Menarik tangannya kembali, laki-laki itu tersenyum pada Huang Yue Li: "Tehnya sudah panas sekarang."
Tidak bisa berkata-kata, Huang Yue Li hanya bisa menuangkan secangkir teh. Setelah selesai, ia mendorong cangkir itu ke arah laki-laki tersebut.
"Untukmu, diminum!" Ia berbicara dengan nada muak.
Ia tidak mengambil cangkirnya. Tapi sambil mengangkat alisnya, ia bertanya: "Apa? Ini adalah bentuk sikap yang kau tunjukkan kepada seorang tamu? Berbicara dengan nada yang kasar, bagi orang-orang di luar kau tampak seperti menyimpan dendam terhadap Tuan ini!"
Setelah mengambil banyak keuntungan darinya, bagaimana mungkin Huang Yue Li tidak menyimpan dendam?
Sambil memutar bola matanya, Huang Yue Li melihat senyuman licik di wajah laki-laki ini. Ia tidak tahan dan rasanya menamparnya!
Namun laki-laki ini melihat maksudnya yang terselubung, tatapannya menunjukkan perasaan tidak percaya. Walaupun tubuhnya kelihatan santai, namun auranya memenuhi seluruh ruangan. Setiap gerak gerik Huang Yue Li tidak terlewatkan sedikitpun dari perhatiannya.
Menggertakan giginya, Huang Yue Li berkata pada dirinya untuk tetap sabar.
Memandang lurus pada laki-laki itu, Huang Yue Li berkata dengan nada yang tidak senang: "Tuan Pemilik, silakan minum tehnya!"
Laki-laki tersebut tetap tidak bergerak.
Huang Yue Li menjadi lebih marah dan bertanya: "Ada masalah apa sekarang?"
"Mengundang seseorang untuk minum teh, bukankah seharusnya kau menggunakan kedua tanganmu dan memberikannya pada mereka? Namun kau malah mendorong dan menyuguhkan tehnya seperti ini, tidakkah itu terlalu kasar? Dan kau adalah nona muda yang dihormati dari Rumah Bangsawan!"
Huang Yue Li menyeringai: "Begitukah? Maafkan diriku ini jika aku tidak melakukannya dengan benar. Ijinkan aku untuk mengulanginya kembali."
Sambil Huang Yue Li berbicara, tangannya mengangkat cangkir teh itu. Tapi saat ia mendekat ke wajah laki-laki tersebut, ia menyemburkan teh itu ke wajahnya!
Walaupun untuk sesaat laki-laki itu terpesona oleh senyuman Huang Yue Li, ia tetap bereaksi saat Huang Yue Li bergerak.
Saat Huang Yue Li mengayunkan tangannya, pergelangannya ditangkap oleh laki-laki itu.
Tangan yang ramping bagaikan batu giok namun sekuat baja itu membungkus tangan Huang Yue Li yang lembut. Dengan kencang menggenggamnya.
Huang Yue Li berusaha melepaskan tangannya. Tapi setelah berjuang beberapa saat, ia masih belum dapat bergerak satu inci pun.
Dengan senang, laki-laki itu terus memberikan tekanan. Pelan pelan, sedikit demi sedikit ia menarik tangannya dan cangkir teh nya mendekat.
Dengan tatapan penuh kebencian dari Huang Yue Li, cangkir teh dan tangannya sampai di mulutnya. Pelan-pelan, laki-laki itu menghirup tehnya.
Entah sengaja atau tidak, bibirnya bersentuhan dengan jari Huang Yue Li. Lidahnya bergeser dengan lembut, meninggalkan perasaan yang basah.
"Rasanya tidak buruk." Laki-laki itu tersenyum.
"Kau!"
Segera setelah tangannya bebas, Huang Yue Li membersihkan tangannya pada bajunya.
Sang Tuan Pemilik menyeringai: "Ada masalah apa? Apakah tehnya terlalu panas sehingga membakar tangan Nona Muda Ketiga? Biarkan aku melihatnya! Tuan ini memiliki salep untuk luka bakar, bagaimana jika kau oleskan sedikit?"
Mendengar kata-katanya semakin menjadi-jadi, Huang Yue Li kehabisan kesabaran. Dengan suara 'bang' yang keras, ia membanting cangkir teh ke meja.
"Baiklah, kau sudah minum teh. Dan kau sudah berlaku seenaknya, informasi apa yang hendak kau sampaikan?"
Melihat sikapnya yang jengkel, laki-laki ini pun tersenyum diam-diam.
Tapi ia tahu bahwa gadis kecil ini memiliki banyak cara. Seasik-asiknya memancing rubah kecil ini, ia hanya menahan diri karena merasa takut pada sesuatu yang akan terjadi.
Kalau ia memaksa gadis ini sampai batasnya, menarik paksa tangannya, mungkin ia akan menderita sedikit.
Yang terpenting, tujuan kedatangannya adalah untuk memancing sedikit amarah calon Permaisurinya.
Jadi, sudah waktunya ia harus berhenti. Sudah cukup.