Tetua akademi itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia hanya mengelus jenggotnya sambil menatap pemuda yang berpakaian merah itu. Tetua itu sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
Feng Jiu duduk dalam posisi teratai sambil berusaha mengendalikan aura yang bergejolak di dalam tubuhnya. Aura itu sangat kuat dan mengerikan sehingga meridian Feng Jiu membengkak dan hampir meledak. Meridian di dalam kulit Feng Jiu berkedut dan membesar akibat lonjakan auranya.
Keringat Feng Jiu mengalir deras. Warna wajahnya berubah-ubah dari putih menjadi merah. Rasa sakit membuat dia tak sadarkan diri karena dia tidak kuat menahannya. Namun Feng Jiu paham, jika dia tidak bisa menahan, maka hidupnya pasti akan berakhir.