Chereads / Lahirnya kembali sang bintang / Chapter 12 - Tiba di Lokasi

Chapter 12 - Tiba di Lokasi

Layar terbagi menjadi dua, dan kamera mendekatkan fokusnya.

Refleksi cahaya dengan sempurna memperlihatkan si tampan Pei Ziheng, menangkap ekspresi wajahnya yang datar dan bibir tipisnya yang ditekan menjadi satu garis lurus. Xia Ling tahu setiap detail fitur wajahnya dengan sangat baik; ini adalah ekspresi yang dia pakai setiap kali ia mencoba untuk menyembunyikan emosinya.

Sementara itu, komentator memuji Ketua Pei tanpa henti, menyebutkan betapa berat hati pimpinan Imperial Entertainment itu saat ini. Xia Ling menyipitkan mata, dan di sudut matanya, ia melihat seseorang memberikan tanda isyarat secara agresif, meminta Pei Ziheng untuk terus berbicara kepada media.

Tapi, tetap saja, laki-laki itu tidak mengatakan sepatah kata pun.

Ketika fokus kamera beralih dari Pei Ziheng, Xia Ling merasa seolah-olah semua energinya telah menguap, meninggalkannya menjadi lemah. Momen singkat ini membantunya memahami satu hal — Pei Ziheng datang jauh-jauh ke sini hanya sebagai Boss dari Imperial Entertainment yang memenuhi tugasnya. Semua itu tidak ada hubungannya dengan kenangan, apalagi hubungannya dengan Xia Ling.

Selama ini, Pei Ziheng adalah seorang pengusaha yang dingin dan kejam, tidak pernah melakukan sesuatu yang tidak perlu.

Faktanya, selama sepuluh tahun Xia Ling berada di sisinya, gadis itu telah mendengar desas-desus yang tak terhitung jumlahnya tentang hal-hal kejam yang telah ia lakukan. Namun, terhadap Xia Ling, ia selalu bersikap baik. Ia memanjakannya teramat sangat sehingga Xia Ling dengan naif berpikir bahwa mungkin ia adalah pengecualian.

Sekarang, saatnya ia keluar dari mimpi itu.

Acara berkabung itu belum berakhir, tetapi Xia Ling tidak lagi tertarik pada sisa acara. Kini perasaannya telah mati, dan ia hanya menunggu acara dan pengunjung segera bubar.

Lu Tao memerintahkan kedua bawahannya untuk membeli beberapa keping CD sementara ia menemani Xia Ling berjalan-jalan. Ia berkata, "Ye Xingling, jangan terlalu sedih. Orang mati tidak bisa hidup kembali. Xia Ling tak akan bisa beristirahat dengan tenang jika ia tahu bahwa penggemarnya terus bersedih atas kematiannya."

"Hah?" Xia Ling menatapnya, bingung.

Lu Tao mengerutkan alisnya. "Bukankah kau penggemar Xia Ling?"

"Aku bukan."

"Jangan berbohong padaku. Aku melihat betapa hancurnya kau saat berkabung tadi. Bagaimana bisa kau bukan penggemarnya?" Lu Tao mendengus. "Akui saja. Xia Ling adalah seorang diva, bukanlah hal yang memalukan untuk mengaguminya."

"Aku benar-benar bukan penggemarnya."

"Oh ya?"

"…"

Lu Tao tidak berhenti bicara sepanjang perjalanan. Langit berangsur-angsur diterangi oleh bintang-bintang. Cahaya dari bintang memberikan suasana tenang. Pada saat itu, Xia Ling merasa bahagia bahwa Lu Tao ada di sisinya karena suaranya yang penuh semangat mampu mengusir kesedihan dan kekesalannya.

Setelah kembali di kamp pelatihan, Lu Tao mengucapkan selamat malam.

