Chereads / The Playboy's Baby [Sudah Terbit] / Chapter 25 - Chapter 4

Chapter 25 - Chapter 4

Unedited

Brandon dan Tania saling menatap dalam diam. Sedangkan Brayson dan Mia, kedua anak kecil itu hanya memandangi mereka dengan wajah bingung.

Meskipun masih berusia 5 tahun setengah, Brayson termasuk anak yang cerdas. Dia tahu kalau daddy-nya ini mengenal Bunda-nya Mia.

Tapi, entah kenapa- mengetahui hal itu membuat Brayson merasa tidak senang. Brayson tahu mana yang cantik dan mana yang jelek. Dan tidak bisa dipungkiri lagi kalau Bunda-nya Mia tergolong dalam kategori wanita cantik.

Walaupun begitu, di mata Brayson, Sarahlah wanita yang paling cantik. Tidak ada wanita satupun yang bisa mengalahkan kecantikan Mommy-nya itu di mata Brayson.

Sementara Brayson memperhatikan Tania, Brandon yang tadinya terdiam karena begitu terkejut akhirnya angkat suara.

"Tania.. Elo kemana aja selama ini?" tanya Brandon memecahkan suasana canggung yang tercipta di antara mereka berdua.

"Ah, itu" Tania bingung harus menjawab apa, lalu matanya menangkap sosok Brayson yang mengawasinya dengan sorot mata menyelidik, berdiri di samping Brandon, "Anak elo, Brand?" tanya Tania mengalihkan pembicaraan sedikit merasa penasaran.

"Yep. Ini anak gue. Namanya Brayson. Mirip kan sama gue?" Brandon terdengar bangga memperkenalkan Brayson yang wajahnya copycat dirinya.

"Mirip banget sama lo, Brand"

"Hahaha, iya. Banyak banget yang bilang kayak elo, Tan. Brayson, say hai to aunty Tania. " balas Brandon tersenyum gembira, mengacak sayang rambut Brayson.

"Hai aunty, Tania" ucap Brayson pelan tanpa tersenyum.

Tania yang melihat itu, memberengut.

Berbicara tentang anak, Brandon jadi teringat dengan sosok gadis kecil yang mengaku pacar anaknya. Mata hitam pekatnya bergerak dan berhenti pada sosok mungil itu.

"Mia ini, anak lo, Tan?"

"Hmmm" gumam Tania pelan.

"Daddy" suara Brayson mendadak menarik perhatian Brandon yang sedang mengamati wajah Mia.

"Kenapa, Bray?"

"Pulang. Aku mau pulang daddy" pinta Brayson sudah menggenggam tangan Brandon.

"Pulang? Iyaiya, Bray. Kita pulang sekarang" ucap Brandon, mengacak rambut Brayson lagi.

"Maaf ya, Tan. Gue gak bisa lama. Bisa minta nomor HP lo gak?"

Tania merogoh tas kecil yang ditenteng-nya. Tidak lama, secarik kertas kecil berwarna putih sudah berada di tangannya.

"Ini kartu nama gue. Disitu ada nomor HP gue." jelas Tania memberikan kartu namanya pada Brandon yang langsung diterimanya.

"Oke. Kalo elo ada waktu, kapan-kapan kita makan siang bareng. Sekalian ngobrol. Udah lama gue gak ketemu elo"

"Gak masalah. Hubungi gue aja kalo elo free, Brand" Tania tersenyum tipis.

"Pasti. Gue cabut dulu ya, Tan" Brandon mengagguk pamit, lalu menoleh ke arah Mia, "Mia, uncle sama Brayson pulang dulu, ya. Nanti ketemu lagi"

"Iya, uncle. Dadah Brayson" sahut Mia girang melambaikan tangannya pada Brayson.

"Gue cabut ya, Tan" ujar Brandon sekali lagi lalu melangkah pergi bersama Brayson.

