Chereads / SEBUAH NODA / Chapter 12 - ASAM MANIS KEHIDUPAN

Chapter 12 - ASAM MANIS KEHIDUPAN

Seharian ini moodku benar-benar tidak bagus. Amarahku nyaris benar-benar mengendalikanku. Untung saja, ada beberapa jadwal meeting yang harus diundur. Jika tidak, mungkin aku lebih kacau dari ini. Tentulah, penyebab ini semua adalah Tiara. Akan aku pastikan, dia harus membayar semuanya.

Belum ada jam lima sore, aku sudah sampai rumah. Kucari keberadaan Tiara, untuk membalas semua perbuatannya. Aku akan lampiaskan semua amarahku padanya. Dia harus bertanggung jawab! Aku tidak peduli jika dia harus terluka lagi atau hilang kesadaran lagi. Kali ini aku benar-benar marah padanya.

Aku tidak menemukannya dimana pun. Tidak juga di halaman belakang. Jadi aku berpikir, Tiara pasti sedang mandi di kamarnya. Baiklah, aku akan kesana.

Ternyata benar, Tiara sedang mandi. Itu tertanda dari kamar mandi di kamarnya yang sedang terkunci. Aku yang masih dikuasai emosi, tidak sabar untuk menunggu Tiara selesai mandi. Jadi, aku dobrak pintu kamar mandi itu sekuat tenaga.

"BBBRRRUUUUAAAKK!" Pintu kamar mandi terbuka. Usahaku berhasil.

"SATRIO! HAL GILA APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN?" Teriak Tiara terdengar sangat panik sambil menutupi berberapa bagian tubuhnya dengan tangannya yang kecil.

Sedangkan aku hanya diam mematung. Menatap keindahan di depanku. Menatap keindahan dari tubuh Tiara. Tubuh Tiara benar-benar indah. Sangat indah. Kulitnya yang mulus terlihat sangat halus dan lembut. Payudaranya yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil seperti menggodaku untuk menghisap dan meremasnya. Dan dibawah, diantara pangkal pahanya ada sebuah lembah kenikmatan yang tertutupi oleh tangan mungilnya.

"Pergi Satrio! Menjauh dariku! Aku belum siap_aww!"

Tanpa menunggu dia menyelesaikan kalimatnya. Ku dorong tubuhnya ke tembok. Ku jauhkan tangan Tiara yang sedang menutupi tempat harta karunnya. Aku tidak peduli, jika bajuku ikut basah karena air dari shower yang belum dimatikan.

Ku berikan dorongan lagi pada Tiara karena mencoba memberontak. Ku jongkokan diriku agar bisa melihat lorong rahasianya. Lorong yang memberikan kenikmatan pada setiap laki-laki yang memasukan senjatanya disana. Ternyata, lorong Tiara benar terlihat indah dan merekah. Dia benar-benar terlihat menggoda.

"Jangan Kak, aku mohon." Pintanya saat kusentuh biji kecil yang terletak ditengah-tengah vaginanya. "Sshhh...mmphh...sshhh.." Desahnya saat aku memberikan belaian lembut pada tempat itu.

Bosan dengan membelai. Ku gantikan mulutku dan lidahku untuk menikmati tempat paling rahasia dari Tiara. Kuhisap, kujilat dan kugigit tempat itu dengan penuh nafsu.

"Oouucchh...aahh..kaak..." Tiara menekan kepalaku lebih dalam. Aku tahu, dia sudah terangsang. Dia mulai meminta lebih. Selain itu, dia mulai menggoyangkan pinggulnya. Dasar munafik! "Ehhhmm...ouuchhh.."

Tiara menekan kepalaku semakin dalam. Meskipun aroma sabun mandi menjadi dominant, tetapi aroma kewanitaan Tiara masih sangat kuat dapat ku rasakan. Dan itu semakin membuatku bergairah. Ku masukan lidahku kedalam lorongnya untuk menjilat serta mencecap cairan Tiara yang mulai keluar.

"Ahhh kaakk...gelli....aghhh." Racau Tiara tanpa sungkan. Dia juga semakin cepat mennggoyangkan pinggulnya. "Ahhhh kak..terus....ugh..aahh...ahhh...terruuss....oouhhh...ssst."

Selain mulut dan juga lidahku, tiga jariku pun mulai ikut andil dalam menginvansi vagina Tiara. Ku kolek-kolek lorong sempitnya dengan gerakan memutar. Ku gigiti klitorisnya dengan bibirku secara kasar. Cairan Tiara pun semakin bertambah.