"Ye Xingling, ada pepatah yang mengatakan 'seorang yang telah meninggal harus beristirahat dengan tenang, sementara yang hidup …. sesuatu seperti itu ... intinya," Katanya sambil menggaruk kepalanya. "Jangan terlalu terpaku pada yang telah meninggal. Pergilah tidur, dan jangan lupa kau ada syuting besok pagi."

Xia Ling tertegun sejenak, sebelum dengan lembut bergumam, "Oke."

Memang benar, seseorang yang telah meninggal harus beristirahat dalam damai, dan yang masih hidup harus melanjutkan hidup mereka.

Malam itu, tidak ada awan di langit malam yang cerah.

Setelah mengikuti pimpinan Tan Ying, para trainee menuju lokasi syuting yang telah ditentukan.

Lokasi syuting terletak di daerah hutan pegunungan yang jauh dari kota. Bus sewaan tim berputar di sepanjang jalan gunung yang berliku. Jalur antara puncak dan punggung bukit tidak terlalu terlihat. Disana, sungai-sungai mengalir tanpa batas. Jika melihat puncak gunung dari bawah, gugusan bangunan putih yang tidak beraturan namun indah terlihat samar-samar; garis-garis arsitektur bangunan tersamarkan oleh kabut, menciptakan aura seperti dalam dongeng.

Setiap pemandangan di sepanjang jalan tampak seperti hasil karya alam, namun itu semua adalah ciptaan seorang ahli yang cerdas.

Seorang trainee memberanikan diri bertanya, "Ketua Tan, dimanakah tempat ini? Rumah-rumah di pegunungan tampaknya tak berpenghuni, namun ada bangunan besar di puncaknya.. Apakah ini sebuah obyek wisata yang baru dikembangkan?"

Tan Ying, yang berada di kursi penumpang depan, menggulung koran di tangannya dan menepuk kepala trainee yang mengajukan pertanyaan. "Pernahkah kamu melihat objek wisata dengan sedikit orang? Ijinkan aku memberitahumu, ini adalah milik bos. Gunung ini," Tan Ying mengisyaratkan dengan tangannya. "Dan gunung-gunung di sekitarnya --- semua daerah sejauh mata memandang --- adalah wilayahnya."

"Wow ..." Desahan rasa iri serentak bergema di seluruh bus.

Xia Ling memandang ke luar jendela dan melihat gunung demi gunung, puncaknya abu-abu gelap di kejauhan --- wilayah itu memang besar. Tidak seperti trainee yang lain, gadis itu tidak peduli dengan fakta yang baru disampaikan. Xia Ling telah melihat wilayah perumahan serupa milik Pei Ziheng sebelumnya, meskipun kebanyakan wilayah Pei Ziheng terdiri dari villa dan taman pribadi. Karena telah menikmati hal-hal tersebut dulu, daerah mewah itu bukan lagi sesuatu yang istimewa baginya.

Para trainee yang lain berkumpul di sekitar Tan Ying dan dengan antusias bertanya, "Apakah ini properti bos Li?"

"Tentu saja! Bos mana lagi yang kita miliki di Skyart Entertainment?" Tan Ying tertawa.

Perkataan Tan Ying membuat semua yang hadir tertawa.

Skyart Entertainment, tidak seperti Imperial Entertainment yang memiliki sejarah panjang, adalah perusahaan yang cukup baru. Xia Ling ingat saat perusahaan ini baru saja didirikan; ia sudah terkenal saat itu. Hanya enam sampai tujuh tahun sejak lalu. Meski begitu, hanya dalam kurun waktu singkat, Skyart Entertainment tumbuh dari sebuah bintang yang baru lahir menjadi perusahaan besar dan mapan. Bahkan raksasa di industri hiburan seperti Imperial Entertainment pun terguncang.

Semua prestasi mereka dikatakan sebagai jasa dari bos Li Lei.

