Chereads / My Baby Triplets / Chapter 4 - 4. Hancurnya Hati Rivan

Chapter 4 - 4. Hancurnya Hati Rivan

"Jadi, kau mau apa?" tanya seorang gadis dengan ketus dan galak pada Rivan.

"Aku butuh bantuanmu untuk mencari seorang wanita, kau bisa kan?" ujar Rivan pada gadis di depannya ini.

"Siapa lagi? Sepertinya kau senang sekali mencari wanita. Sudah Shina, Anna dan sekarang siapa lagi?"

"Aku serius, Va."

"Iya, iya, aku tahu. Kalau di lihat-lihat, penampilanmu acak-acakan sekali, sudah seperti orang gila, persis, bahkan lebih seperti 5 bulan yang lalu saat mengetahui Shina yang akan menikah dengan sahabatmu sendiri," ujar gadis itu dengan nada mengejek.

"Please Vara, aku serius. Aku butuh bantuanmu untuk mencari dia," ucap Rivan frustasi.

"Oke, oke, jadi kau mau mencari siapa?"

"Zifa Scicilias, ini ada nomor ponselnya. Siapa tahu kau bisa melacak keberadaan Zifa dari nomor ponselnya." Rivan menyerahkan kertas pada Vara.

Drrt drrt ....

"Sebentar, bundaku menelepon," ucap Vara lalu mengangkat teleponnya.

"Halo Bundaku sayang ...."

"...."

"Tapi ken–"

"...."

"Ya sudah deh kalau begitu, Bun."

"...."

"Iya Bunda, aku paham."

"...."

"Iya Bundaku sayang ...."

Tut.

Vara mematikan sambungannya lalu menatap Rivan curiga, Rivan yang di tatap begitu mengangkat alisnya heran. "Kenapa?" tanyanya.

"Ceritakan tentang wanita yang bernama Zifa itu, kenapa kau mencari dia?"

"Aku akan cerita, tapi kumohon ... bantu aku ...."

"Oke."

Rivan menarik nafasnya lalu menceritakan semuanya yang di alami dirinya dan Zifa. Menceritakan betapa berengseknya dirinya yang sudah pasti membuat gadis di hadapannya ini sangat kecewa terhadap apa yang telah dirinya perbuat.

PLAAK!!

Panas dan perih. Itu yang dirasakan Rivan saat Vara menampar pipinya sekuat tenaga. Dia melihat wajah Vara yang memerah, dia tahu kalau Vara sudah begitu, pasti Vara sedang marah, dia juga melihat mata sahabatnya ini memerah dan berkaca-kaca.

"Kau gila ya! Wanita mana yang tidak sakit hati di suruh menggugurkan kandungannya! Seharusnya kau tidak perlu menyuruhnya begitu walaupun kau menganggap anak itu anak Alex atau anak pria lain! Dan apa? Alex juga melakukan hal yang sama pada Zifa?! Malah lebih parah lagi? Kalian memang benar-benar berengsek! Aku tidak menyangka kau melakukan hal sekejam itu pada wanita! Kau tidak ingat pada mamamu sendiri? Jika kau menyakiti seorang wanita, sama saja kau menyakiti mamamu sendiri!" maki Vara terlihat lebih garang.

Rivan menunduk menyesal jika mengingat lagi perkataannya pada Zifa dulu, Vara menjambak rambut Rivan dan mencubit pipi Rivan dengan perasaan kesal, marah dan kecewa, Vara sampai meneteskan air matanya.

"Iiiih! Kau ini memang harus di kasih pelajaran! Berengsek! Aku tidak akan pernah mau membantumu, untuk apa membantu pria brengsek sepertimu?! Aku benar-benar kecewa padamu! Aku tidak menyangka kau bisa bersikap seberengsek ini!"

"Aduh, aduh ampun, Va ... aku sangat menyesal, makanya aku berusaha mencari Zifa, aku ingin bertanggungjawab, sa-sakit!" erang Rivan kesakitan.

"Huh!" Vara melepaskan jambakan dan cubitannya dan mendengus kasar.

'Pantas saja bunda menyuruhku berbohong,' batin Vara kesal.

"Oke, aku akan membantumu!" ketus Vara.

Rivan menghela nafas lega, dia melihat Vara mengambil laptopnya dari dalam tasnya. Vara terlihat serius saat mendapat pesan dari bundanya lalu melotot menatap Rivan nyalang.

Vara mencubit perut Rivan keras.

"Aw, aw, sakit! Kenapa kau mencubit aku? Adaaaw!" erang Rivan kesakitan.

"What the Fuck!! Kau benar-benar berengsek! Kau memperkosa Zifa dan menyebut nama Shina? Apa benar?!" bentak Vara.

"Em ... aku tidak tahu, aku tidak ingat apa pun tentang itu, aku hanya tahu dari video CCTV di kamarku," cicit Rivan.

"Fuck!" umpat Vara.

Tiba-tiba layar laptop Vara dan muncul tulisan. 'JAGA BICARAMU SAYANG ... BUNDA SELALU MENGAWASIMU DI MANA PUN KAMU BERADA, KAMU LUPA BUNDA INI SIAPA?'

Wajah Vara langsung pias. Vara melupakan sesuatu, walaupun mereka berada di ruang VVIP di restoran, tapi ini kan restoran milik ayahnya.

Vara menghadap CCTV di sudut ruangan ini lalu berucap, "Ampun, Bunda ... Vara khilaf, Vara janji, Vara tidak akan mengulanginya lagi. Peace." Suara Vara terdengar ketakutan.

