He San mencoba sekuat tenaga untuk meyakinkan mereka, tetapi para seniornya sama sekali tidak terpengaruh. Mereka yakin bahwa He San melakukan hal itu untuk menyembunyikan sikap pengecutnya. Bagaimanapun juga, kau hanya akan percaya jika merasakannya sendiri. Mereka sudah berada dalam Rumah Hantu itu selama beberapa menit. Namun, belum ada yang sesuatu yang menakutkan terjadi di tempat itu ... belum.
"Xiao San, jika kau setakut itu, kau bisa bersembunyi di belakang kakak perempuanmu ini." Gadis bernama Hui bergerak maju dan berjalan ke kamar di sebelah mereka sendirian. "Semua dekorasinya sama; menonton drama kejahatan sambil tidur-tiduran di kamar jauh lebih menarik dari tempat ini."
"Kalau begitu, kita akan berpisah sesuai dengan pengelompokan yang sudah disebutkan sebelumnya." Monkey mengekor di belakang Kakak Hui sambil menambahkan, "Ayo, kita harus segera menemukan jalan keluarnya. Aku bosan."
Song Lao dan seorang gadis pendiam bernama Shi Ling juga mulai memeriksa kamar itu satu per satu, meninggalkan He San, Feng, dan Lao Zhao di koridor.
"Jujur saja, aku sangat kecewa." kata Lao Zhao, ia gemuk dan memiliki kulit yang lebih bening daripada kebanyakan gadis. Tubuhnya sangat lemah, bahkan beberapa langkah saja bisa membuatnya berkeringat.
"Simpan napasmu. Ayo, kita juga harus segera bergerak." Feng mulai bergerak maju dengan Lao Zhao yang mengikutinya dari belakang.
He San ditinggalkan berdiri sendirian di tengah koridor. Dia adalah satu-satunya yang masih sangat waspada. Sesuatu yang buruk pasti akan terjadi.
Ia baru saja mengambil dua langkah, namun ia kembali berhenti. Tunggu sebentar, musik latar tampaknya telah diganti, tetapi kenapa aku seperti pernah mendengar musik ini?
Sebelum dia bisa fokus pada musik latar yang dimainkan, suara berderak aneh tertangkap telinganya. Dia mencoba fokus pada suara itu, tetapi suara itu dengan cepat menghilang. Sumber suara itu sepertinya datang dari ujung koridor.
Seseorang sedang mengikuti kita? He San tidak berani mencari tahu asal suara itu dan bergegas mengejar seniornya. Musik Black Friday yang berputar menandai dimulainya Skenario Pembunuhan Tengah Malam. Cahaya di ruangan itu redup, barang-barang yang berserakan di koridor mulai bergerak sendiri, dan suara rantai berdenting terdengar dari tangga.
"Aku menemukan sesuatu!" teriak Hui sambil berjalan keluar dari salah satu kamar dengan boneka kain di tangannya. "Lihat. Boneka ini diletakkan tepat di tengah ruangan."
"Senior, tolong jangan sembarangan menyentuh barang-barang di Rumah Hantu. Terakhir kali aku berada di sini, jebakan itu diaktifkan setelah kami menggeser penutup peti mati." He San menceritakan pengalamannya. Sayangnya, tidak ada yang memperhatikan. Karena merasa diabaikan oleh para seniornya, He San hanya bisa berdiri diam di belakang para seniornya, menyaksikan mereka berjalan menuju kegelapan.
"Pasti boneka ini memiliki sebuah arti penting. Mungkinkan boneka kain ini sengaja diletakan di tengah ruangan untuk memberikan sebuah petunjuk?" Monkey mengarahkan boneka itu pada sumber cahaya yang redup. Boneka itu tampak seperti gadis kecil berusia sekitar lima atau enam tahun, tidak memiliki mata, dan tubuhnya dipenuhi bekas terbakar. "Tidak ada mata yang mewakili kegelapan dan tubuh yang terbakar mewakili api neraka?"
"Atau mungkinkah juga boneka itu menunjukan pembunuhan dengan cara pembakaran?" Feng menekan boneka itu dengan tangannya. "Ada sesuatu selain kapas di dalam boneka ini, sepertinya sesuatu yang padat. Ayo buka dan lihat isinya."
Monkey menarik resleting yang ada di bagian belakang boneka itu. Boneka tersebut dipenuhi sobekan kertas. Dia mengambil sepotong kertas di dalamnya. Di atas kertas itu terdapat coretan yang sulit dibaca, seperti tulisan tangan anak kecil.
"Apa yang tertulis disana?"
Monkey, yang merupakan satu-satunya yang membaca kertas itu, memperlihatkan wajah muram. Dia meletakkan kertas itu di telapak tangannya dan menunjukkannya kepada teman-temanya; hanya ada empat kata di atasnya — Kalian semua harus mati!
"Semua potongan kertas ini berisi kalimat yang sama."
"Sedalam apa kebencian yang dimiliki si penulis surat sampai melakukan sesuatu seperti ini?"
"Segera letakkan kembali. Boneka itu membuatku tidak nyaman." Shi Ling yang selama ini diam tampak ketakutan melihat boneka itu. Dia hanya meliriknya sekilas sebelum mundur beberapa langkah.
