Shi Guang benar-benar terpana oleh ciuman itu dan ia menatap Lu Yanchen dengan tatapan hampa selama setengah menit sebelum ia sadar. Begitu tersadar, seluruh wajahnya merona merah dan menunjukkan ketercengangannya. "Kamu...!"
Lu Yanchen sedang memarahinya karena kesombongan tingkahnya saat mengejar-ngejar dirinya, tetapi ia malah menciumnya! Apa artinya itu?
Lu Yanchen memandanginya. "Aku tidak memakan kue buatanmu."
"Tidak memakannya…."
Shi Guang pernah berkata, 'Jika ia tidak memakan kue buatanku maka kau akan menjadi pacarku!'
Hati Shi Guang berdegup kencang sekarang, bahkan bibir lembutnya ikut berdenyut. Ia dipenuhi baik rasa gugup dan harapan dalam waktu bersamaan.
"Iya." Lu Yanchen membalas dengan satu kata datar.
"Ah!" Shi Guang memekik penuh semangat sambil menangkupkan kedua tangannya ke leher Lu Yanchen disertai tatapan penuh perasaan yang seperti akan meledak. "Kamu sudah setuju! Kamu setuju jadi pacarku!"
"Aku pacar pertamamu, kan?" Ia bertanya sekali lagi, nada suaranya mendadak berubah jadi begitu lembut seperti aliran air yang mengalir ke telinganya, membuatnya tenggelam karenanya.
Apakah ini...tanda bahaya? (0.0)
"Pasti lah! Kamu satu-satunya orang yang kusuka!!" Shi Guang sangat gembira sampai ia menegakkan tubuhnya dan menerjang tubuh Lu Yanchen, membuat Lu Yanchen jatuh ke rereumputan di belakangnya.
Ikut terguling bersama tubuh Lu Yanchen, Shi Guang lalu menunjuk dagunya dan bertanya, "Kamu sekarang adalah pacarku, benar kan?"
Lu Yanchen mengangguk dengan kata-kata 'iya' yang lembut lagi.
Senyum Shi Guang melebar bahkan hingga ia tampak seperti sedang bermandikan madu sekarang. "Lalu...bagaimana jika ciuman lagi?"
Lu Yanchen mengerutkan alisnya. "...bukan ciuman."
Shi Guang menekuk bibirnya, dan bertanya, "Kenapa?"
Lu Yanchen hanya memalingkan kepalanya dan mengabaikannya.
Shi Guang mendongakkan kepalanya ke depan wajah Lu Yanchen, ia tetap begitu agar Lu Yanchen menciumnya. Ketika Shi Guang sadar Lu Yanchen bahkan tidak mau menatapnya, ia menekuk wajahnya dan memberinya tatapan galak. Hanya setelah itu Lu Yanchen baru bilang, "Jika kamu mau aku menciummu, baiklah. Tapi kamu harus setuju dengan tiga hal terlebih dahulu."
Tertegun, lalu setelah itu Shi Guang mengangguk. "Katakan, katakan padaku... Apa tiga hal itu?"
"Pertama, kamu harus jaga jarak dengan laki-laki lain, bahkan sebagai teman biasa pun...tak boleh satupun dari mereka mengantarmu pulang."
Segera setelah itu, Shi Guang memberi sinyal 'Oke' dengan tangannya sebelum mencondongkan kepalanya mendekat ke Lu Yanchen, "Saat kamu memalingkan kepalamu tadi, apa kamu cemburu?"
Lu Yanchen mendorong kening Shi Guang. "Kedua, selain kepadaku, kamu tidak boleh memberitahu siapapun perasaan sukamu ke mereka."
Maksud Lu Yanchen jelas—Shi Guang hanya boleh menyukainya, tidak boleh ada yang lain.
Shi Guang mengangguk, kali ini dengan semakin menggebu-gebu. "Itu sudah pasti... Aku hanya suka padamu."
"Ketiga..." Lu Yanchen berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Jika kau pernah sekali saja, suatu hari nanti, mendapati aku menyembunyikan sesuatu darimu, kau tidak boleh marah kepadaku. Itu karena kaulah satu-satunya orang yang akan bersamaku!"
"Baiklah, tidak akan marah!" Shi Guang membalas dengan sikap yang mendadak tegas. "Kamu juga satu-satunya orang yang akan menemaniku!"
Detik berikutnya, Lu Yanchen menundukkan kepalanya untuk mencium Shi Guang.
Shi Guang mematung begitu saja saat itu. Tetapi, ia dengan cepat langsung merasa seperti mau pingsan. Tidak dapat menenangkan detak jantungnya yang begitu cepat, akhirnya ia menangkupkan lehernya.
Adapun Lu Yanchen, ia juga menarik pinggang Shi Guang. Tak butuh waktu lama bagi ciuman yang awalnya simpel itu menjadi ciuman yang dalam dan sensual. Meskipun ciuman itu masih terasa mentah dan amatiran, tapi tak disangka terasa begitu manis.
Di bawah matahari senja, udara berhembus dipenuhi aroma bunga-bunga yag menyegarkan. Ringan dan tahan lama, aroma itu menebar indah dan tinggal dalam kenangan selama bertahun-tahun kemudian.
...
"Pelatih Shi, apa Anda belum mau pulang?" Sebuah suara terdengar di telinganya, menarik Shi Guang keluar dari kenangannya yang dalam. Memulihkan kesadarannya, seolah baru saja terbangun dari mimpi yang panjang.
Baru setelah itu ia menyadari bahwa setelah Lu Yanchen pergi, ia masih duduk termangu di tempatnya sejak tadi, bahkan tubuhnya yang basah sampai menjadi kering. Ia tidak tahu kalau di luar sedang hujan rintik-rintik. Udara menjadi dingin jadi ia meringkukkan badannya dan menggigil merasa tidak nyaman.
Bibirnya melengkungkan sebuah senyum pahit.
Awalnya ia pikir dirinya sudah lama melupakan segala tentang masa lalunya itu. Semuanya yang berhubungan dengan Lu Yanchen seharusnya juga telah ia buang ke tempat sampah. Akan tetapi, semuanya kembali ke kepalanya dengan begitu mudahnya.