar kau menggunakan kekuasaan orang tuamu untuk bisa berada di sana" kata Fani sinis.