Tania yang melihat kepergian ayah dan anak itu mendesah. Dia tidak pernah menyangka akan bertemu Brandon lagi. Terlebih lagi, pertemuan mereka itu terjadi di sekolah anak mereka.

🍉🍉🍉🍉🍉

"Mommy, Brayson pulang" teriak Brayson sambil berlari masuk ke dalam rumah.

"Awas jatuh, Bray" Brandon menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya itu. Kelihatan sekali anak mommy.

Apa-apa selalu mommy. Mommy. Mommy dan Mommy. Maunya mommy terus.

Terkadang Brandon sampai dibuat cemburu akan kedekatan ibu dan anak itu. Bukan pada Sarah. Melainkan pada Brayson. Ya, pada anaknya. Brandon cemburu karena Sarah begitu memperhatikan Brayson. Perhatian Sarah pada Brayson seringkali membuat Brandon ingin menjadi Brayson.

Tiba-tiba Brandon teringat dengan apa yang terjadi di sekolah Brayson tadi. Dikeluarkannya ponsel yang ada di kantung celananya dengan cepat. Brandon lalu mencari nomor HP orang yang sangat ingin dihubunginya.

Begitu tersambung, Brandon tidak langsung masuk ke dalam rumah. Dia duduk di teras sambil menunggu orang itu mengangkat panggilannya.

"Sup. Lo kenapa nelpon gue?" tanya seseorang diseberang telepon.

"Gue ketemu Tania tadi" ucap Brandon cepat tanpa ba-bi-bu.

"Lo ketemu dia?"

"Iya, gue ketemu Tania, tadi" tandas Brandon.

Ada beberapa jeda sedikit sebelum orang itu merespon Brandon, "Terus apa hubungannya elo ketemu dia sama gue?"

"Serius lo, Ga?"

"Gue tutup kalo lo cuma pengen ngomong hal ini ke gue"

"Tutup. Tutup aja. Tutup aja kalo lo suka" tantang Brandon.

Tidak berapa lama, bunyi tut-tut-tut-tut yang menandakan panggilan sudah ditutup atau diakhiri terdengar di telinga Brandon.

Ternyata Angga benar-benar menutup teleponnya.

"Tchh" Brandon mendecih jengah.

Awas aja kalo bentar lo cari gue lagi.

Benarkan, tidak selang satu menit ponsel Brandon sudah berbunyi. Angga mengirimkan Brandon pesan singkat di whatssapp.

Angga

Lo ketemu dia dimana?

Brandon

Di sklh anak gue

Jelas-jelas ketika Brandon mengucapkan nama Tania tadi, Brandon bisa mendengar ada keterkejutan, keraguan dan kerinduan di suara Angga. Yang sengaja ditutupinya dengan respon dinginnya itu.

Brandon lalu mengambil kartu nama Tania di dompetnya lalu dipegangnya kartu nama Tania di depan kamera belakang ponselnya.

Jepret.

Setelah berhasil mengambil gambar kartu nama Tania, Brandon pun mengirimkan hasil jepretan asal-asalnya itu ke Angga.

Angga

Thx, Bro

Tania.

Nama itu seakan membawa Brandon kembali ke masa putih abu-abunya lagi.

Brandon, Angga dan Tania, adalah teman satu SMA. Tania juga masuk ke dalam band mereka sewaktu SMA dulu.

Sifat Tania yang periang, ramah, dan baik hati membuat Brandon yang masih remaja, menaruh hati padanya.

Namun, berhubung meraka satu band, Brandon takut menyatakan cintanya. Takut akan merusak team work mereka kalau terjadi apa-apa nanti. Brandon pun bertekad, akan menyatakan cinta pada saat kelulusan mereka.

Akan tetapi, begitu Brandon menyatakan cintanya, Tania membalasnya dengan mengatakan kalau dia sudah memiliki seorang pacar.

Brandon yang patah hati, mencurahkan kegalauannya itu pada Angga, sahabatnya. Yang tanpa Brandon ketahui merupakan pacar Tania.

