"Guru! Jangan membuat kesalahan lagi… ughh! Huff!"
Sebelum Duan Mubai selesai berbicara, dadanya tiba-tiba diserang oleh Tetua Matahari Ketiga yang telah mengangkat tangannya. Dia mengerang. Seteguk darah muncrat dari mulutnya. Dia memandang Tuannya dengan perasaan tidak percaya seolah-olah dia tidak menyangka bahwa Gurunya adalah orang yang telah menyakitinya.
Di dalam lubuk hatinya, Guru sama seperti seorang ayah. Tapi sekarang, Guru yang selalu dia hormati baru saja menyakitinya….
"Ini adalah hukumanmu karena tidak mengikuti perintah Guru! Cepat keluar dari sini!" Tetua Matahari Ketiga menatapnya dengan tajam. Raut wajahnya sangat suram.
Duan Mubai menyeka darah dari mulutnya dan tetap berlutut di tanah. Dia pun mendongak dan melihat ke arah Gurunya yang masih berdiri di belakang formasi penghalang. Kemudian, dia tiba-tiba menunduk dengan keras. "Guru, saya mohon... tolong biarkan Adik Muda pergi! Guru, saya mohon! Biarkan Kakak Muda pergi…"