Situasi yang benar-benar gawat.
Baik Rhode maupun Carter memiliki pikiran yang sama.
Wind Serpent Lord adalah musuh yang tangguh.
Mungkin kapal ini akan hancur lebih dulu sebelum kita berhasil mendarat!
"Hmph!"
Carter maju ke depan, menusukkan pedangnya tepat pada cakar besar Wind Serpent Lord. Sayangnya, sebelum tusukan itu mengenainya, Wind Serpent Lord tiba-tiba membuka mulutnya. Carter bisa mencium bau busuk nafasnya. Sebelum dia membalas, serangan monster tersebut sudah tertuju pada arahnya.
Carter mencoba menghindar, namun sudah terlambat. Dia tidak menyangka bahwa Wind Serpent Lord akan melepaskan cengkramannya pada lambung kapal demi menyerang dirinya. Carter pun menggunakan pedangnya untuk menghalau serangan itu. Kekuatan serangan tersebut membuat tubuhnya melayang beberapa meter, dan membentur tiang kapal.
Hal ini tidak bisa dibiarkan.
Rhode mengalihkan pandangannya pada gadis dengan ekspresi khawatir yang berdiri tidak jauh darinya.
"Lize, aku butuh bantuanmu."
"Ah?"
"Aku akan menarik perhatiannya, dan saat monster itu menyerangku, tolong berikan mantra pelindung padaku!"
"Baik!"
Lize mengangguk tanpa ragu. Dia menggenggam erat tangannya dan sebuah cahaya putih muncul dari tubuhnya. Ketika melihat hal tersebut, Rhode tidak berkata apa-apa; dia menoleh ke depan dan mulai melangkah maju.
Blade of Destruction!
Sebuah cahaya yang bersinar terang sekali lagi melintas di udara. Pada serangan kali ini, Rhode tidak memfokuskan cahaya tersebut di ujung pedangnya; dia membiarkannya menyebar begitu saja sehingga kekuatannya melemah. Serangan tersebut tidak mampu menembus sisik tebal Wind Serpent Lord, tetapi efeknya terasa bagi Wind Serpent Lord: bercak-bercak darah muncul di sepanjang sayapnya. Wind Serpent Lord pun menjerit kesakitan.
"Hiss!!"
Monster itu terkejut. Dia memalingkan kepalanya dan memandang Rhode yang berdiri di dek kapal dengan seksama; sepasang matanya yang berwarna merah terlihat menyala, dan monster itu kembali membuka mulutnya, menerjang ke arah Rhode.
Wind Serpent Lord bergerak dengan gesit. Dalam sekejap mata, Rhode melihat monster itu tiba-tiba muncul di atas kepalanya, sambil membuka mulutnya yang merah gelap. Pemandangan tersebut membuat Rhode gelisah karena rencananya memang penuh beresiko. Dia sengaja tidak menggunakan skill Shadow Flash supaya dirinya bisa memancing Wind Serpent Lord untuk menyerangnya. Memang sangat berbahaya, namun ketika musuh menyerang dengan sekuat tenaga, kelemahannya juga akan terlihat - - inilah kesempatan yang diincar oleh Rhode.
Wind Serpent Lord membuka mulutnya di hadapan Rhode. Monster tersebut hanya membutuhkan waktu selama setengah detik untuk melahap penuh manusia yang ada di depannya itu, tapi dia tidak dapat melakukannya.
Pada saat itu, sebuah pelindung cahaya putih redup berbentuk telur tiba-tiba membungkus tubuh Rhode dan menghalau serangan Wind Serpent Lord. Gerakannya melambat, dan dia mencoba menyerang Rhode sekali lagi dengan tenaga ekstra, tapi serangannya meleset kali ini.
Rhode telah mengaktifkan skill Shadow Flashnya.
Layaknya bayangan, dia menghindari serangan Wind Serpent Lord. Kemudian, dia mengangkat pedang putih di tangannya dan menebas leher monster tersebut.
Itulah bagian tubuh yang merupakan titik lemah Wind Serpent Lord. Sebelumnya, dia menyusutkan lehernya, sehingga sulit bagi Rhode untuk menyerang titik lemah tersebut. Tapi sekarang, setelah dia mengendurkan pertahanannya dan memusatkan perhatian pada serangannya, kelemahan monster tersebut terlihat.
"---!!!"
Pekikan tajam terdengar di seluruh penjuru kapal. Wind Serpent Lord tersebut mendongak ke atas seakan-akan tersengat listrik. Dari tenggorokannya, darah menyembur keluar dan membanjiri dek kapal dengan warna merah.