Begitu mendengar pengakuan Brandon, Angga lebih memilih persahabatan dia dan Brandon dan akhirnya memutuskan Tania. Tanpa memberi tahu Brandon.

Merasa sakit hati dan tidak terima, Tania menemui Brandon. Dia menyalahkan Brandon karena membuat Angga memutuskannya. Hanya karena Brandon menyukai Tania juga.

Brandon yang baru tahu kalau pacar orang yang disukainya adalah sahabatnya sendiri, marah besar. Dia kecewa dan memukul Angga.

Setelah perkelahian mereka berdua, Tania memilih melanjutkan sekolahnya di luar negeri.

Brandon tahu di balik sikap Angga yang acuh akan kepergian Tania itu, tersimpan kesedihan yang mendalam.

Jadi, ketika Brandon bertemu dengan Tania tadi, dia merasa sangat bersalah.

Jauh di dalam lubuk hati Angga, sahabatnya itu belum bisa melupakan Tania, yang adalah cinta pertamanya. Entah mungkin belum move on atau masih terbelenggu rasa bersalah dan ingin mengakhirinya dengan kata-kata yang lebih baik.

"Kamu ngapain disitu?" suara Sarah membuat Brandon yang sedang melumun tersadar.

"Sayang" sahut Brandon pelan bangkit berdiri.

"Muka kamu kenapa kayak orang lagi dateng bulan begitu?"

"Ha? Muka ganteng begini di bilang kayak orang lagi dateng bulan" rajuk Brandon dengan suara manja memeluk Sarah.

Tahu ada yang salah dengan sikap suaminya, Sarah bertanya, "Kenapa?"

"Aku ketemu cinta pertama aku tadi"

Sontak tubuh Sarah menegang begitu mendengar ucapan Brandon.

Menyadari istrinya membeku, Brandon tertawa kecil, dan melepaskan pelukannya "Maksud aku, aku ketemu cinta pertama Angga tadi" Brandon menyelipkan rambut Sarah ke belakang telinga istrinya itu.

"Cinta pertama Angga? Siapa?" tanya Sarah antusias sudah melupakan kata-kata Brandon sebelumnya.

"Namanya Tania"

"Oiya. Terus kenapa muka kamu udah kayak ditekuk begitu tadi?"

Brandon menarik nafas panjang sebelum menceritakan semuanya pada Sarah.

"Aku gak tau kalo kamu pernah patah hati juga. Sakit gak?" ledek Sarah setelah selesai mendengar cerita Brandon.

"Dikit"

"Ohh, dikit" Sarah manatap sinis Brandon dari ujung matanya.

Sadar sudah salah bicara, Brandon cepat-cepat merubah perkataannya, "Gak. Gak sakit sama sekali. Sakitan pas waktu kamu tinggalin dulu, yang"

"Ah, tadi katanya dikit"

"Gak sayang. Gak sakit kok. Aku patah hati cuma gara-gara kamu, yang. Gak ada orang lain yang sanggup bikin aku patah hati. Cuma kamu seorang, yang" bujuk Brandon memeluk Sarah lagi.

"Hmm, jangan diingetin lagi. Aku jadi ngerasa bersalah pas inget itu"

Brandon menarik badannya dari Sarah. Mata hitam teduhnya itu menatap Sarah lembut.

Dari manik mata Brandon Sarah bisa melihat pantulannya. Seakan di mata Brandon hanya ada dirinya seorang.

"Marah, kecewa, itu aku rasain pas kamu ninggalin aku. Tapi aku gak pernah nyesel kamu ninggalin aku. Aku bersyukur malahan. Kalo bukan karena kamu ninggalin aku, aku gak bakalan jatuh cinta sama kamu. Sampai sedalam ini. Cinta? Jujur aku gak tau apa itu cinta sampai kamu muncul di studio aku sama Brayson. Pas ngeliat kamu dan Brayson saat itu, aku sadar kalo tanpa kalian, hidup aku gak bakalan lengkap" jelas Brandon mendekap pipi Sarah penuh sayang.