Sebagai salah satu kota tersibuk di daerah Paphield Utara, kota Deep Stone memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan kota lain. Karena adanya lubang besar yang terletak di bawah kota itu, awalnya Deep Stone adalah kota kecil, tapi setelah orang-orang menggali dan menemukan berbagai sumber daya alam dari lubang tersebut, Deep Stone berubah menjadi kota pertambangan yang ramai. Dengan demikian, seluruh kota Deep Stone dibangun di atas lubang itu.
Jika seseorang mengamati tata letak kota Deep Stone dari atas, kota itu terlihat seperti dekorasi dinding yang menghiasi bagian atas sebuah lubang kerucut; lubang itu terlihat kecil dan tidak menonjol. Tapi bagian dalam kota benar-benar mengesankan. Luas jalanan di dalamnya memuat setidaknya empat kereta kuda, dan lubang-lubang kecil yang terlihat seperti gua, sebenarnya adalah gua raksasa yang berpenghuni. Di kota Deep Stone, setiap rumah, bentuk dan objek saling melengkapi satu sama lain, memberikan pemandangan visual yang unik dan tak terlupakan bagi setiap pengunjung.
Seperti kota yang lain, kota Deep Stone juga memiliki pembagian publik tersendiri, yang terbagi dari bagian atas hingga bagian paling bawah dari kota tersebut. Distrik bangsawan terletak di atas kota, dimana para bangsawan dapat menikmati sinar matahari dan mandi di sungai yang dingin dan jernih sambil menjalani hidup yang nyaman. Selanjutnya adalah distrik perdagangan dan distrik perumahan, yang menempati tiga lapis kota di bawah distrik bangsawan. Dan yang terakhir, lapisan kota terbawah merupakan daerah kumuh; tidak hanya hidup di tengah kegelapan dan tanpa sinar matahari, orang-orang di dalamnya juga miskin dan selalu mengalami kekurangan terhadap kebutuhan primer. Bahkan beredar beberapa rumor bahwa para iblis berkeliaran di situ dan bisa saja melahap mereka di kedalaman lubang yang gelap itu. Hanya orang-orang yang putus asa dan penambang spesialis saja yang masuk ke dalam daerah ini.
"Kota Deep Stone…"
Saat Matt turun dari kereta, ekspresinya tegang. Dia berdiri di samping jalan sambil menatap kegelapan lubang yang terletak tidak terlalu jauh di depannya. Sebuah lubang raksasa yang luas membentang dari satu ujung ke ujung yang lain, dan Matt hanya bisa menghela napas.
"Walaupun aku sudah sering mengunjungi kota ini, setiap kali aku melihatnya, aku hanya bisa berdecak kagum. Demi Tuhan, aku masih tidak percaya bahwa orang-orang ini mampu menggali lubang sedalam dan sebesar itu."
Matt menjilat bibirnya dengan penuh rasa kagum sebelum menoleh pada Rhode yang berdiri di sampingnya sambil berkata, "Tuan Rhode, pernahkah kau mendengar bahwa di kota ini, bahkan para penambang yang paling tua sekalipun tidak tahu apa yang ada di lubang besar itu. Lubang itu benar-benar misterius sekaligus luar biasa. Maksudku, mereka sendiri yang menggali lubang itu, kan? Tapi pada akhirnya, mereka sendiri tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Sulit dibayangkan, bukan?"
"Ya, memang sulit dibayangkan."
Rhode mengangguk, tapi dia tidak lanjut bicara. Tidak seperti Matt, Rhode tentunya tahu apa yang ada di dasar lubang itu. Hal itu adalah salah satu dari 10 Rahasia Terbesar dari Soul Dragon Continent. Orang-orang biasa mungkin akan merasa takut mencari tahu karena terlalu beresiko. Tapi para pemain tidak peduli dengan kematian. Jika mereka mampu memecahkan misteri tersebut, mereka tidak peduli meskipun harus mati berkali-kali.
Namun, kadang-kadang hasilnya tidak sesuai dengan harapan.
Setelah memasuki kota, kesan pertama yang didapat oleh kelompok tersebut adalah hening. Berbeda dengan dugaan mereka tentang kota penambangan yang ramai, suasana yang tenang di setiap bagian kota terlihat oleh mereka, dan satu-satunya hal yang merusak ketenangan itu adalah suara denting roda besi dari kereta kuda yang mereka tumpangi.
Berbeda dengan Matt, Rhode tidak merasa kagum dengan pemandangan luar biasa di kota ini. Dia hanya mendongak ke arah langit yang biru, matanya memandang pegunungan dari kejauhan. Pandangannya menembus pegunungan tersebut dan melihat Kastil Kota Golden yang terletak dekat dengan danau Peri. Dan orang yang hidup di dalam kastil tersebut…'Orang itu'…sosok yang ramping dan memesona sekaligus tangguh.