Setelah monster itu tewas, Rhode melihat sesuatu berwarna hijau gelap membesar di hadapannya.
"Bum!!!"
Tiba-tiba, Rhode merasa kapal bergetar keras dan tubuhnya terlempar ke udara. Kemudian dia merasa segalanya menjadi gelap, dan pemuda itu pun kehilangan kesadaran.
Ketika akhirnya dia tersadar kembali, dia merasakan angin dingin yang berhembus kencang.
"Apa yang terjadi…"
Hal pertama yang ia lihat adalah langit malam yang indah. Berbeda dengan kota asalnya, di sini langit malam terlihat jelas. Cahaya lembut dari bulan menerangi dedaunan yang bayangannya terlihat di tanah. Selain penuh dengan bintang, langit malam tersebut juga dipenuhi dengan garis bintang. Bintang-bintang tersebut saling terhubung, tersebar di seluruh penjuru langit malam.
Inilah salah satu ciri khas dari Dragon Soul Continent. Menurut sebuah legenda kuno, tempat ini dulunya kacau dan terpencil. Tapi kemudian Lima Naga Pencipta muncul dan menggunakan tubuh mereka untuk menciptakan langit dan segalanya yang ada di bumi. Demi mengurangi kekacauan, kelima Naga Pencipta mengorbankan tubuh mereka untuk menciptakan dunia dan meninggalkan jiwa mereka untuk melindungi dunia.
Setiap jiwa dari kelima naga tersebut memiliki bentuk yang unik: seperti halnya langit malam yang ditatap Rhode sekarang. Langit tersebut melambangkan daerah yang berada dalam perlindungan Light Dragon. Ciri khasnya adalah keberadaan cahaya, yang terus bersinar bahkan saat malam. Di sisi lain, jiwa Dark Dragon sepenuhnya menghalau cahaya tersebut. Tidak peduli siang atau malam, kegelapan abadi menghuni tempat itu.
Karena inilah spesies di benua ini memiliki cara kerjanya tersendiri. Di daerah yang berada dalam perlindungan Light Dragon, tumbuhan serta rerumputan dapat tumbuh dengan baik. Dan di daerah yang berada dalam perlindungan Dark Dragon, tidak ada tumbuhan yang bisa tumbuh. Karakteristik yang khas dari setiap daerah juga mempengaruhi berbagai penyebaran spesies makhluk hidup di benua ini. Manusia biasanya hidup di daerah yang berada dalam perlindungan Light Dragon, begitu juga para peri dan malaikat. Sebaliknya mayat hidup, vampire, setan dan jenis makhluk gelap lainnya hidup di Negara Kegelapan yang berada di dalam perlindungan Dark Dragon.
Tidak ada Tuhan di benua ini. Terus terang, orang-orang di dalamnya menyembah kelima Naga Pencipta. Persis seperti mereka menyembah Dragon Soul Holder.
Di benua ini, setiap jiwa memiliki eksistensi tersendiri yang disebut Soul of Existence, tidak terkecuali kelima Naga Pencipta yang juga memilikinya, dan Soul of Existence biasanya tersembunyi di dalam tubuh seseorang. Dalam beberapa kasus, terkadang ada orang yang menyimpan Dragon Soul dalam tubuhnya yang disebut sebagai Dragon Soul Holder. Dragon Soul mampu membuat para Dragon Soul Holder menggunakan kekuatan para naga dan memberikan perlindungan yang sama seperti kelima Naga Pencipta, yang mempunyai karakteristik tersendiri. Perumpamaannya, jika kekacauan adalah 'virus', maka kemampuan Dragon Soul adalah 'firewall', dan peran seorang Dragon Soul Holder adalah sebagai 'CPU'. Selama CPU masih bisa bekerja, maka firewallnya tidak akan runtuh dan tetap bisa bertahan dari gempuran kekacauan dari dunia luar. Karena itulah, para Dragon Soul Holder dipandang sebagai keturunan langsung dari para naga.
Tapi semua ini tidak berarti bagi Rhode.
Pemuda itu berdiri secara perlahan. Rasa sakit yang menusuk terasa di sekujur badannya, terutama di dada kirinya yang mengalami cedera, yang sepertinya bertambah parah. Sebelumnya dia hanya bisa menggerakan tangan kirinya sedikit, tapi sekarang dia tidak bisa menggerakkannya sama sekali; bahkan menggerakkan jari-jarinya saja sudah terasa sakit.
