Masa lalu itu telah berlalu—tak peduli seberapa dekatnya mereka saat masih bersama di masa lalu, Shi Guang sekarang sudah tak punya hubungan apapun dengan Lu Yanchen. Putusnya mereka mungkin telah menjadi sebuah simpul di hatinya; sebuah simpul yang tak kan pernah bisa ia uraikan.
Bagaimanapun juga, itulah kehidupan.
Ketika ia memikirkan bagaimana kalau menanyai Lu Yanchen alasan mengapa ia memutuskannya di masa lalu muncul di kepalanya tadi, ia merasa seolah-olah menjadi lelucon paling akbar abad ini. Bibir Shi Guang mengerut mengolok-olok dirinya sendiri. Ia tidak boleh memikirkan lagi hal-hal yang tidak penting. Prioritasnya saat ini adalah berlatih dan berlatih terus. Satu-satunya hal yang tak akan mengecewakannya adalah kerja kerasnya sendiri dalam berlatih!
Hari berikutnya, Shi Guang tiba setengah jam lebih awal dari biasanya. Ketika ia sampai di kolam, ia terkejut He Xinnuo, yang selalu malas untuk berlatih, telah tiba bahkan lebih dulu darinya!
Baik, tidak masalah. Apapun alasan He Xinnuo untuk antusiasmenya yang mendadak ini, Shi Guang hanya berpikir untuk meningkatkan kemampuan dirinya sendiri.
Menjelang ia selesai melakukan pemanasan dan berenang beberapa putaran, beberapa perenang lain mulai berdatangan. Dengan mengikuti instruksi Zhang Shulin, Shi Guang mulai menyesuaikan dirinya. Kemudian, Shi Guang menyadari He Xinnuo rupanya mencoba mengadu dirinya sendiri dengannya. Setiap kali Shi Guang berenang satu putaran, He Xinnuo akan menirukannya—tidak hanya itu, ia bahkan akan mencoba mengalahkan catatan waktu Shi Guang dengan sengaja.
Tanpa merasakan apa-apa selain terhibur karena hal itu, Shi Guang tidak merasa terlalu terganggu sambil terus lanjut berenang dengan kecepatannya sendiri secara santai. Ia menunjukkan kedamaian yang tampak bisa menenangkan dan membuat kondisi jiwanya tidak terpengaruh oleh apapun—ia setenang air.
Meskipun, apa yang ia tak ketahui adalah bahwa semakin ia bersikap begitu, semakin He Xinnuo ingin mengadu dirinya dengannya. He Xinnuo membenci ketidakpedulian Shi Guang terhadapnya.
Setiap sel di dalam tubuh He Xinnuo menjerit ingin mencabik-cabik ketidakpedulian Shi Guang. Baginya, ketenangan Shi Guang itu sangat menyerupai bentuk penghinaan untuknya, seolah-olah mengatakan He Xinnuo bahkan tidak bisa menjadi lawan yang sepadan untuk Shi Guang.
Bagaimana mungkin ia bisa tidak kesal dan jengkel akan hal itu?
Buru-buru ia menghampiri Shi Guang dan berteriak, "Shi Guang, aku yang harusnya ambil Jalur 4 hari ini!"
Total terdapat 8 jalur di kolam renang.
Perenang terbaik dalam kelompok biasanya akan diatur menempati Jalur 4. Sementara para perenang lainnya, mereka akan berurutan menempati Jalur 5, 3, 6, 2, 7, 1, dan 8 berdasarkan hasil mereka, lebih dulu memprioritaskan yang hasilnya lebih baik.
Alasan He Xinnuo ingin merebut Jalur 4 memang aslinya hanya untuk membuktikan diri bahwa ia lebih baik dari Shi Guang. Shi Guang hanya melirik He Xinnuo sekilas, yang saat itu sedang memuncak kesombongannya, dan lanjut berenang sesuai kecepatannya sendiri.
Untuk latihan normal, biasanya memang benar-benar tidak dibeda-bedakan dalam memilih jalur-semua orang bisa berenang di jalur manapun yang mereka mau. Karena diabaikan seperti angin lalu, He Xinnuo menjadi sangat marah hingga tangannya mengepal keras.
Ia menyembur dari dalam air dan berdiri tegak di sisi kolam renang, meremehkan Shi Guang yang masih ada di dalam air sambil mengacungkan jarinya menunjuk-nunjuk Shi Guang dan marah-marah, "K-kau! Kau pikir kau siapa hah? Kau pikir kau bisa berlagak falmboyan dan berenang melintang seperti kepiting hanya karena telah merayu dua pria sekaligus?"
Suaranya begitu keras dan langsung menarik perhatian semua orang yang ada di tempat latihan. Semua orang termangu dan bingung, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Tapi tentu saja, tidak ada yang berkata apapun.
Shi Guang tetap tenang dan dengan malas mengangkat kelopak matanya ke arah He Xinnuo. "Siapa sekarang yang bertingkah seperti seekor kepiting? Siapa sekarang yang berenang melintang? Garang sekali! Yah, sebetulnya, kau tidak perlu terburu-buru mengumumkan kepada dunia bagaimana KAU menggoda dua orang pria. Itu kan rahasia yang diketahui semua orang."
Bibirnya melengkung mencemooh seolah-olah ia sedang menonton badut yang sedang beraksi.
Wajah He Xinnuo merah padam sepenuhnya saat ia menggeram, "K-Kamu...!"
Ia bisa merasakan ekspresi aneh dari semua orang di sekitarnya, yaitu tanda-tanda meremehkan dan penghinaan yang tersembunyi di dalam diri mereka, ketika ia meraung-raung marah, "Apa yang kalian lihat? Jelas-jelas dia orangnya! Untuk apa kalian melihat ke arahku?"
Bersamaan dengan itu, Shi Guang berbalik dan berjalan pergi.
Pada saat Wu Xing menemukan He Xinnuo, ia bersembunyi di luar tempat latihan dan merokok. Wu Xing segera melangkah ke depannya dan bertanya, "Apa yang terjadi denganmu? Bukankah aku sudah bilang untuk tidak merokok lagi?"
"Bukankah cuma sebatang rokok? Apa masalahnya?" He Xinnuo benar-benar tak peduli.