"Ini hanya sebuah boneka, tidak ada yang perlu ditakutkan. Mungkin hanya properti yang digunakan oleh Rumah Hantu." Monkey memasukan kembali potongan kertas itu ke dalam tubuh boneka dan melemparkan boneka itu dengan sembarangan di koridor. "Ayo pindah ke kamar sebelah."
Namun, getaran yang terdengar dalam suaranya mengkhianati sikap tenangnya.
"Tunggu sebentar." Xiao Hui mengangkat selembar kertas kusut di tangannya. "Selain boneka itu, aku juga menemukan kertas ini di kamar sebelumnya. Coba lihat, aku yakin ini semacam potongan kertas dari buku harian."
"Coba kulihat." Lao Zhao mengambil kertas itu dan mulai membaca. "Kurasa ada seseorang yang bersembunyi di dalam rumah. Aku penasaran apakah dia bersembunyi di bawah tempat tidur atau di dalam lemari. Aku sudah mengatakan ini kepada ibu, ayah, dan kakak perempuanku. Tetapi, mereka terlalu sibuk dan tidak memedulikanku. Ketika malam tiba, Ayah memeriksa semua pintu dan jendela untuk memastikan semuanya sudah terkunci. Aku heran kenapa mereka begitu takut pada sesuatu yang berada di luar. Padahal, ada seseorang yang bersembunyi di dalam rumah."
"Sial! Apa ini?" Lao Zhao berhenti membaca dan mengembalikan kertas itu pada Xiao Hui. "Ini semua dibuat untuk mengganggu kita; kita tidak boleh terjebak dalam perangkap seperti ini."
"Aku terkesan dengan detail-detail yang ditampilkan skenario ini. Sayangnya, benda-benda seperti itu tidak cukup untuk membuatku ketakutan." Xiao Hui meletakkan kertas itu kembali ke tempat ia menemukannya sebelum kelompok itu pindah ke kamar sebelah. Tak satupun dari mereka yang menyadari boneka yang mereka jatuhkan di lantai tiba-tiba bergerak.
"Lebih baik kita berhenti membuang-buang waktu dan segera menemukan jalan keluar." Setelah mencari di lima kamar dan tidak menemukan apapun, mereka akhirnya tiba di ujung kanan koridor.
"Tempat ini sangat besar; kita tidak akan bisa menyelesaikan pencarian dalam batas waktu yang ditentukan. Kurasa peluang untuk keluar dari tempat ini sangat tipis. Jika aku adalah pemilik Rumah Hantu, aku tidak akan mengatur pintu masuk dan pintu keluar di lantai yang sama," Feng menganalisis secara logis.
"Apakah kita akan berpencar lagi?"
"Tidak! Jika kita berpencar, kita akan lebih mudah untuk ditaklukkan!" He San menambahkan, tetapi kelompok itu memutuskan untuk mengabaikannya.
"Kita sudah berada di sini lebih dari sepuluh menit, tetapi tidak ada yang terjadi. Memang benar suasananya tidak buruk, tapi ini masih jauh dari menakutkan. Aku setuju untuk berpencar dalam kelompok kecil." Lao Zhao menyeka keringat di dahinya sebelum melanjutkan. "Jangan lupa tujuan kita yang sebenarnya di sini. Kita harus menemukan pintu keluar dalam waktu yang ditentukan dan memperbaiki reputasi universitas kita yang telah tercoreng!"
"Kau benar! Kita berpencar saja seperti rencana awal kita."
Saat diskusi hampir selesai, He San akhirnya melangkah maju kemudian berkata, "Bisakah kalian mendengarkanku?"
Dia berjalan ke tengah kelompok itu dan menunjuk ke ujung koridor. "Sejak beberapa menit yang lalu, aku telah mendengar suara aneh dari tangga; sesuatu sedang mengikuti kita!"
Berkat peringatan He San, kelompok itu mulai menyadari suara rantai yang semakin jelas.
"Bos sudah mengatakan skenario ini disebut Pembunuhan Tengah Malam. Jadi, akan ada seorang pembunuh." Lao Zhao menepuk-nepuk bahu He San kemudian melanjutkan, "Jangan khawatir. Pembunuhnya pasti diperankan oleh pekerja Rumah Hantu. Karena itu hanyalah orang biasa yang memerankan seorang pembunuh, apa yang harus kau takuti? Benar, kan?"
Kelompok itu tertawa dan menganggap He San terlalu peka.
"Jangan khawatir. Seniormu ada di sini untuk melindungimu. Jangan takut." Lao Zhao mengeluarkan ponselnya, menambahkan, "Ngomong-ngomong, bukankah kita memutuskan untuk merekam video pendek di dalam Rumah Hantu dan mengunggahnya di laman akun bos untuk mengejeknya? Kurasa lokasi ini tidak buruk. Semuanya, lihatlah ke arah kamera."
Ia memiringkan kamera untuk mencari sudut yang tepat. Matanya melirik ke layar, dan ketika dia hendak mengatakan sesuatu, rasa dingin yang tak terlukiskan menjalar dari bawah kakinya hingga ke atas kepalanya!
Tubuh gemuknya bergetar, dan dia melempar ponselnya dengan tangan gemetar.
"Fatty! Apa kau gila?"
"Apa yang kau lakukan? Kau membuatku takut!"
Lao Zhao tidak berbicara. Matanya mengamati semua orang di sana, dan dengan gigi yang bergemeretak, dia berkata, "Hitung saja sendiri, kenapa kita tiba-tiba berdelapan?"