Xia Ling belum pernah melihatnya secara langsung, dan segala sesuatu yang ia ketahui tentang Li Lei hanyalah desas-desus. Rupanya, orang ini adalah cucu dari sebuah keluarga yang merupakan anggota organisasi kriminal. Ia mendirikan Skyart Entertainment sebagai jalan untuk pencucian uang. Selain itu, diikabarkan bahwa laki-laki ini adalah seorang yang berhati dingin, brutal, dan tanpa ampun ...

Oh, tidak lagi.

Dalam kehidupan terakhirnya, ia tidak pernah peduli dengan gosip. Ia bahkan tidak bisa mengingat wajah Li Lei pada saat ini. Tetapi, hal itu tidak menjadi masalah. Xia Ling yang sekarang tidak lebih dari seorang anggota biasa dan berada di bagian paling bawah hirarki Skyart Entertainment, sementara Li Lei adalah bos di puncak. Mereka tidak ada hubungan antara satu dengan yang lain, sehingga betapapun brutal atau cakapnya pria itu, bukanlah urusannya.

Ketika memikirkan semua ini, ia meletakkan kepalanya pada sandaran kursi dan tertidur di tengah-tengah semua pembicaraan di sekitarnya.

Kemudian, Lu Tao membangunkannya.

Ketika ia membuka mata, hari sudah malam, dan pemandangan tampak gelap dan berkabut. Bus telah parkir di area wisma di sisi gunung, dan sebaris orang sedang menuju wisma dengan membawa ransel dan barang-barang milik mereka. Setiap kamar diisi oleh empat orang trainee. Mereka baru saja duduk ketika Lu Tao mencarinya untuk makan malam, dan kemudian mengumpulkan semua orang - para trainee dan kru - ke ruang konferensi untuk pertemuan bersama.

Pertemuan dipandu oleh Wei Shaoyin, direktur dan produser kali ini.

Ia tiba beberapa hari lebih awal dari sebagian besar tim untuk memeriksa lokasi dan tempat syuting, dan saat ini, ia dengan efisien mengalokasikan peran dan tugas bagi tiap-tiap orang. Jadwalnya ketat dan beban kerjanya berat, tetapi semuanya tampak sesuai-- teratur dan berjalan lancar, seperti mesin yang diminyaki dengan baik.

Hampir semua anggota kru tidak menunjukkan ekspresi di wajah mereka dan dengan kepala tertunduk, mereka dengan cepat menulis semua hal penting. Hanya Xia Ling dan trainee lain yang terkejut, "Aku selalu mendengar bahwa Wei Shaoyin sangatlah efisien, tetapi aku tidak tahu bahwa dia memiliki tuntutan-tuntutan yang begitu berlebihan. Bagaimana mungkin ada yang bisa menyelesaikan semua hal ini dengan jadwal seperti ini ... "

Lu Tao menyenggol Xia Ling, "Hei, Ye Xingling, apakah menurutmu ia mengambil jadwal yang salah? Tenggat waktu yang ditetapkan dapat membunuh orang."

"Benarkah?" Xia Ling berpikir sebentar. Sebenarnya, jadwal yang ditetapkan tidaklah terlalu buruk. Dalam kehidupan sebelumnya, ketika produsernya, Feng Kun, sedang bekerja, jadwalnya tidak sepadat ini. Tetapi, ada kalanya mereka juga terburu-buru. Xia Ling pernah bekerja dengan jadwal sepadat ini sebelumnya.

Tidak ada orang yang mati karenanya.

Lu Tao memutar matanya, "Kau belum menjadi tenar, bagaimana kau bisa mirip dengan orang-orang ini?" Lu Tao mengelus dagunya ketika melihat para anggota kru di tempat kerja. "Mereka ini jelas terbiasa disiksa; mereka bahkan tidak protes."

Xia Ling tertawa. Tiba-tiba, nostalgia menghantamnya -- kesibukan dari lokasi syuting, wajah-wajah serius para anggota kru, peralatan pembuatan film di sekeliling ... bahkan udara di sana sepertinya mengisyaratkan kehadiran artis-artis yang berbakat.

Pada saat itu, Xia Ling merasa benar-benar hidup kembali.