V begitu sangat terluka mengetahui bahwa Eri tetap ingin pulang. V tidak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya terhadap seorang wanita. Ini pertama kalinya dia menangis karena seorang wanita.
V berdiam diri dikamarnya, dia begitu sangat putus asa. Sesungguhnya Eri pun terluka, Dia tidak ingin pergi, dan keinginannya untuk pulang sepertinya harus terhambat karena keputusan V yg melarangnya untuk tidak boleh kemana mana.
Eri berusaha keras, dia sangat ingin pergi dari dunianya V, karena dia tidak ingin terluka. Lalu dia memutuskan untuk menghubungi Jerd dan mencoba mencari solusi dari Jerd.
"Halo Eri" Jerd menjawab panggilan masuk dari Eri.
"Halo Jerd, apa kamu sedang sibuk?" Tanya Eri.
"Tidak, apa ada sesuatu yg penting? Apa V melakukan sesuatu yg salah? Jerd terdengar panik.
"Tidak, mmm bukan."Jawab Eri
Jerd lega mendengarnya.
"Lalu , ada apa? Katakanlah, jangan sungkan" kata Jerd .
"Begini, aku ingin pulang , aku tidak bisa terus disini"Kata Eri yg memulai memberi tau Jerd tujuannya menelpon.
Tanpa basa basi Jerd langsung menjuru menuju skandal yg V lakukan "Apa karena Viona? Bukankah masalahnya sudah jelas?"Tanya Jerd kepada Eri.
"Tidak, bukan itu. Ya, tentu masalah itu sudah selesai, mmm aku, ka kamu tau aku tulang punggung keluarga, dan aku harus membiayai ibu dan adik ku. Aku harap kamu mengerti, Aku harus pulang" Eri mencoba mencari alasan agar dibolehkan pulang.
"Hmmm, begini Eri. Bukannya aku tidak mengizinkan mu pulang, atau aku tidak perduli atas apa yg kamu katakan, tetapi aku harap kamu mengerti kondisi saat ini, kejadian ini masih berlangsung beberapa waktu lalu. Dan tentu akan sangat sulit jika kamu pulang secepat ini" Jerd pun mencoba menahan Eri dengan alasan scandal antara Eri dan V.
Jerd tau, V tidak akan mengizinkannya pulang. Dan tentu V sudah memberi kode terlebih dahulu kepada Jerd.
Eri pun tidak bisa berbuat apa apa, karena alasan yg dikatakan Jerd memang masuk akal "Oh, begitu ya. Ya kamu benar. Baiklah" Eri menjawab dan menyetujui tanpa semangat sedikit pun.
Jerd tersenyum karena Eri percaya dengan alasannya "Ok, baiklah Eri. Jika kamu butuh sesuatu, hubungi saja aku, soal keluargamu, kamu tidak perlu khawatir. Dan jangan keluar apartemen untuk beberapa waktu. Daa" Jerd mengakhiri panggilannya.
Eri terdiam sejenak, dia bingung dengan apa yg dirasakannya, disatu sisi dia bahagia karena tidak jauh dari V, namun disisi lain, dia takut hal yg lebih menyakitkan akan dia rasakan lagi.
Tiba tiba, terdengar suara pintu di tutup dengan sangat kuat. Eri penasaran dan perlahan keluar dari kamarnya. Dia berjalan mendekati sumber suara itu.
Dia tidak menemukan apapun. Eri penasaran, dan pergi kekamar V, dia mengetuk kamar V, seraya memanggil namanya "V, apa suara itu berasal dari kamarmu?" tanya Eri.
Eri tidak mendengar jawaban apapun. Eri tetap mengetuk dan terus memanggil nama V, tetap tidak ada jawaban. Akhirnya Eri membuka pintu kamar V, ternyata pintunya tidak di kunci.
Eri masuk perlahan, dan mencari V, sambil memanggil nya dengan sangat lembut, Eri tidak menemukan V dikamarnya. Dia keluar dari kamar V dan mencari V di semua ruangan.
Eri tetap tidak menemukannya. Eri merasa bersalah dengan apa yg telah di katakannya kepada V, sehingga membuat V pergi dengan perasaan buruk seperti itu.
Eri pun berusaha menghubungi V, Eri mendengar suara dering ponsel dari kamar V, ternyata V meninggalkan ponselnya.
Melihat ponsel V tertinggal, Eri semakin khawatir, namun dia mencoba mengendalikan perasaannya.
Seperti biasa, Eri melakukan rutinitasnya, dia bersih bersih dan memasak makan siang untuk V, berharap V akan pulang untuk makan siang.
Eri terus menunggu, dan menunggu namun V tak kunjung pulang. Hingga saat larut malam, akhirnya V pulang.
V masuk dan tanpa memperdulikannya. Eri hanya bisa diam melihat V yg mengacuhkannya.
Ntah apa yg terjadi dengan V, apakah V sudah menyerah dengannya, Eri terus bertanya tanya dalam hatinya.
Eri pun akhirnya masuk ke kamarnya, dia tidak makan apapun karena menunggu V pulang untuk makan malam bersama V. Namun keadaan berkata lain, V bahkan tidak menghiraukannya.
Eri sangat lapar, namun selera makannya hilang karena sikap V yg sangat acuh.
Eri menahankan rasa laparnya dan membawanya tidur. Eri akhirnya tidur dengan keadaan perut kosong.
