Setelah berganti pakaian, Shi Guang pergi meninggalkan tempat latihan.
Ada seseorang yang sedang duduk di kursi istirahat di luar tempat latihan. Ketika orang itu melihat Shi Guang, ia berjalan ke depannya sambil memandangnya dengan jengkel.
Karena mengetahui siapa orang itu, Shi Guang bersiap akan menganggapnya seperti angin lalu saja sambil ia berjalan melewatinya. Tetapi pada akhirnya, Shi Guang mendengar satu kata yang ditujukan padanya. "Dasar tak tahu malu!"
Sambil mengerutkan alisnya, Shi Guang bertanya, "Apa maksudmu, He Xinnuo?"
"Hmph, hmph, hmph! Jika kau tidak ingin orang lain mengetahuinya, yang terbaik ya jangan melakukannya sedari awal. Ini adalah tempat pelatihan, bukan hotel. Bahkan jika kau ingin menggoda laki-laki, kau harusnya sadar diri posisimu di mana. Setelah dipikir-pikir kau itu sudah benar-benar tak acuh, dilihat dari betapa tak tahu malunya aktingmu itu. Tapi tentu saja, bagian yang paling memalukan adalah bagaimana kau dicampakkan dengan dingin. Terlepas dari usahamu menggodanya dan menciumnya dengan paksa!"
Semakin ia berbicara, semakin He Xinnuo terkikik hingga seluruh wajahnya dipenuhi dengan tawa dan kegembiraan. Ia membenci Shi Guang—kebenciannya tak beralasan dan tak berdasar. Ia hanya tidak bisa menahan semua rasa cemburu yang mengalir keluar dari lubuk hatinya. Selama masih ada Shi Guang, ia akan selalu menjadi yang nomor dua, tak peduli apapun kondisinya. Ia pernah menyatakan bahwa ia ingin mendapatkan tempat sebagai juara, untuk menjatuhkan Shi Guang dengan kejam, untuk membuatnya diinjak-injak tanpa ampun.
Namun, jarak antara dirinya dan Shi Guang sekarang malah hanya menjadi semakin jauh.
Shi Guang mendapatkan dukungan dana? Biarkan. Shi Guang mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat dengan Keluarga Lu? Biar saja. Tapi, pikiran bahwa Shi Guang bahkan akan mendapatkan kesempatan dilatih oleh pelatih yang luar biasa! He Xinnuo hanya tidak bisa mengerti mengapa setiap hal baik harus selalu terjadi pada Shi Guang.
Ia sangat kesal hingga ia bahkan tidak bisa melanjutkan latihan. Ia ingin melihat sendiri bagaimana si Shi Guang ini melatih Lu Yanchen, sehingga ia bisa begitu terpesona sampai pada titik di mana ia tidak menginginkan orang lain selain dia!
Ia tidak bisa menghilangkan perasaan untuk mengomel kalau pergantian pelatih Shi Guang pasti ada hubungannya dengan Lu Yanchen. Jika tidak, mengingat status Zhang Shulin, yaitu seorang yang bisa mendapatkan murid tunggal siapapun yang ia inginkan, mengapa ia tiba-tiba menyukai dan memilih Shi Guang? Selanjutnya, ini terjadi setelah ia mulai melatih Lu Yanchen.
Tapi tanpa disangka-sangka, ia berhasil menyaksikan pemandangan yang spektakuler seperti tadi. Shi Guang tidak tahu He Xinnuo sudah menyaksikan seberapa banyak. Namun, ia tahu dengan pasti bahwa He Xinnuo salah. Meskipun begitu, ia tidak memiliki niat untuk menjelaskannya sendiri—bahkan jika ia melakukannya, He Xinnuo hanya akan menganggapnya beralasan.
"Jangan memandang semua orang sama seperti dirimu." Alis Shi Guang hanya mengernyit. Ia tidak ingin terlibat dengan He Xinnuo, lalu ia berbalik dan terus melangkah keluar.
Merasakan amarah hingga wajahnya merah padam, He Xinnuo meraih lengan Shi Guang. Namun, Shi Guang mengayunkan tangannya dengan keras sebelum memperingatkannya, "He Xinnuo! Jangan main-main denganku!"
Nada dingin dalam kata-katanya membuat He Xinnuo bergeming sesaat. Hanya setelah ia pergi jauh, ia mendengar He Xinnuo berteriak dari belakang, "Shi Guang!!"
Saambil mengabaikannya secara total, Shi Guang mengendarai sepedanya ke Water Cube Keluarga Shen. Sekarang ia benar-benar lapar. Setelah memarkir sepedanya di samping sebuah kios kecil yang dilewatinya, ia masuk dan memesan semangkuk mie daging sapi. Tidak butuh waktu lama sebelum mie yang panas pesanannya dikirim ke mejanya. Saat ia hendak mengambil sumpit untuk makan, sebuah kenangan tersirat di dalam benaknya ketika ia menatap daging sapi di atas mie.
Kenangan itu ialah saat ia pergi untuk makan mie daging sapi dengan Lu Yanchen di masa lalu—Lu Yanchen memberinya semua daging sapi dari mangkuk mie daging sapi miliknya ke Shi Guang. "Makan yang banyak. Kamu terlalu kurus. Bukankah semua atlet punya otot? Tapi entah bagaimana, kamu tidak punya apa-apa! Kamu benar-benar seperti tidak cukup asupan."
Shi Guang tidak bisa menyangkal hal itu ketika mereka bersama, Lu Yanchen benar-benar baik padanya. Ia bisa disebut pacar terbaik di dunia. Mereka bahkan tidak memiliki pertengkaran-pertengkaran kecil sama sekali.
Meskipun Lu Yanchen terlihat dingin di permukaan dan tidak mengekspresikan banyak emosi di wajahnya, ia telah banyak berkorban untuk Shi Guang di belakangnya. Ia akan selalu memintanya untuk tumbuh lebih cepat, bertanya mengapa ia siswa yang baru masuk tahun ke-dua.
Lagipula, membiarkan semua orang tahu tentang hubungan mereka ketika ia masih di sekolah menengah adalah sesuatu yang tidak akan menguntungkannya. Demi Shi Guang, Lu Yanchen bahkan dengan tegas dan teguh memutuskan untuk lanjut sekolah ke universitas di Kota S. Saat itu, tidak ada yang tahu bahwa ia melakukan itu semua adalah hanya demi Shi Guang.
Lu Yanchen mengatakan bahwa tidak masalah apakah ia melanjutkan ke universitas terkenal atau tidak. Ia akan selalu memberikan hidup yang terbaik bagi Shi Guang, apa pun yang terjadi, dan tidak akan pernah membiarkannya menderita sedikitpun karena bersamanya.