"Ahhh..ahhh...ahh...kakk...ahkkuu...akuu..kelu....AAARRRRR!" Teriaknya sangat keras saat dia mendapatkan organsmenya. Dia menyemprotkan cairannya begitu banyak. Aku pun dengan sigap langsung menelan cairan itu sampai habis. Jujur meskipun aku telah banyak melakukan seks dengan segala wanita, hanya cairan Tiara sajalah yang aku konsumsi.

Setelah itu, tubuhnya pun melorot ke bawah dengan kaki yang masih terbuka lebar. Oh lihatlah, dia benar-benar terlihat menggoda. Apalagi dengan matanya yang terlihat sayu yang membuatku semakin ingin menyerangnya.

"Aku ingin kau melayaniku, Tiara."

~oo0oo~

Hampir enam bulan lebih, aku tinggal di rumah ini. Rumah yang aku tinggali dengan Tiara dan juga Kevin. Maksudku, jika sekolah Kevin libur, dia akan tinggal disini bersama aku dan Tiara. Namun jika Kevin harus kembali ke asramanya, ya hanya ada aku dan Tiara saja. Kebetulan, selama dua minggu kemarin, Kevin berada disini untuk menghabiskan liburan kenaikan kelasnya. Dan baru sore tadi, dia kembali ke asramanya. Dan diantar oleh kami berdua.

Untuk aktifitasku dengan Tiara, itu masih terus berlanjut. Ya meskipun ada Kevin, itu tidak mengurangi intensitas seks kami. Bahkan akhir-akhir ini, tubuhku seolah tidak bisa jauh dari Tiara. Layaknya sebuah air, hanya dialah yang bisa menghapus dahagaku tentang hasrat dan nafsu.

Aku sudah mencoba untuk menahanannya. Itu karena, badan Tiara yang akhir-akhir ini terlihat kurang fit. Selain itu, urusan kantorku juga sedang memuncaki masa sibuknya. Jadi, aku mau menghemat tenaga untuk tidak bercinta dulu. Tetapi itu susah sekali untuk dilakukan. Menghindari tubuh Tiara dan pesonanya adalah hal yang sangat sulit untukku. Akhirnya aku tidak bisa apa-apa, selain menyerah pada nafsu setanku.

Namun tidak tubuhku saja yang aneh. Sifat Tiara juga menurutku ikut aneh. Bahkan sangat aneh. Dia berubah menjadi sangat manja. Dia juga terlalu sering mengirim pesan padaku saat di kantor. Parahnya lagi, jika aku tidak segera membalas pesannya, dia pasti akan meneleponku. Dia bahkan tidak peduli kalau aku sedang dalam rapat. Brengseknya, jika aku mendengar suaranya, sesuatu di bawah sana langsung mengeras. Jangan katakan kalau aku pria murahan! Itu memang kenyataan! Sungguh, aku benar-benar frustasi menghadapi keanehan ini.

~oo0oo~

"Apa? Kau tidak masak dan belum makan malam?" Pertanyaanku untuk Tiara. Aku memang tidak makan malam di rumah. Karena saat rapat tadi, aku sudah makan malam dengan kolegaku. Aku memang mengirim pesan pada Tiara tentang hal ini, agar dia segera makan tanpa harus menungguku pulang untuk makan malam bersama seperti biasa. Tapi kenapa dia belum makan. Jujur, kalau tahu begini pasti aku berusaha menolak tawaran kolegaku.

"Jangan marah dulu." Tiara memegang tanganku dan menatapku dengan wajah memohonnya. "Aku tidak makan karena aku ingin martabak."

Tunggu! Kenapa firasatku jadi tidak enak. "Kau ingin martabak? Kau ingin aku mencarinya? Kenapa kita tidak memesan lewat ojek online saja?"

"Aku tidak memintamu untuk mencarinya. Aku setuju denganmu, kita memesannya lewat ojek online, tapi aku ingin kau yang memesankannya untukku."

"Aku? Ada apa dengan ponselmu? Bukannya kau juga punya aplikasinya?"

"Memang aku punya aplikasinya. Tapi aku punya kenyakinan, jika kau yang memesan maka rasa martabaknya akan semakin enak."

Oh Tuhan. Sikapnya semakin aneh saja. Ingin ku protes pernyataan tidak masuk akalnya itu, tapi aku yakin itu pasti akan memperumit masalah. Jadi aku hanya diam dan segera mengeluarkan ponselku. Lalu, ku klik menu order food di aplikasi ojek online untuk memesan menu martabak. Tunggu martabak apa dulu ini?

