Chereads / Sang Mekanik Legendaris / Chapter 21 - Pria Tua yang Bermain Catur

Chapter 21 - Pria Tua yang Bermain Catur

Han Xiao tidak pernah berniat untuk menjadi pengelana. Setelah kabur dari Organisasi Germinal, dia tidak lagi bisa menikmati sumber daya gratis. Perkembangan Mekanik sangatlah mahal. Banyak peralatan, material dan suku cadang yang sungguh bernilai. Dana dan sumber daya susah didapat. Meskipun di alam liar bebas, sumber daya masih langka, tidak stabil dan perkembangan melambat. Bergabung dengan Enam Negara akan mengatasi masalahnya.

Han Xiao sudah menyusun rencana di kepalanya.

Dalam Galaxy, kabarnya ada plot tersembunyi di Kapital Barat.

Han Xiao tiba di gerbang bengkel yang tersembunyi di dalam gang yang tidak mencolok. Bengkel tersebut tak bernama, namun berlogo kunci inggris.

'Plot tersembunyi itu akan menjadi milikku di kehidupan ini.' Mata Han Xiao sedikit bersinar.

Ada meja catur di pintu masuk bengkel. Dua pria lansia sedang bermain di sana.

Penampilan mereka sangat berbeda satu sama lain. Satunya pendek, berjenggot dan berambut panjang tak terurus, sementara pria tua lainnya lebih tinggi, bersih dan rapi. Mereka berdua menatap papan catur dengan saksama.

Han Xiao memperhatikan bahwa pria tua tinggi itu kehilangan satu tangannya.

Mereka berdua tidak terlalu mengindahkan Han Xiao saat dia melangkah ke bengkel.

Han Xiao melihat ke papan catur tersebut. Tampaknya mereka sedang memainkan permainan Go yang intens.

Mendadak, Han Xiao sadar kalau itu sama sekali bukan Go! Ini Gobang!

Buat apa kalian terlihat begitu serius?!

Seorang wanita muncul dari dalam bengkel. "Ada yang perlu diperbaiki?"

Wanita itu mempunyai kulit yang putih, pipi yang merona, dan tinggi sekitar 1.65m. Rambutnya dijepit ke belakang dengan jepitan hitam dan di lehernya tergantung sebuah handuk. Dia memakai rompi hitam dan hotpants jeans sambil memegang kunci inggris. Meskipun tidak bisa dibilang cantik memesona menurut Han Xiao, wajah wanita itu masih sedap dipandang. Dia terlihat seperti gadis sebelah rumah dengan mata lembut dan senyum hangat. Sepertinya dia di pertengahan 20—yang mana adalah usia tercantik dari wanita.

Seperti kata pepatah, Wanita berusia 20-an bisa disamakan dengan buah persik—enak dilihat namun belum matang.

Sebaliknya, 30 tahunan seperti anggur ranum.

Tentu saja ini tergantung selera masing-masing.

Sedangkan wanita di 40-an …. seperti nanas.

Hah, bagaimana dengan yang 50-an?

Wanita 50 tahun sudah tidak bisa dideskripsikan dengan buah lagi! Mereka bagaikan tomat atau kentang!

"Apa tempat ini menerima magang?" tanya Han Xiao.

Untuk suatu alasan, mata wanita itu bersinar dan terlihat sangat gembira mendengar perkataan Han Xiao. Wanita itu buru-buru mencengkeram siku Han Xiao dan menariknya, seakan-akan takut kalau Han Xiao akan berubah pikiran dan lari.

"Cepat masuk dan duduk. Kau bisa masuk angin."

Han Xiao menengadah ke langit, menatap matahari yang bersinar terik dan bertanya-tanya, 'Apa masuk angin itu dialek setempat untuk sengatan panas?'

Bengkel tersebut sebagian besar dicat hitam-putih, dan bertingkat dua.

Lantai pertama adalah bengkel, dan areanya lumayan luas. Ada banyak platform kendaraan dan meja kerja yang dilengkapi dengan berbagai perkakas serta mesin. Han Xiao bisa tahu dari noda di meja kerja kalau mereka sudah tua. Di sana juga ada banyak rak metal yang dipenuhi bermacam-macam metal maupun suku cadang yang berjajar di dinding.

Masuk ke dalam, ada tangga berpegangan logam hitam menuju lantai dua, yang dijadikan ruang tempat tinggal.

"Namaku Lu Qian. Aku bos di sini. Kau bisa memanggilku Mbak Qian," kata wanita itu memperkenalkan diri.

"Mbak Qian," sapa Han Xiao. Lalu dia bertanya, "Aku ingin magang di sini. Apa ada persyaratan?"

"Ceritakan situasimu," jawab Lu Qian. Kesan pertamanya terhadap Han Xiao lumayan baik. Dia khususnya menyukai mata Han Xiao yang seperti ikan mati—mereka membuat Han Xiao tampak seperti gelandangan.

'Anak ini mungkin akan puas dengan upah kecil,' pikir wanita itu dalam hati.

"Aku datang dari jauh. Namaku Han Xiao, 21 tahun dan punya sedikit keahlian mekanik dasar. Mbak bisa memanggilku Teknisi Han."

'Teknisi Han?' Raut heran terpampang di wajah Lu Qian.

"Dari jauh … artinya kau bukan murid Sekolah Kapital Barat?"

Sekolah Kapital Barat adalah sekolah elite yang hanya dapat dimasuki beberapa orang terpilih. Sekolah itu mengikuti silabus spesial berdasarkan pengetahuan yang diberikan ke Aquamarine oleh peradaban galaktika. Di sana, murid-murid diajari pengetahuan Petarung dan Mekanik. Banyak lulusannya menjadi tokoh-tokoh penting di Stardragon.

Namun, karena kemungkinan orang yang memiliki kekuatan super hanya 1 banding 10.000, meski dengan bimbingan sekalipun tidak akan mempermudah kebangkitan kekuatan mereka, rasionya masih sangat rendah.

"Aku baru belajar teori Mekanik dasar," jawab Han Xiao dengan merendah.

"Sayang sekali …," ratap Lu Qian.

"Maaf, bukan maksudku begitu," tambahnya tergesa-gesa saat menyadari kalau dia tadi sedikit tidak sopan.

"Tidak apa-apa."

"Bagaimanapun, aku masih perlu mengujimu, walaupun aku membutuhkan asisten, tapi kau harus memenuhi kriteriaku dulu."

Han Xiao tentu saja tidak keberatan.

Lu Qian mengambil sebuah perkakas rumah yang rusak untuk menguji Han Xiao. Sebelum Han Xiao bisa memulai, pria tua yang lebih pendek di depan papan catur itu tiba-tiba berbicara. "Bocah, kenapa kau kemari?"

Lu Qian mengernyit bingung. 'Tentu saja anak ini cari kerja, kan?'

Han Xiao menoleh ke pria tua tersebut dan menjawab, "Aku hanya ingin mencari pekerjaan."

Untuk suatu alasan, jawabannya membuat kesal si pria tua dan dia membalik papan catur itu.

"Aku pemilik tempat ini. Lulus tesku dan akan kubiarkan kau tinggal."

"Oi, Pak Tua Lu, kau curang lagi," kata si pria tua tinggi, yang baru akan menghubungkan lima biji catur.

"Ada hal penting yang harus kulakukan," jawab Pak Tua Lu apa-adanya.

"Dasar tak tahu malu," balas pria tua tinggi itu dengan putus asa, tak berdaya.

  1. Catur yang menggunakan batu hitam-putih
  2. Lima berturut-turut, cara mainnya mirip silang bulat