Shirt pagi pun berakhir dan Dirga masih saja sibuk. Winda melangkah menuju ke halte bus dengan langkah tak bersemangat.
Percakapannya dengan intan sewaktu di kantin tadi selalu terlintas dipikirannya. Winda benar-benar tidak bisa mengabaikan ucapan intan walau hanya sepintas.
'Entahlah, Intan memang terdengar seperti bergurau tapi hati ini menjadi was-was jika memikirkannya. Bukan karena aku yang terlalu sensitif tapi mungkin karena aku pernah kehilangan dan jujur itu sangat berat bagiku. Aku tidak ingin lengah dan kehilangan untuk kedua kalinya. Ya aku bukan over sensitif tapi aku hanya tak ingin kehilangan lagi. Walaupun aku tau Intan sahabatku ini tidak akan tega mengkhianati ku tapi tidak ada salahnya jika aku waspada, maafkan aku Tan bukan aku tak mempercayaimu tapi aku tidak percaya dengan keadaan, karena keadaan yang selalu merugikanku' pikir Winda dalam hati.