"Aku ingin martabak telur." Tiara menjawab pertanyaanku yang belum aku tanyakan. "Dengan isian daging sapi yang berlimpah." Lanjutnya seperti membanyakan martabaknya. "Kak, juga beri catatan ke drivernya agar diberi tambahan acar. Acarnya juga harus asam dan banyak kuahnya. Dan acarnya jangan dikasih cabe. Kalau bisa, acarnya tidak usah pakai wortel, cukup timun saja_"

"Kau ini memesan martabak atau pesan acar?" Pertanyaanku membuat Tiara terdiam. Tapi dia menatapku dengan tatapan kecewa. "Aku juga pesan. Jadi aku beli dua porsi. Nanti kau bisa ambil acarku. Aku juga sudah menuliskan catatan kalau di dalam acar tidak boleh ada cabe atau wortel. Untuk yang lainnya_"

"Terimakasih." Tiara tiba-tiba menubrukku serta memelukku. "Akhirnya aku bisa makan martabak juga."

"Tidak usah lebay!" Sambil ku sentil hidung mungilnya. "Kau seharusnya bisa pesan dan makan dari tadi tanpa harus menungguku."

Dia hanya tersenyum menanggapi omelanku. Kemudian, dia mendaratkan bibirnya dia bibirku. Hingga akhirnya terjadilah sebuah ciuman hangat diantara bibir kami. Sungguh, sebenarnya aku menginginkan lebih. Tapi ini belum waktunya.

"Badanmu bau." Ucap Tiara saat ciuman kami terlepas. "Mandilah. Akan aku buatkan susu hangat untukmu." Dia sambil mendorongku menuju kamar mandi dekat dapur.

"Bagaimana kalau susu murni? Aku ingin susu murni."

"Diamlah kak! Kau belum bisa mendapatkan susu murni itu sekarang." Dia masih berusaha memberikan dorongan padaku agar tubuhku masuk ke kamar mandi. "Cepat masuk, Kak! Nanti untuk baju dan handuk akan aku ambilkan di kamarmu. Ayolah Kak! Jangan meniru sikap Kevin. Kau jauh lebih tua darinya. Cepatlah masuk!"

Akhirnya aku menuruti ke inginannya. Lagipula, memang dari tadi aku ingin mandi. Hanya saja, aku suka menggoda Tiara. Melihat Tiara merajuk, menggerutu dan kesal adalah obat stres untukku. Maklumlah, terkadang kesibukanku nyaris menguras kewarasanku.

~oo0oo~

Begitu aku keluar kamar mandi, pandanganku langsung menuju ke meja makan. Disana sudah tersaji dua porsi martabak dan segelas susu hangat, plus Tiara yang duduk di kursi dengan senyuman manisnya.

Ku langkahkan kaki ku untuk duduk di salah satu kursi di dekat Tiara. Ku lihat martabaknya sudah berkurang berberapa potong. Sepertinya, dia memang benar-benar menginginkan martabak. Sedangkan martabakku, masih terbungkus rapi di dalam kardusnya.

Sebenarnya aku sama sekali tidak ada minat untuk mengisi perutku dengan makanan malam ini. Sungguh, aku masih sangat kenyang. Aku membeli martabak dua porsi, hanya untuk mendapatkan acar. Ya ini semua dikarenakan permintaan Tiara. Anehnya, aku mau saja menurutinya. Entahlah, aku seperti merasa bersalah jika aku tidak menuruti permintaannya.

Aku meminum susu yang dibuatkan Tiara untukku. Sebenarnya aku bisa membuat susu sendiri. Tapi kenapa susu buatanku rasanya tidak seperti yang Tiara buat. Jika dia yang membuat komposisi air dan susunya terasa pas. Rasanya juga pas. Sedangkan aku, sama sekali tidak terasa susunya. Hambar. Sangat hambar. Itulah salah satu faktor penyebab kemalasanku.

Dalam hitungan detik, susu dalam gelas itu sudah berpindah ke lambungku. Lalu, aku memandang Tiara lagi. Oh Astaga! Martabaknya sudah habis? Tuhan. Bagaimana bisa dia menghabiskan martabak satu kardus dalam hitungan detik? Dia tidak kerasukan kuda lumping kan?

"Martabakmu tidak dimakan?" Tanyanya dengan nada yang terdengar sangat ragu. Jangan bilang, kalau dia akan memakan bagianku. "Nanti keburu dingin, kak."

"Kau masih kurang?" Pertanyaanku tidak dijawab oleh Tiara. Dia hanya menatapku dengan tatapan bimbang. Sungguh! Seberapa besar volume perut Tiara? Dan kenapa aku tidak tega karena melihat tatapanya. "Makanlah!"

