Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

MOMMY CILIK

ulfasyamwel
--
chs / week
--
NOT RATINGS
11.6k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - 1. YANG TERSAYANG

Seperti siluet cahaya yang datang begitu saja, seperti hembusan yang lewat tak meninggalkan bekas, seperti ombak yang datang sili berganti, dan itu lah kisah yang aku alami hampir 13 tahun lalu. Ya bener hampir 13 tahun yang lalu saat usia ku memasuki 17 tahun. Tak sedikit ingatan yang tersisa, banyak hal meninggalkan cerita namun tak banyak yang tau, arti keluarga dan arti keberadaan mereka di sisi kita semua. 13 tahun yang lalu, saat aku mulai mengerti arti kedewasaan, saat aku harus memahami posisi sebagai anggota keluarga yang tak selamanya selalu dilindungi dan dimanja, akan tiba saatnya, keberadaan kita sebagai pelindung dan sebagai tempat bersandar bagi anggota lainnya.

Mommy cilik, sebutan yang pantas untuk aku saat itu, sebagai seorang remaja yang memiliki satu anak. Single parents tanpa pendamping. Membesarkan seorang anak yang masih begitu kecil. Sibungsu juga sebutan yang pantas buat aku, anak manja yang selalu bergantung pada keluarga, yang saat itu masih sangat tidak mengerti bagaimana cara mengurus dan membesarkan seorang anak. Tapi harus dan menjadi kewajiban untuk melakukan itu. Membesarkan seorang anak dengan nol pengetahuan untuk menjadi ibu yang baik, hanya bermodalkan insting seorang ibu yang mempunyai kasih sayang besar kepada anaknya.

Apa yang ada dibenak kalian sekarang? aku adalah seorang perempuan yang hamil di luar nikah, mempunyai anak biologis dari seorang lelaki yang bukan suami ku?. Simpan dulu pertanyaan itu, bacalah kisah ini yang akan mejelaskan tentang aku yang terjadi 13 tahun yang lalu. Tentang aku si MOMMY CILIK dan pangeran buah hati ku.

13 tahun yang lalu, saat aku baru naik kelas 3 SMA. Tingkatan kelas yang mendebarkan bagi kebanyakan siswa menengah. Seperti pagi-pagi biasanya, aku males bangun kalau bukan mommy langsung yang membangunkan. Sudah menjadi kebiasaan mommy membantu untuk mengurus persiapan aku ke sekolah. Dari membangunkan, menyiapkan pelengkapan sekolah dan mengantarku ke sekolah. Begitu nyaman berada di samping mommy hingga semua bukanlah beban buat ku, tanpa mommy aku layaknya kapas lunglai dan terbuang.

" pagi papi! Pagi kak andi! Pagi kak lina! Dan pagi si pangeran cilik pendatang baru di istana kakak yang megah ini! " sapa ku kepada semua keluarga ku yang sudah menunggu di meja makan.

" huh masa di panggil kakak, mommy donk manggilnya, ini kan ponakan kamu bocah ingusan " seru kak andi yang mempertegas posisi aku terhadap ponakan yang ku sapa pangeran cilik, anaknya kak andi dan kak lina. Kak andi adalah anak angkat orang tua ku yang sudah sangat kami sayangi. Walaupun sebagai anak angkat, kak andi sudah seperti kakak kandung ku. Kak andi begitu sayang pada ku dan aku pun juga begitu sayang pada kak andi.

" hdeuh kakak, masa dipanggil mommy. Aku kan tante yang begitu imut dan begitu muda jadi lebih pantas di panggil kakak. " sanggah ku yang nggak rela di anggap dewasa.

" tetap mommy donk, kan kamu manggil mama dengan sebutan mommy. Harus sesuai donk dengan kemanjaannya. " ledek kak andi di sertai suara ketawa papi dan kak lina.

" ih apa sih kak, gak jelas banget deh. Pangeran cilik bantu kakak donk. " kata ku sambil sedikit mencubit pipi tembem ponakan ku.