V tidak tau sama sekali Eri tidak makan apapun, bahkan sepertinya V tidak mau tau.
Ke esokan harinya, Eri bangun dari tidurnya, dia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur, dia melihat, makanan yg di masaknya masih utuh, dia sedih dan semakin kecewa.
Eri membuang semua makanan itu ke tong sampah.
Dia berjalan menuju kamar V, dia mencoba menguping suara dari kamar V, dia tidak mendengar apapun.
Perlahan dia membuka kamar V dan dia masuk sambil memanggil nama V, dan ternyata V sudah tidak ada dikamarnya. V sudah pergi pagi pagi sekali.
Eri semakin kecewa, dan yg semakin membuatnya aneh ponsel V ternyata sekali lagi tidak dibawanya. Eri merasa sedikit aneh, mengapa V meninggalkan ponselnya sudah 2 hari ini.
Eri tetap berusaha tegar. Meski begitu, Eri tetap memasak makanan untuk V, Eri berharap mereka bisa makan bersama dan membicarakan apa yg sebenarnya V lakukan saat ini.
Selesai memasak, dia kembali tidur berusaha menahan rasa laparnya, dia menunggu V pulang. Namun hingga Eri terbangun dari tidurnya V masih belum pulang.
Eri bangun, dia sangat lemas berjalan keluar kamarnya dan mengecek kamar V, V masih belum pulang. Eri tidak bisa melakukan apapun, Eri sangat ingin menghubungi Jerd, namun dia tidak ingin selalu merepotkan Jerd.
Hari sudah mulai gelap. Eri sudah sangat lemas karena belum juga makan.
Eri pergi keruang tv, dia menyalakan tv dan berharap akan mendapat sedikit info tentang keberadaan V.
Benar harapan Eri terkabul, V ada disebuah acara talkshow . Eri sangat senang, Eri menonton acara itu dan mengikuti setiap pertanyaan yg di lontarkan kepada V.
Sampai akhirnya ada sebuah pertanyaan tentang peristiwa yg terjadi antara dia dan V.
Pembawa acara bertanya "V, bisakah kamu menjelaskan tentang kamu dan wanita yg berada di supermarket itu ?"
Eri sangat penasaran dengan jawaban V. . .
V pun menjawab "Wanita itu? Dia ? Dia hanya salah seorang penggemarku. Dia bukan siapa siapa"
Pembawa acara bertanya lagi "Lalu mengapa kalian berciuman pada saat itu?"
V menjawab lagi "Itu hanya ciuman hadiah untuk penggemar setiaku , sebuah hadiah manis dari idolanya" jawab V dengan memandang ke kamera seolah memperkuat penyataannya yg dikatakannya.
Eri sangat terpukul mendengar semua jawaban V, Eri sangat sedih "Penggemar? Apa arti dari semua ini V, lalu mengapa kau tidak membiarkan ku pulang?. Inikah sifat aslimu ?"
Eri terus menangis, dia sangat terluka. Ntah apa yg difikirkan V saat ini sehingga dia mampu memberikan pernyataan seperti itu. Apakah V benar benar sudah putus asa dengan Eri ?. Namun Eri berusaha tegar karena dia tidak mau memperbesar masalah , dia menunggu V pulang untuk mendengar penjelasannya. Namun V pulang tanpa bicara apa pun bahkan V selalu menghidari Eri. Hari berlalu selalu seperi itu . Sampai akhirnya Eri menyerah.
Eri dengan perasaan yg sangat terluka dia berjalan keluar dari apartemen, dia meninggalkan semua barang barangnya, bahkan juga ponselnya. Eri keluar dari gedung itu dengan keadaan lemas dan sangat berantakan. Eri keluar dihari yg sudah mulai gelap.
Dia berjalan meninggalkan apartemen, dengan air mata yg terus menetes, dia terus berjalan tanpa tau kemana tujuan langkah kakinya.
Dia tidak punya semangat lagi, dia merasa semua sudah berakhir. Eri benar benar putus asa.
Di perjalanannya yg ntah dimana dan sudah jauh dari apartement tiba tiba terdengar suara seseorang memanggilnya.
"Eri. . " Soyun memanggilnya.
Eri berhenti dan berbalik. Dia melihat Soyun , dia tersenyum namun air matanya semakin menetes .
"Soyun . ." kata Eri, Eri berlari dan langsung memeluk Soyun dengan erat, Eri menangis seolah dia telah menemukan bahu untuk tempatnya menangis.
Melihat Eri yg begitu sangat sedih, hati Soyun sedikit tersentuh karena kasihan. Soyun teringat dengan wanita yg dicintainya saat melihat keadaan Eri.
Soyun memeluk Eri dan mencoba menenangkan Eri "Hei. . , Eri , tenanglah, aku disini, menangislah dan buatlah perasaan mu legah"
Eri semakin menangis "Dia , dia, V . . . " Eri tidak sanggup membendung tangisnya sehingga tak kuasa untuk menceritakan semuanya.
Soyun berusaha menenangkannya "Hei, sudahlah , kamu tidak harus cerita sekarang, ceritakan saja nanti" Soyun mengelus rambut Eri.
"Soyun, ( dengan suara yg sudah sangat lemas ) Aku tidak ingin bertemu V"
Selepas menyampaikan itu tiba tiba Eri pingsan di pelukan Soyun. Soyun panik "Eri, Eri.. . sadarlah Eri"
Bersambung . .