Life is Choice", hidup adalah pilihan. Itulah yang diucapkan Else ketika lamunan mulai kuasai waktu sepinya. Mau tidak mau dan suka tidak suka harus dijalani, apapun itu yang terjadi dalam hidup.
Ingin meronta takut disangka gila, terpaku dan diam saja takut dihina. Tegar dan sabar, karena itulah pilihan yang terbaik untuk hadapi situasi dan kondisi.
Sekarang Else tidak punya nyali untuk melawan. Berbagai cara sudah dilakukan, kasar ataupun halus. Kisa kasih dan cintanya terjebak dalam prahara rumah tangga pria beristri. Dia tetap meyakinkan bahwa dialah korban rayuan dan bukan pelakor.
Hari-hari sepinya hanya dilalui dengan kebagian semu. Kebahagiaan dengan pria beristri tidak penuh miliknya. Cinta pria itu terbagi, sisa waktu bersama istri pertama baru untuk Else. Sembilan tahun bukan waktu yang singkat untuk dilalui. Hubungan gelap dan cinta terlarangnya pada pria beristri itu dipenuhi dengan liku-liku. Lebih banyak pahit ketimbang manis.
Hanya diary buku kecil tipis dijadikan sasaran curhat setiap harinya. Sungguh pahit dan benar benar pahit. Ujar Else bicara sendirian di muka pintu kontrakannya. Selama 9 tahun simpan rahasia asmara bersama pria beristri, membuat dia harus merelakan 9 kali janin terbuang. Digugurkan dan keguguran.
Kepada diary Else persembahkan kepahitannya menjalani hidup yang penuh dengan teka teki serta tantangan. Selama menjalin kasih dengan pria beristri, Else tidak boleh melahirkan. Bila keceplosan dari hasil berhubungan suami istri, disepakati harus digugurkan.
Mansyallah, nestapa menjadi istri simpanan luar biasa. Apapun itu Else harus tetap yakin dan tetal tegar, karena hidupnya sudah menjadi pilihannya. Simpanan dan sebatas menjadi istri ketua tanpa nikah resmu secara undang-undang, membuat dia banyak luka dan bathinnya sungguh tersiksa.
Oh tuhan ujar Else, betapa berat ujian hidupku. Sekarang harus tetap tegar dan yakin.