Pangeran cilik, aku selalu menyepanya dengan sebutan pangeran cilik. Usianya baru 8 bulan dan masih sangat kecil. Namanya PUTRA DINATA YOVI, yang lain memanggilnya dengan nama PUTRA, tapi spesial dari aku adalah pangeran cilik tersayang. Percaya atau nggak, di keluarga ini yang belom pernah menggendongnya hanya aku seorang. Bukannya karena aku nggak sayang dia tapi aku hanya takut menggendong badannya yang masih sangat rapuh. Karena rasa ketakutan ini, aku selalu diledekin kak andy si bocah ingusan.

" udah jangan pada ribut, ayo sarapan dulu. " Kata mommy yang ikut bergabung di meja makan setelah menyiapkan semua peralatan sekolahku.

Setiap harinya bergulir dengan penuh kebahagiaan. Mempunyai keluarga yang lengkap dan bahagia. Membuat iri siapa pun yang memandangnya, tak terkecuali keluarga kak lina atau keluarga mertuanya kak andi. Mereka dari keluarga yang sederhana namun begitu tamak dan selalu ada niat jahat dibalik kebaikannya. Hanya kak lina lah bagian keluarga mereka yang tulus menyayangi keluarga ku, sedangkan yang lainnya, setuju atas pernikahan kak andi dan kak lina hanya semata-mata karena uang. Kak lina sadar akan niat dan perbuatan buruk keluarganya, jadi selama ini kak lina lah yang mengatasi itu semua. Kelembutan kak lina dan ketulusannya bagaikan bidadari tak bersayap yang diutus tuhan yang selamanya mendampingi kak andi.

Kak andi kakak angkat ku, aku begitu sayang padanya. Kak lina kakak ipar ku aku juga tulus sayang padanya. Papi dan mommy orang tua ku, begitu berarti mereka dalam hidup ku dan aku begitu sayang pada papi mommy. Juga si pengeran cilik yang hadir di tengah-tengah keluarga ini, membuat ku semakin lengkap dan paling bahagia di dunia ini. Aku sayang mereka semua, dan aku nggak akan pernah bisa hidup tanpa mereka. Kalau boleh memilih, lebih baik aku yang pertama dicabut nyawanya agar aku nggak akan merasa betapa pedihnya kehilangan mereka. Aku ingin selalu dikelilingi mereka untuk selamanya, sampai ajal menjemput ku.

***

Pagi itu tak seperti biasanya, setelah aku bangun, mandi dan turun ke meja makan yang di iringi mommy di belakang ku, papi menggandeng ku dan menyuruh ku duduk. Ku lihat wajah kak andi dan kak lina yang serentak menatap ku seperti ada yang ingin disampaikan. Aku pun duduk dan menatap mata papi, mommy, kak andi, dan kak lina secara bergantian. Tersirat banyak pertanyaan dalam benak ku.

" ada apa sih? Kok pada aneh gitu ngeliat aku? " tanya ku memulai percakapan.

"begini sayang, kita semua lusa harus pergi ke new york karena ada urusan bisnis. " jawab papi seraya menggenggam tangan ku.

" new york??? Asyiiiikkkk!!! Liburan donk. Kapan pap? " sorak ku kegirangan mendengar jawaban papi.

" tunggu dulu sayang papi belum selesai, emang kita semua akan pergi kesana tapi papi ragu kamu bisa ikut. Kamu kan sekarang kelas 3 SMA dan lagi persiapan UN kan, jadi papi rasa kalau kamu ikut itu malah mengganggu konsentrasi kamu buat ujian. Jadi kita semua maksud papi adalah papi, mommy, andi, dan lina, terkecuali kamu sayang. " lanjut papi menjelaskan jawabannya.

Aku yang saat itu duduk langsung berdiri seakan tidak percaya kata-kata papi. Selama ini aku belum pernah ditinggal sendiri, selalu ada salah satu yang menemani. Apalagi mommy, yang nggak pernah pergi jauh dari ku. Jika mommy ada urusan diluar kota maupun luar negeri selalu membawa ku. Jadi aku tidak pernah lepas dari pengawasan mommy. Dimana ada mommy pasti ada aku, dan juga sebaliknya. Merasa aneh aja dan menjadi hal baru aku tanpa mommy walau pun hanya beberapa hari. Aku nggak percaya kenapa kali ini aku ditinggal sendiri. Ada urusan apa sehingga mereka semua pergi tanpa aku, urusan apa yang lebih penting dari pada aku.