"Mmmppptt ...."

Vara menatap tajam Rivan yang sedang menahan tawanya, Rivan menutup mulutnya dengan tangannya agar tawanya tidak menyembur, jika Rivan tertawa bisa-bisa dia di hajar habis-habisan oleh Vara.

Drrt drrt ....

Vara mengangkat teleponnya.

"Halo, Bunda" ucap Vara hati-hati.

"...."

"Terima kasih, Bunda ...."

"...."

Tut.

Vara menatap sinis Rivan lalu melanjutkan pencariannya melalui laptopnya.

"Oh begitu ..." gumam Vara saat menemukan sesuatu, tapi Vara masih mengingat perkataan bundanya.

"Aku tidak bisa menemukannya, ponselnya sudah tidak aktif. Tapi yang aku temukan, Zifa sudah tidak ada di kota ini lagi, bisa jadi Zifa keluar negeri atau pindah ke kota lain," jelas Vara.

"Apa kau tidak bisa mencarinya lebih dalam lagi?" tanya Rivan cemas.

"Tidak, apa kau tidak percaya? Kau mau melihatnya sendiri? Ini ak–"

"Tidak, aku tidak mau melihat huruf atau angka yang tidak jelas di laptopmu yang membuatku pening, aku percaya padamu," ucap Rivan memotong ucapan Vara sebelum dia melihat angka atau huruf di laptop Vara yang terbelit dan banyak.

Vara mengedikkan bahunya cuek. "Terserah kau saja."

"Oh iya, aku menemukan sesuatu!" seru Vara.

"Apa? Apa? Apa itu tentang Zifa?" sahut Rivan senang.

"Iya, sebentar. Zifa pernah pergi ke salah satu puskesmas sekitar apartemennya."

"Untuk apa? Ah, pasti untuk memeriksa kandungannya, iya kan?" ujar Rivan semangat dan berusaha berpikir positif.

"Bukan."

Deg ....

Jangan-jangan ....

"Zifa ke sana untuk menggugurkan kandungannya."

JDEEERRR!!

Jantung Rivan berpacu dengan cepat. Dadanya terasa sesak. Wajahnya pucat. Dunianya terasa hancur. Anaknya ... darah dagingnya ... anaknya yang tidak bersalah harus tiada sebelum ia melihat dunia. Ini semua salahnya! Salahnya!

"Tidak mungkin! Tidak mungkin! ARRGGHH!!" Rivan menjambak rambutnya sendiri frustasi, dia meneteskan air matanya dan meraung sedih.

"Aku terlambat ... maafkan Ayah, Sayang ... kamu harus kembali pada-Nya sebelum kamu melihat dunia ini."

Untung di sini hanya ada mereka berdua, Vara yang melihatnya kasihan juga. Tapi ini pelajaran untuk Rivan, dia harus merasakan apa yang dirasakan Zifa.

"Sudahlah, terima saja semuanya, ini juga kesalahan kau sendiri. Si–"

"Vara," panggil suara dingin membuat Vara tersentak kaget.

Vara menoleh dan melihat seorang pria tampan yang sangat dia kenali menatapnya tajam dan datar. Vara menatap malas pria itu. "Eh? Susu Millo, sedang apa di sini?" sinis Vara.

"Ayo pulang," ucap pria itu dingin.

"Lah?"

"Pulang sekarang!"

"Iya-iya, aku pulang," ucap Vara cemberut.

"Van, aku pulang, terima saja semuanya. Ikhlaskan saja. Oh iya, saranku kau sewa saja seorang profesional untuk mencari Zifa, ups! atau mungkin kau tidak akan mencari Zifa lagi setelah tahu kalau dia tidak mengandung anakmu lagi."

"Tidak! Aku akan tetap mencari Zifa."

"Untuk apa? Untuk menghukum Zifa karena sudah menggugurkan anakmu? Ingat Rivan! Zifa tidak bersalah, kau yang bersalah dan si berengsek Alex itu!" peringat Vara.

"Aku tahu, aku yang salah ...."

"Ingat! Jika kau bertemu Zifa lagi, jangan coba-coba untuk menyakitinya!"

Rivan mengangguk lesu dan Vara pun pergi bersama pria tadi.

Rivan merenung, dia benar-benar sangat menyesal, dirinya harus kehilangan anaknya, darah dagingnya, dia memang benar-benar berengsek.

Bagaimana jika mama dan papanya tahu? Mungkin saja papanya akan langsung terkena serangan jantung. Tapi dirinya harus menceritakan semua ini pada mama dan papanya, apa pun yang akan terjadi nantinya dia harus terima.

Rivan juga harus mencari Zifa sampai dapat, dia ingin menebus semua kesalahannya walaupun anaknya sudah tiada.

Ya! Jika dirinya sudah menemukan Zifa dia akan langsung menikahinya apa pun yang terjadi dan membuat anak sebanyak-banyaknya bersama Zifa, ah ... sepertinya Rivan sudah gila, ya ... dia gila karena semua ini. Dirinya gila karena Zifa hahahaha ....

"Ya! Aku gila karenamu, Zifa ... lihat saja, aku akan menemukanmu. Setelah itu aku akan mengikatmu dalam pernikahan, hahahahaha...."

"Zifa ...."

πŸ”—πŸ”—πŸ”’πŸ”—πŸ”—

Tbc ....