Tiga bulan setelah mereka membicarakan rencana mereka berlibur bersama, akhirnya Brandon sekeluarga bersama Angga, Ferrel dan Daniel kini tiba juga di Bandara Incheon. Mereka baru saja mendarat di negeri yang terkenal dengan negeri ginseng itu.
Ketika Brandon menyampaikan prihal keinginan Angga cs ingin berlibur bersama keluarga mereka pada istrinya, Sarah menerimanya dengan senang hati.
Menurutnya, keikutsertaan mereka malah mempermudah Sarah dan Brandon selama liburan. Pasalnya jika mereka ikut, tentunya akan ada lebih banyak babysitter yang akan mengurus Brayson dan Brayden.
"Koreaaaa. Akhirnya gue bisa ketemu oppa-oppa tampan juga..." seru Angga terkekeh.
Tiba-tiba saja, saat mereka keluar dari pintu kedatangan internasional, Brandon cs dikejutkan dengan kilatan kamera serta teriakan histeris dari puluhan, bukan, ratusan wanita yang kini sedang berdiri di pintu kedatangan sembari memegang kertas yang bertuliskan sesuatu yang tak diketahui mereka. Dari hurufnya yang seperti rel kereta api itu Brandon menebak itu adalah hangul.
"Waduh. Gue gau tau kalo pamor gue sampai ke Korea, Ga." seru Daniel terpukau.
"Najisss.. Bukan elo, tapi noh..." tunjuk Angga menggunakan dagunya ke arah belakang Daniel.
Ternyata kedatangan mereka berbarengan dengan kedatangan salah satu boyband terpopuler di Korea. BTZ. Brandon membacanya dari salah satu kertas yang dipegang seorang gadis yang nampaknya adalah penggemar dari boyband tersebut.
"Gue kirain gue, Ga. Tapi setelah dilihat-lihat ternyata tampang gue gak kalah ganteng dari mereka." seloroh Daniel menarik kopernya merasa bangga dan penuh percaya diri.
"Anjritt, Dan. Tampang elo mah biasa aja. Sama gue aja kalah apalagi sama mereka. Ngaca, bro. Ngaca!" ejek Angga.
"Sialan lo, Ga. Gantengan gue kali daripada elo. Ya gak, Sar?" balas Daniel bertanya pada Sarah.
Karena Sarah satu-satunya perempuan yang ada di antara grup mereka yang sedang berlibur ini, jadi Daniel ingin jawabannya benar-benar adil. Jika ia bertanya pada Ferrel dan Brandon, ia yakin kedua sahabatnya itu malah akan lebih meledeknya.
Sarah yang tengah mendorong stroller Brayden, menoleh ke arah Daniel. "Mm. Gimana ya, Dan. Bagi aku suami aku yang paling tampan." ujarnya lantas menatap Brandon kemudian mengedipkan matanya.
"Bagi aku, kamu juga yang paling cantik. I love you, yang..." ucap Brandon membalas Sarah tersenyum lebar.
"Anjayyy..." sahut Angga pura-pura muntah.
"Ow,, kuping gue.." Daniel menepuk-nepuk telinganya bersamaan dengan kalimat yang diucapkan Angga.
Ferrel yang sedari tadi hanya diam, hanya menggelengkan kepalanya. Jujur saja ia sedikit meriding begitu mendengar kalimat yang diucapkan Brandon. Dia tidak menyangka bahwa Brandon yang dulunya seorang playboy bisa berubah drastis seperti ini.
Kadang Ferrel, Angga dan Daniel bertanya-tanya, kok bisa orang berubah 180 derajat?
Semenjak menikah, Brandon jadi berubah. Ferrel, Angga dan Daniel kadang memanggil sahabatnya itu dengan sebutan bucin. Budak cinta.
Reaksi Angga dan Daniel membuat Brandon tersenyum sinis. "Jomblo mah mana tau rasanya punya istri."
Sontak Daniel dan Angga merasa tersindir dan tidak terima. Namun mereka berdua juga tahu bahwa apa yang diucapkan Brandon tidak sepenuhnya salah.
"Hu. Sombong banget elo, Brand. Gue juga bisa punya istri." ucap Angga tidak mau kalah.
"Kapan?"
