Pintu skenario Pembunuhan Tengah Malam ditutup dengan bunyi "klik," dan suara itu seperti belenggu yang semakin menyesakkan jantung para mahasiswa kedokteran.
"He San, berdasarkan pengalamanmu sebelumnya, apa tindakan terbaik yang harus kita lakukan?"
"Temukan pintu keluar sesegera mungkin!"
...
Setelah menutup pintu, Chen Ge segera mengatakan pada Xiao Wan lewat panggilan telepon untuk segera menemuinya di ruang alat peraga.
"Bos, kenapa terburu-buru? Para pengunjung sudah ada di dalam gedung, kan?" kata Xu Wan, masih lengkap dengan make-up pemakaman dan balutan gaun pengantin dari skenario Minghun. Ia berlari melewati lorong, membangkitkan aura mencekam di tempat itu.
"Aku telah membangun skenario baru di lantai tiga; nama skenarionya Pembunuhan Tengah Malam. Kelompok mahasiswa kedokteran adalah kelinci percobaan sempurna untuk skenario baru itu." Chen Ge mendorong pintu ruang alat peraga hingga terbuka dan menggunakan ponsel hitamnya untuk mencari benda yang dibutuhkannya.
"Tapi, bukankah skenario baru harus diperiksa terlebih dahulu oleh manajemen taman sebelum digunakan?" Xu Wan mengikutinya sambil mengangkat rok tradisional hingga di atas pergelangan kakinya agar tidak tersandung. "Bos, apa yang kau cari?"
"Seragam yang ku buat sendiri untukmu."
"Seragam?"
Di sudut terdalam ruangan, Chen Ge melihat sebuah kotak kayu yang tidak asing. Dia tidak menyangka kotak tempat munculnya boneka dan ponsel hitamnya tiba-tiba sudah berada di dalam ruang alat peraga. Chen Ge berjalan ke arah kotak tersebut dan mengintip isinya. Di dalam kotak itu, terdapat palu yang tampak aneh, jubah berlumuran darah, dan selebaran orang hilang yang terlihat mulai menguning.
"Ketemu." Chen Ge mengeluarkan seragam itu. Anehnya, busana yang terlihat seperti pakaian dokter biasa itu sangat berat. Mungkin saja karena rantai besi yang dijahit pada pakaian. Wajah manusia dalam berbagai tingkat siksaan terukir pada rantai itu.
"Bos, ini seragam yang kau buatkan untukku?" Xu Wan tanpa sadar melangkah mundur karena dia bisa mencium bau darah yang sepertinya berasal dari pakaian itu. "Bisakah aku menolak memakai seragam itu?"
"Salah satu elemen berharga di Rumah Hantu adalah aktor, Xiao Wan. Pikirkan pelajaran yang pernah diajarkan gurumu di sekolah drama. Seorang aktor harus bisa membiasakan diri dengan semua peran, apapun perannya." Chen Ge membentangkan jubah itu, dan topeng kulit tiruan manusia terjatuh dari sela-sela lipatannya. Chen Ge juga tidak tahu topeng itu ada disana. Ia membungkuk untuk mengambilnya dan seketika merinding ketakutan.
Topeng itu terbuat dari kulit wajah laki-laki yang dijahit menjadi satu. Teksturnya tampak kasar. Justru itulah yang membuatnya semakin mengerikan.
"Bos, jangan bilang aku harus memakai topeng itu juga." Xu Wan sudah kembali bergerak mundur ke arah pintu.
"Tolonglah. Cobalah untuk gunakan topeng itu. Aku ingin melihat bagaimana seragam itu terlihat secara keseluruhan. Aku akan menjadi hantunya lain kali, oke? Kumohon, tolonglah ..." Chen Ge memohon, tetapi nadanya terdengar seperti setan dalam dongeng yang memikat manusia untuk berbuat dosa.
"Baiklah ... aku akan mencobanya." Xu Wan akhirnya mengalah. Setelah menerima topeng kulit dan pakaian itu, dia melepas pakaian pengantin di depan Chen Ge dan mengenakan seragam barunya. Dia tampaknya tidak keberatan Chen Ge masih berdiri di sana. "Boss, sejujurnya, definisimu tentang seragam mungkin perlu diperbaiki."
Saat Xu Wan mengalungkan rantai di sekitar tubuhnya dan mengenakan pakaian yang berlumur darah beserta topeng kulit. Perubahan drastis tampaknya terjadi pada seluruh kepribadiannya. Perasaan penuh dengan kekejaman, kegilaan, dan kejahatan tampak menguasai dirinya.
"Tidak buruk." Chen Ge tidak berani membiarkan Xu Wan mendekati cermin, takut gadis itu akan menakuti dirinya sendiri. "Ayo, bawa ini."
Chen Ge menyodorkan palu aneh yang diambilnya dari kotak. Panjang palu itu sekitar empat puluh sentimeter. Gagangnya tampak seperti tulang belakang manusia. Terdapat kaitan pada ujungnya yang dapat dihubungkan dengan rantai pada kostum tersebut, dan di kedua sisi kepala palu, terdapat jarum-jarum yang digunakan untuk menumpahkan darah. "Palu ini berongga jadi tidak terlalu berat. Tetapi, jika kau merasa benda itu sedikit merepotkan untuk diangkat, kau bisa menyeretnya ke lantai."