Tiba-tiba, pikirannya melayang saat sinar matahari yang hampir terbenam menyinari bukit berdarah. Di bawah sinar redup matahari tersebut, seorang wanita yang terbalut baju pelindung yang indah berlutut di tanah dengan ratusan ribu pasukan yang berdiri di hadapannya.
Warna merah darah dari matahari terbenam menghias siluetnya. Ketika dia menundukkan kepalanya, rambutnya emasnya yang biasa terlihat berkilau dan rapi kehilangan kemegahannya, saat tertiup oleh angin, dan angin sepoi-sepoi menyebabkan bulu-bulu rontok di sayapnya yang berwarna putih murni bergoyang pelan. Namun, tidak ada keraguan di mata wanita itu ketika dia menoleh ke arah Rhode. Bibirnya yang pucat tersenyuman lebar.
"Begitukah…baiklah…"
Dia berbisik kepada dirinya sendiri, kemudian menutup matanya.
Dan kemudian, segalanya berubah menjadi gelap.
Untuk kedua kalinya dalam hidup Rhode, dia sudah menemukan tujuan hidupnya. Dan pada saat itulah, dia tegas memutuskan untuk melepas kebebasannya dan membentuk guild. Dengan perubahan pola pikir seperti itu, dia mulai mengubah seluruh dunia gamenya. Akhirnya, dia berhasil menaklukkan tiga era dengan usaha kerasnya. Tapi dia merasa tidak puas, karena jauh dalam lubuk hatinya, masih ada perasaan menyesal.
Rhode mengira bahwa dia telah kehilangan harapan untuk menebusnya kesalahannya.
Tapi, sekarang kesempatan baru menebus kesalahannya telah muncul.
Rhode tahu apa yang akan terjadi di dunia ini. Hal itu akan menjadi bencana besar yang belum pernah dilihat oleh semua makhluk hidup di dalam dunia ini. Bahkan sekarang, saat melihat pemandangan yang tenang dan damai di hadapannya, dia tahu ini hanyalah kedamaian yang bersifat sementara. Pendek dan rapuh, kedamaian ini bisa hancur kapan saja, dan hanya kehancuran sedang menunggu di baliknya.
Tapi, Rhode tidak terburu-buru. Dia paham tidak ada gunanya cemas dan khawatir. Dari sini, jika segala sesuatunya berjalan sesuai dengan sejarah yang ia ketahui, maka setidaknya kedamaian ini masih bertahan dalam waktu sekitar satu hingga dua tahun. Cukup bagi Rhode menyiapkan segala sesuatu. Setelahnya, dia harus memikirkan cara bertahan hidup dari bencana tersebut.
Kalau bisa, dia tidak ingin menggunakan cara yang beresiko seperti ini, tapi dia tahu seberapa parah bencana itu, dan seluruh dunia Dragon Soul Continent tidak akan bisa menghindar dari bencana tersebut. Akan lebih baik jika dia membuat beberapa rencana terlebih dahulu sebelum menghadapi bencana tersebut.
Kembali ke kenyataan, Rhode menarik jubahnya dan menutupi wajahnya. Tidak peduli di dunia nyata ataupun dunia virtual, penampilan wajahnya selalu mengundang masalah. Karena itu, lebih baik dia menyembunyikannya.
"Tuan Rhode."
Pada saat itu, Ben membawa dua bawahannya dan tuan putrinya ke sampingnya. Mungkin karena sekarang dia telah kembali ke daerah asalnya, tingkah lakunya terlihat lebih mantap dan percaya diri.
"Berkat anda kami bisa kembali tepat waktu."
Mata Rhode memandang orang-orang di belakang Ben.
"Dia akan baik-baik saja, kan?"
Wajah Helen terlihat pucat, dan Rhode menyadari hal tersebut.
Mendengar pertanyaan pemuda itu, Ben hanya bisa tersenyum pasrah.
"Tuan putri baik-baik saja. Dia masih merasa kaget, itu saja. Nona Lize sudah menyembuhkannya, jadi seharusnya sudah tidak ada masalah."
Ben sesaat ragu , sebelum mengangkat kepalanya dan berkata, "Ah..Apakah anda bisa menyisihkan waktu sebentar? Tuan putri ingin anda bertamu ke rumahnya untuk membalas kebaikan anda…"
"Aku masih punya urusan yang harus kuselesaikan, jadi aku menolak tawaran itu."
Rhode menggelengkan kepalanya sambil menolak tawaran Ben.
"Tidak masalah."
"Begitu…"
Mendengar jawaban Rhode, Ben merasa canggung. Helen, yang berdiri di belakang Ben, terlihat kecewa, walaupun tidak seorangpun yang menyadarinya.
Walaupun kekuatan Ben tidak seberapa dalam bertarung, tapi dia lumayan pandai berbicara. Karena Rhode dengan jelas menolak tawarannya, dia tidak memaksa pemuda itu lagi dan ekspresinya pun menjadi tenang. Walaupun tidak menghabiskan banyak waktu bersama Rhode, dia selalu merasa tertekan saat bersamanya. Dia gemetar sepanjang hari, merasa takut salah bicara. Sekarang setelah sumber kegelisahannya akan berpisah dengannya, Ben jelas-jelas tidak akan memaksa Rhode untuk tinggal.