"Entar." gumam Angga tidak ingin menjelaskan.
"Entar pas rambut elo jadi putih semua, Ga?" kini gantian Ferrel yang meledek Angga.
"Ah, sialan lo, Ferr. Elo mah jomblo juga. Ngapain elo ikut nimbrug, huh?"
"Lah, emang gak boleh? Elo kan tadi bilang entar, Ga. Ya gue kepengen tau aja entar elo itu kapan."
"Ya entar. Elo tunggu undangan aja, Ferr."
"Undangan gue juga jangan lupa, Ga." tambah Daniel tersenyum lebar.
"Kalo gue inget ya, Dan."
Brandon dan Ferrell kontan tertawa kecil begitu mendengar balasan Angga untuk Daniel.
"Sialan lo, Ga. Tanpa lo undang, gue tatap bakalan datang."
Saat para pria asik mengobrol dari sudut mata Sarah, ia melihat seorang pria paruh baya tengah memegang dan mengangkat sebuah kertas bertuliskan nama The Storm.
"Kayaknya jemputan kita yang itu." ucapnya menunjuk pria paruh baya tersebut.
Brandon cs sontak menoleh ke arah pria yang adalah supir hotel tempat mereka menginap. Hotel yang akan ditempati mereka selama satu minggu ini menyediakan jasa antara jemput. Dan sebelum berangkat ke Korea Brandon sudah terlebih dahulu mengabari pihak hotel untuk menjemput mereka di bandara.
Sembari mendorong troli yang berisikan kopernya dan koper Sarah, Brandon melangkah menuju pria tersebut.
Di sampingnya, Brayson mengikutinya sembari memegang figur dinosaurusnya.
Sesampainya di hotel, Brandon lantas mulai memeriksa kamarnya dan Sarah. Kamar hotel mereka memiliki dua kamar tidur. Berhubung Brayden juga ikut, hari ini Sarah dan Brandon memutuskan untuk kamar yang lebih besar akan digunakan Sarah bersama Brayden dan yang satunya lagi akan Brandon gunakam bersama Brayson.
Karena Brayden masih kecil, Sarah takut untuk menidurkannya di antara dirinya dan Brandon. Ia takut mereka berdua bakal tidak sengaja menindih Brayden saat sedang tertidur. Maka dari itu dibagilah kamar mereka seperti itu.
Berbicara soal kamar, Kamar Angga, Ferrel dan Daniel berada satu lantai di bawah mereka. Mereka bertiga memilih untuk tidak berbagi kamar dan memilih menggunakan kamar mereka secara masing-masing.
Berhubung ini hari pertama tiba di Korea dan mereka juga sampainya malam, Brandon cs memutuskan untuk beristirahat saja. Lagi pula mereka semua juga masih jet-lag. Dan tidur merupakan hal yang paling mereka butuhkan sekarang.
Untung saja Brayden merupakan anak yang pendiam. Anak bungsunya itu kadang sekali menangis. Dia akan merengek hanya pada saat lapar, popoknya sudah penuh, saat dia kegerahan dan kesakitan.
"Yang, badan kamu gak pegel? Pengen aku pijitin, gak?" tanya Brandon tengah duduk di atas kasur milik Sarah dan Brayden.
"Bryson udah tidur?"
"Iya. Belum sempet aku bacaain cerita, eh dianya udah bobo, yang."
Sarah mengangguk mengerti. "Kamu juga istirahat gih. Tidur sana." usirnya.
"Tapi aku pengen tidur sama kamu, yang. Gak ada kamu di samping aku rasanya beda, yang." keluh Brandon sedih.
"Makanya besok kita jangan lupa beli tempat tidur Brayden."
"Iya, yang. Kamur istirahat ya, yang. Tidur yang nyenyak." gumam Brandon lantas mengecup dahi Sarah.
Dia juga tak lupa mengecup pipi Brayden yang kini tengah tertidur pulas.
"Good night, yang." serunya berdiri kemudian berjalan meninggalkan kamar Sarah lantas mengunci pintu kamar tersebut.
Dikamarnya, Brandon mengatur selimut yang dipakai Brayson dan mengecup puncak kepala anak sulungnya itu lagi lantas berucap, "Good night, Bray."
**