Xu Wan sudah menyerah pada ide-ide aneh Chen Ge. Jadi, yang dapat dilakukannya hanyalah mengangguk dan menerima palu yang disodorkan Chen Ge.
"Letakkan ponselmu di dalam saku luarmu dan pastikan earpiece-mu berfungsi dengan baik. Biarkan koneksinya tetap berjalan. Jika tidak ada pertanyaan, ayo kita mulai."
"Kita? Bos, kau ingin masuk ke dalam skenario juga?" Xu Wan berbalik untuk melirik Chen Ge. Suara lembutnya yang keluar dari topeng kulit memiliki efek yang sangat menakutkan.
"Tentu saja. Ayo, mari kita mulai. Para pengunjung mungkin bosan menunggu kita."
Chen Ge menyuruh Xu Wan memasuki skenario Pembunuhan Tengah Malam, sementara dia kembali ke ruang kontrol utama. Hanya dalam beberapa menit, ia sudah menemukan bayangan tujuh siswa pada layar. Ketujuh orang itu adalah pengecut yang lebih mudah ketakutan daripada Gao Ru Xue. Berdasarkan ekspresi di wajah mereka, mereka jelas-jelas terlihat gugup.
Setelah ditinggalkan Chen Ge sekian lama, mereka masih berkeliaran di pintu masuk. "Sepertinya aku harus memberi mereka sedikit dorongan," Ujar Chen Ge.
Chen Ge pertama-tama mengganti musik latar dengan Black Friday sebelum memanggil Xu Wan.
"Xiao Wan, skenario baru ini sangat besar; skenario ini tidak hanya terdapat di lantai tiga, tetapi ada beberapa bagian yang terletak di lantai pertama dan kedua. Ada tangga di ujung kiri dan kanan skenario, jadi jangan berjalan-jalan di dalam skenario itu tanpa tujuan atau kau akan tersesat. Sekarang, dengarkan perintahku dengan hati-hati. "
"Aku mengerti."
Setelah mengakhiri komunikasi dengan Xu Wan, Chen Ge merias wajahnya sendiri sebelum memasuki skenario Pembunuhan Tengah Malam melalui lorong pekerja. Dengan ponsel hitam, ia bisa mengendalikan lebih dari sepuluh alat peraga dan perangkap di dalam skenario dengan bebas. Dengan sedikit kemudahan yang diberikan ponsel ini, skenario Pembunuhan Tengah Malam menjadi jauh lebih menakutkan dibandingkan Minghun dan Malam Mayat Hidup.
Di tempat yang kelam di lantai tiga, bathtub di salah satu ruangan bergeser ke samping. Setelah Chen Ge merangkak keluar dari sana, ia mengembalikan semuanya kembali seperti semula.
"Xiao Wan, mereka mungkin ada di Kamar 207. Bersiaplah di tangga kiri dan tunggu perintah selanjutnya." Setelah itu, Chen Ge membiarkan matanya terbiasa dengan kegelapan sebelum ia menggunakan tangga menuju lantai tiga.
Kelompok mahasiswa kedokteran tersebut masih belum sadar ada "bahaya" yang semakin dekat. Mereka masih memperhatikan alat peraga dengan seksama, berharap menemukan beberapa petunjuk yang bermanfaat.
"Selain suasana remang dan suhu rendahnya, Rumah Hantu ini tidak terlalu menyeramkan. Apakah kita bertindak terlalu waspada?" Monkey adalah yang terkecil dan paling cerewet dalam grup itu. "Kakak Feng, kupikir kita harus membagi lagi kelompok ini menjadi dua kelompok kecil. Dengan begitu, pencarian akan jauh lebih cepat. Kita akan terlambat menemukan jalan keluarnya jika kita terus berkumpul seperti ini."
Feng yang akrab disapa Monkey adalah pemuda tertinggi dalam kelompok itu. Setelah menyadari bahwa semua persiapan mereka sia-sia, ia mengakui ia memang sedikit gelisah. Namun, seiring berjalannya waktu, ia perlahan menyadari bahwa tempat itu tidak seseram yang dibayangkannya. "Itu bukan ide yang buruk. Baiklah, Monkey dan Lao Song, kalian berdua dapat membentuk kelompok dengan dua gadis lain untuk mencari jalan keluarnya di kamar sebelah kiri; kami bertiga akan mencari di kamar sebelah kanan."
"Kita seharusnya melakukan itu sejak tadi. Aku tidak mengerti kenapa kalian terlihat sangat ketakutan! Tempat ini seperti taman bermain dibandingkan dengan kamar mayat sekolah kita." Orang yang berbicara ini adalah salah satu gadis yang rambutnya diwarnai. Berbeda dengan Gao Ru Xue, dia menggunakan sedikit make-up di wajahnya. Ia terlihat seperti orang dewasa daripada seorang siswa.
"Kakak Hui, Kakak Feng, kita tidak boleh lengah; menurutku, kita tidak boleh berpencar." He San bersembunyi di antara kerumunan, masih dengan wajah merengut seraya berkata, "Bos Rumah Hantu ini tidak dapat dipahami dengan logika normal. Kalian semua tidak pernah melihat siaran langsungnya. Dia adalah orang gila yang sama sekali tidak menghargai nyawanya!"