"Mana tau kalau kau mau pulang ke rumah yang lain. Apa kamu tidak ingin pulang ke rumah keluarga Hermawan?"
"Hehe iya sih. Papa mau ikut?" Dirga menyipitkan matanya membalas keisengan papanya.
"Bercanda kamu!, buat apa papa ikut jika nanti hanya akan menjadi obat nyamukmu dan Winda" keluh dr.Vian.
Dokter Vian menatap punggung Dirga yang semakin menjauh, 'Putra kita sudah besar sayang, Andai kamu masih ada disampingku kamu pun akan bangga melihatnya tumbuh hingga menjadi seorang dokter yang handal seperti sekarang' kata dr.Vian dalam hati. Ia sering bicara sendiri, seolah ia sedang berbicara dengan almarhum istrinya yaitu mamanya Dirga.