" apaan sih papi, masa aku nggak dibawa. Jadi aku ditinggal gitu, tega banget sih papi. Mommy,,, papi tu masa ngomong gitu, aku kan nggak mau ditinggal sendiri, aku mau sama mommy terus. " kata ku seraya merangkul tangan mommy.

" dengarin dulu sayang, maksud papi kamu itu benar. Kamu kan mau ujian jadi kamu nggak mungkin ikut. Sedang kan mommy,papi, andi dan lina itu ada urusan penting sehingga makan waktu yang lama perginya. " ucapan mommy membuatku tambah bingung. Kenapa semuanya pergi tapi aku nggak boleh ikut? Apalagi dalam waktu yang lama.

" aku tambah nggak ngerti deh, kenapa yang lainnya pergi secara bersamaan tapi aku nggak boleh ikut? Apa nggak bisa salah satu atau dua orang yang pergi, nggak harus semuanya kan tanpa aku. " aku lebih mempertegas perkataan ku.

" begini ya sayang, mommy dan papi harus pergi karena ada urusan yang menyangkut perusahaan kita. Kamu tau kan perusahaan itu atas nama mommy dan papi jadi memang membutuhkan kehadiran kami berdua. " jelas mommy.

" nah kalau gitu kak andi sama kak lina apa kepentingannya sehingga harus ikut ke luar negeri? " tanya ku lagi.

" gini dek, kenapa kakak ikut bukan untuk liburan tapi karena kepentingan kakak juga. Alhamdulillah kakak disana sudah mulai merintis usaha baru dan pembangunan perusahaannya sudah selasai, jadi banyak hal yang harus kakak dan kak lina urus disana. " kak andi menjelaskan maksud dan tujuannya ikut ke new york.

" tapi kenpa harus lusa sih, kenapa nggak setelah aku lulus aja biar aku bisa ikut. Aku kan nggak bisa ditinggal sendiri. Aku takut. Kalau aku mati gimana? " manja ku yang tidak ingin ditinggal sendiri.

" hmmm anak papi udah gede masih aja manja, jangan takut papi yakin kamu anak papi yang hebat, berani dan nggak takut ditinggal sendiri. Kan ada bik minah di rumah. " kata papi sambil mengusap kepala ku.

" iya nih adek kakak yang manja, masa ditinggal sendiri aja mati. Kamu ini ada-ada aja dek. " tambah kak andi.

" tenang aja dek, kan ada si jagoan pengeran cilik kamu ini. Dia akan menjaga kamu dari segala marabahaya. " kak lina juga ikut berbicara dan di tambah dengan nada yang menirukan anak kecil bicara seakan-akan putra yang bicara " tenang aja mommy cilik, aku akan jagain mommy cilik. Aku hajar siapa pun yang jahat sama cilik. Ayo mommy cilik bilang siapa yang jahat, putra nggak takut. " seisi rumah tertawa dan kak lina pun menambahkan " karena putra akan jagain kamu jadi kamu juga harus jagain putra. Kalian harus saling menyayangi dan mencintai. Hanya ada kalian berdua, mommy cilik dan pangeran cilik."

Perkataan kak lina tersebut membuat ku menjadi lebih bingung. Maksudnya apa, kenapa hanya aku berdua dengan putra. " loh kak lina, emang putra nggak ikut? "

" gimana ya?? Hmmmm kepo nih si mommy cilik. Kasih tau nggak ya " jawab kak lina yang membuat aku tambah bingung.

Ada apa sebenarnya, kenapa hal ini menimbulkan banyak tanda tanya. Untuk pertama kali aku akan ditinggal sendiri, nggak seperti biasanya terutama mommy yakin ninggalin aku sendiri sedangkan mommy tau betapa bergantungnya aku sama mommy. Dan kata-kata kak lina yang semakin membingungkan. Apa ini pertanda kehidupan baru yang akan aku alami, kehidupan yang sepertinya menakutkan, dan belom pernah aku alami. Aku takut bukan sekedar ditinggal sendiri dalam waktu yang aku nggak tau berapa lama, tapi rasa takut ini melebihi itu. Aku jadi takut waktu berjalan, dan berharap berjalan lebih lambat bahkan waktu berhenti agar aku tetap bersama-sama dengan keluarga yang sangat aku cintai.