"Kalau begitu, saya harap perjalanan anda menyenangkan. Ketika saya kembali, saya akan melaporkan hal ini pada Tuan Besar. Saya yakin Tuan besar akan merasa sangat berterima kasih dengan bantuan anda."
Setelah menyelesaikan kalimat itu, Ben dan Helen pun segera meninggalkan Rhode dan kawan-kawan. Setelah jarak mereka cukup jauh, Helen berbalik dan menatap Rhode. Kemudian ekspresinya tiba-tiba menjadi marah.
"Dasar bodoh. Tidakkah kau berkata akan membawanya pulang dan memberitahu Ayah untuk menghukumnya?!"
"Tuan putri, sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan omong kosong seperti itu."
Menghadapi gadis keras kepala tersebut, Ben hanya bisa memaksakan diri untuk tersenyum.
"Kau dan aku tahu seberapa kuatnya pemuda itu. Bagaimana jika sesuatu terjadi dan kita membuatnya marah?"
"Tapi dia berani memukulku!"
Helen menghentakkan kakinya dengan geram dan menggertakkan gigi. Dia tidak berani marah di hadapan Rhode, tapi sekarang setelah mereka berpisah, dia tidak bisa menahan amarahnya lagi.
"Bahkan ayahku sendiri tidak pernah memukulku!"
Ben hanya bisa menggeleng putus asa mendengar kata-kata Helen. Dia tidak ingin terlibat dengan Rhode lagi. Walaupun dia masih belum paham perbedaan kekuatan antara Rhode dan keluarga Keller, dia tidak ingin sengaja memancing perkara. Bahkan jika Helen merasa tidak senang, dia tidak akan berbuat apa-apa.
"Yah, akan kupastikan untuk menghabisinya saat aku bertemu dengannya lagi."
Helen menatap Rhode dengan geram sambil mengeluarkan ancamannya. Di saat bersamaan, seolah-olah mendengar ancaman Helen, Rhode berbalik dan menatap gadis itu. Wajah Helen memucat dan dia menutup mulutnya secara tidak sadar. Ben juga segera berbalik dan terus berjalan.
"Waktunya pergi, tuan putri. Jika kita belum kembali saat Tuan Besar pulang, kita akan berada dalam masalah besar."
"Ah, uh, ya, ya."
Mendengar pernyataan Ben, Helen mengangguk setuju. Dia masih takut pada Rhode. Setelah melihat bahwa Rhode telah berbalik, dia kembali tenang dan segera berjalan mengikuti Ben.
"Tuan Rhode, kita telah sampai."
Mendengar pemberitahuan Lize, Rhode segera menoleh ke arah Lize yang berdiri dengan gugup di depannya. Sesaat kemudian, dia membuka mulutnya dan bertanya. "Ini kesempatan terakhirmu, Lize. Kau bisa memilih untuk menolak tawaranku."
"Tidak, tuan Rhode."
Lize menggelengkan kepalanya dengan tegas dan menatap Rhode balik dengan emosi yang campur aduk.
"Aku telah memikirkan ini dalam waktu yang lama. Aku tahu bahwa aku bukanlah kandidat yang cocok, dan aku tahu bahwa aku sangat naïf tentang masalah ini. Aku sadar bahwa aku tidak berpengalaman, dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dalam situasi ini. Tapi aku paham sekali tanpa keberanian, kepercayaan dan kebajikan, aku tidak akan bisa mewujudkan keinginan dan tujuanku. Jika anda dapat membantuku untuk mencapai mimpiku, maka aku tidak akan menolak tawaran anda."
Ekspresinya terlihat sangat tegas, tanpa keraguan sedikit pun. Tapi Rhode tidak berhenti di situ.
"Kupikir kau telah melihat bagaimana caraku menangani segala sesuatu dan aku ingin tahu pendapatmu tentang itu."
"Eh?"
Lize tidak siap menghadapi pertanyaan tidak terduga dari Rhode itu, dan dia segera menundukkan kepalanya.
"Aku…"
"Jujur saja."
Walaupun kelihatannya Rhode lebih tua beberapa tahun dari Lize, pada saat itu, Lize merasa tertekan saat berdiri di depan Rhode. Tekanannya seperti yang dia rasakan saat berhadapan dengan Carter dan ayahnya.
"Aku…aku tidak tahu."
Akhirnya Lize menggelengkan kepala.
"Aku benar-benar tidak tahu, tuan Rhode. Aku bisa memberitahu anda bahwa cara anda menangani segala sesuatu sangat berbeda dengan apa yang saya bayangkan. Namun…saya tidak membencinya."
"Aku mengerti."
Ketika mendengar jawaban Lize, Rhode mengangguk puas. Dia mengulurkan tangan kanan dan meletakkannya di bahu Lize.
"Aku tidak akan mengecewakanmu," Rhode berbicara dengan tenang.