"Sungguh? Benarkah?" Tiara menatapku seperti kucing ketika diberi ikan asin. "Kakak yakin? Kakak tidak icipi dulu_"

"Makanlah! Habiskan saja. Karena begitu kau selesai dengan makananmu, maka aku lah yang mulai memakanmu." Ucapanku telah berhasil membuat Tiara merona. Percayalah, dia semakin terlihat menarik.

Akhir cerita dari kedua porsi martabak tadi, benar-benar berakhir tragis di lambung Tiara. Bahkan, di kardusnya pun tidak ada sisa sama sekali. Baik sang acar, saus maupun remahan-remahannya. Hebat! Tiara sungguh hebat!

Dan setelah ini adalah giliranku untuk memakannya. Mengabisinya dengan segela hasrat, gairah yang menimbulkan kenikmatan beserta desahan.

~oo0oo~

Aku terbangun disaat pagi telah menjelang siang. Saat kubuka mataku, Tiara sudah tidak ada disisiku. Meskipun saat ini, aku sedang tidur di kamarnya. Ya, aku tahu dia pergi kemana. Dia pergi ke temannya yang kebetulan berprofesi sebagai seorang dokter. Benar, dia sedang mengecek kesehatannya.

Kemarin malam, tepatnya dua hari setelah makan martabak, Tiara dilanda mual-mual hebat. Sangat hebat. Wajahnya pun juga benar-benar pucat. Sangat pucat. Aku khawatir dengannya. Aku takut dia terserang tifus, usus buntu atau apalah. Mengingat, akhir-akhir ini cuaca memang kurang bersahabat dengan kesehatan manusia.

Serius! Aku sudah menelepon seorang dokter untuk datang ke rumah, tapi dia menolak mentah-mentah dokter itu. Jangankan diperiksa, Tiara bahkan mengunci dirinya di kamar mandi serta tidak mau menatap dokter panggilanku. Aku nyaris emosi, tentu saja. Namun, aku masih berusaha sabar. Kuberikan alternatif lain padanya, pergi ke dokter pilihannya atau pergi ke rumah sakit.

Akhirnya dia memilih alternatif yang pertama. Dengan syarat, aku tidak boleh ikut menemaninya. Gila? Pastinya! Tentu aku marah. Kenapa dia melarangku ikut? Bagaimana jika terjadi apa-apa dengannya? Astaga! Aku meledak. Ya, aku meledak karena syarat gilanya itu. Namun, ledakkanku kalah. Aku kalah dengan air matanya. Benar, Tiara menangis sambil memohon agar aku tidak ikut dengannya. Jika sudah begitu, aku bisa apa?

Akhirnya disinilah aku. Di halaman belakang rumah untuk menikmati akhir pekanku dengan suasana santai. Percayalah saat-saat santai seperti ini bagiku sekarang adalah barang yang sangat langka.

Ku tarik nafasku untuk meraup oksigen ke dalam paru-paruku, kemudian kubuang karbon dioksida melalui hidungku dengan kasar. Lalu, ku arahkan pandanganku pada sebuah pohon persik yang berada tepat di tengah-tengah taman ini. Pohon persik yang aku tanam sendiri bertahun-tahun yang lalu. Pohon yang setiap saat selalu di kunjungi oleh Tiara.

Sungguh! Aku sungguh-sungguh penasaran dengan pohon itu. Antara pohon persik dan Tiara, seperti ada suatu rahasia yang tidak bisa aku ungkap. Sehingga aku berfikir, apakah jika dengan Tiara pohon itu bisa berbicara. Tapi ternyata itu hanya pikiran liarku yang terlalu gila. Untung saja, aku belum benar-benar bebicara degan pohon itu.

Ponselku berdering dengan keras. Dari nadanya, itu adalah telepon masuk. Aku harap itu bukan Daniel yang menelpon. Oh Tuhan, aku ingin bersantai sehari saja. Kalau sampai itu Daniel dengan seluruh laporannya, sumpah! Aku akan mengutuk anak itu.

"Halo!" Kuangkat ponselku dengan nada emosi.

"Halo Rio. Ini aku Pryta. Kau tidak rindu padaku? Aku sudah berada di depan pintu rumahmu."

Bersambung...

Hai kawan ketemu lagi...

maaf jika part ini ada yang nggk nyambung. Sebab, ada berberapa bagian yang aku hapus. karena kalo aku pasang disini takutnya terlalu panas, aku takut nanti dibaca sama adek-adek kecil. Jadi aku loncati saja. Hehehe...

kalo masih penasaran sama part yang aku hapus, kalian bisa baca di google book dengan judul yang sama "SEBUAH NODA" yang diterbitkan oleh "QUEENCY PUBLISHER"

oke makasih semuanya....

Love you all. MUAAACCCCHHHH....😘😘😘