Walaupun begitu, Rhode merasa lega; setidaknya tangan kirinya masih bisa merasakan sakit. Justru bisa gawat kalau tangan kirinya mati rasa.
Melihat langit di atasnya, Rhode menemukan puing-puing kapal terbang yang dinaikinya tadi. Di sekitarnya terdapat banyak pohon yang menjulang tinggi, yang berarti saat ini dia berada di sebuah hutan.
Rhode akhirnya mengingat apa yang terjadi setelah menenangkan pikirannya. Walaupun dia berhasil membunuh Wind Serpent Lord, kapal tersebut terjatuh karena mengalami banyak kerusakan.
Hutan tersebut sangat hening; sampai-sampai tidak ada suara serangga yang terdengar. Rhode mengamati sekelilingnya dan menemukan banyak mayat; baik manusia maupun Wind Serpent. Dan tidak jauh dari situ, sebuah sosok mungil berbaring tak bergerak di atastanah.
"Lize!"
Rhode menghampiri gadis itu, menunduk untuk mememeriksa kondisinya. Walaupun gadis itu terlihat pucat, napasnya stabil dan kedua tangannya masih tergenggam erat. Ketika Rhode memanggilnya, Lize mulai membuka matanya tak lama kemudian.
"Apa…apa yang terjadi…"
Lize membuka matanya , mengedipkan matanya menatap pemuda di hadapannya.
"Apakah aku masih hidup?"
'Ya."
Mendengar jawaban Lize, dia merasa sedikit lega. Lize mulai berdiri secara perlahan, menggelengkan kepalanya, dan menggigit bibirnya; tampaknya dia belum pulihsepenuhnya, tapi ada hal-hal yang mendesak dalam pikirannya.
"Dimana semuanya? Bagaimana dengan ketua?"
"…"
Rhode tidak menjawab pertanyaannya, tapi dari ekspresinya, Lize bisa menebak apa yang terjadi.
"Tidak mungkin…Crete! Charles! Ketua!"
Dia berlari menuju sekumpulan mayat dari prajurit-prajurit bayaran, memanggil nama mereka dengan putus asa, tapi tidak ada jawaban yang dia terima. Namun, Lize tidak menyerah; dia menunduk dan mengecek dengan teliti prajurit bayaran yang ada di depannya. Setelah memastikan bahwa prajurit tersebut telah meninggal, dia hanya menggigit bibirnya tetapi tidak menangis dan langsung berlari menuju tubuh lainnya.
Sayang, usahanya sia-sia saja. Dia tidak dapat berbuat apa-apa kalau mereka sudah mati.
Pikiran mengerikan terlintas di benaknya, tapi Lize mengabaikannya dan berpegang pada harapan yang tersisa dalam dirinya. Harapannya runtuh ketika dirinya menemukan sosok Carter.
Pemimpin grup prajurit bayaran tersebut sudah tidak bernapas. Bagian bawah tubuhnya terjepit di celah dek, dan pecahan kayu tajam menembus bagian bawah perutnya.
"Ke…ketua…"
Lize jatuh terduduk saat dia memandang mayat pemimpinnya dengan tatapan kosong. Harapan kecil yang dia miliki, sekarang menghilang sepenuhnya. Akhirnya, gadis tersebut menundukkan kepala dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Tidak ada suara yang keluar kecuali tangisan yang menyedihkan dari seorang gadis di tengah hutan tersebut.
Rhode hanya bisa berdiri diam di belakangnya, sembari menatap bahu Lize yang gemetar.
Sebelum pertempuran berlangsung, dia tidak peduli sama sekali tentang hidup atau mati, tapi ketika dia memandang mayat-mayat di sekelilingnya, ada perasaan aneh yang menghampiri dirinya. Dia sudah pernah melihat mayat berkali-kali dalam game, tapi itu hanyalah simulasi. Selain itu, ada cara untuk menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati dalam game. Tapi yang ada di hadapannya jelas-jelas bukanlah game. Orang yang mati tetap akan mati, dan kematian berarti akhir dari segalanya.
Rhode tiba-tiba mengingat suatu malam tujuh tahun yang lalu, ketika dirinya hanya bisa melihat kematian menghampiri orang-orang yang dicintainya, dan dia tidak punya kekuatan untuk mencegah hal tersebut.
Setelah beberapa saat, tepat ketika dia akan mengatakan sesuatu untuk menenangkan Lize, tiba-tiba terdengar suara permintaan tolong yang memecah keheningan malam.