Chereads / Deadly Sword / Chapter 11 - Kegentingan

Chapter 11 - Kegentingan

"Senior Selia, awas! Kita dikepung oleh segerombolan Demonic Beast!" Aiden berkata terburu-buru ketika dia merasakan ratusan, tidak! Bahkan ribuan Demonic Beast di atas tingkat Immortal Gate berbondong-bondong menuju arah mereka berdua dari segala arah.

Aiden segera menarik pedang giok yang selalu ia bawa dari pinggangnya. Sementara itu, Selia juga merasakan hal aneh tersebut, dia menyiapkan berbagai Segel Sihir dan mengalirkan Mana Element Air miliknya pada ratusan segel yang melayang di udara. Selia adalah seorang Mage dengan afinitas tertinggi pada Element Air, sedangkan Aiden adalah Mage sekaligus Warrior yang memiliki Afinitas terhadap semua Element. Jika dibandingkan, Aiden jauh, sangat jauh lebih berbakat daripada Selia.

Ketika Selia melatih dirinya dan meningkatkan level kultivasi, dia harus mengandalkan Guide Books Watersource yang telah diberikan oleh Herdian. Namun berbeda dengan Aiden, bahkan dia tidak membutuhkan satu pun Guide Books untuk menuntun Mana Element miliknya sendiri. Dia dapat dengan mudah menuntun Mana Element miliknya sendiri seolah-olah mereka adalah bagian tubuhnya, sangat berbeda dengan Kultivator pada umumnya yang harus menggunakan Guide Books. Jika para Kultivator itu tidak menggunakan Guide Books, atau mereka menggunakannya namun tidak benar-benar cocok, maka hasilnya adalah mereka akan terhenti di tengah jalan Kultivasi atau bahkan sama sekali tidak bisa menjadi Kultivator.

Berderak!

Pohon-pohon yang menjulang tinggi di dalam Hutan Lostingsoul bergetar hebat ketika kekuatan luar biasa menerjang mereka. Pada dasarnya itu hanyalah hempasan energi, bukan benar-benar mahkluk yang menciptakan gelombang itu sendiri. Dari sini dapat terlihat bahwa ribuan Demonic Beast yang mendekat ke arah mereka tidaklah lemah. Mungkin yang paling lemah berada pada tingkat Immortal Gate.

Aiden dan Selia saling membelakangi, menjaga masing-masing dari mereka. Sebenarnya, Selia selalu menjaga jarak dari Aiden sejak mereka terbangun di ranjang yang sama. Dia selalu bersikap dingin sejak saat itu, tentu saja dengan pengecualian saat di depan ibunya, Selia harus tetap bersikap hangat seperti seorang istri yang baik.

"Kenapa seluruh Demonic Beast di hutan bergerak ke arah kita?" Selia cemas. Seumur hidup, dia tidak pernah merasakan rasa takut hingga membuatnya setengah mati.

Bila seseorang bertanya padanya tentang hal apa yang membuatnya gelisah? Selia tentu akan menjawab; tidur seranjang dengan orang asing dan dikejar-kejar oleh ribuan Demonic Beast.

"Hahahaha ... dua tikus kecil ini kelihatannya sedang ketakutan? Benar begitu, nak?"

Wajah Aiden dan Selia menegang, mereka pucat pasi. Tawa dan suara itu ... tampaknya adalah mimpi buruk, lebih buruk daripada kemarahan seorang Kultivator Heaven Gate. Bahkan aura serta Mana Energi milik Herdian, guru mereka, tidak sepekat dan semenakutkan ini.

Aiden dan Selia memutar kepala mereka. Menengok ke arah barat dengan hati-hati. Ekspresi mereka semakin jelek ketika 'dia' muncul. "Kenapa mahkluk ini bisa lepas?"

Aiden kurang lebih bisa menjaga ketenangannya, meskipun dia masih merasa takut. Namun Selia berbeda, wanita itu tidak pernah mengalami bahaya yang begitu besar di masa lalu, jadi hatinya tidak benar-benar siap. "A-Aiden, apa yang harus kita lakukan?" Tergagap ketika berbicara, tubuh Selia bergetar. Keringat dingin mengucur dari dahinya. Aiden melirik Selia, hanya untuk mendapati gadis itu benar-benar hampir mati ketakutan.

Tidak tega dengan pemandangan itu, Aiden berkata, "Senior, untuk sekarang kau lebih baik bersembunyi terlebih dahulu."

Selia menjawab tergesa-gesa, "Benar, benar. Tapi di mana aku bisa bersembunyi jika kita diperhatikan oleh sekian banyak Demonic Beast?!"

Dia sangat cemas sekarang. Saran Aiden adalah apa yang dia butuhkan. Namun untuk mewujudkan itu, Selia hampir tidak bisa memikirkan bagaimana caranya.

"Senior jangan melawan." Aiden melambaikan tangannya ke arah Selia. Tiba-tiba saja sebuah pusaran spasial terbentuk dan mencoba menghisapnya ke dalam. Setelah melihat ini, Selia mulai mengerti, dia tidak melawan dan membiarkan dirinya terhisap.

"Hoho... Jadi kau memutuskan untuk membiarkan gadis penakut itu bersembunyi? Sungguh menarik." Dragon Demonic Beast yang mengambil wujud manusianya berjalan perlahan ke arah Aiden. Sudut mulutnya terangkat dan di matanya yang merah delima terdapat intrik ketertarikan.

Aiden tidak menanggapi kalimat itu. Dia menatap serius ke arah Dragon Demonic Beast. Dia tahu mahkluk inilah penyebab utama ribuan Demonic Beast yang lain menyerbu ke arahanya. Secara umum, jika Demonic Beast terkuat dari kelompok, dan yang telah dipenjara sebelum itu, tiba-tiba saja lepas dari belenggunya dan langsung terbang ke suatu arah, maka mahkluk yang lain pasti memiliki kebutuhan untuk mengikutinya.

Tapi yang dipikirkan Aiden bukanlah itu.

Setelah berada cukup dekat dari Aiden, Dragon Demonic Beast itu berhenti. Dalam penampilan manusia, mahkluk itu sama sekali tidak terlihat seperti seekor naga perkasa yang kejam. Namun seakan sesuatu tentang dirinya terasa tenang dan mempesona. Aiden sempat tertangkap basah dan kehilangan kendali meski hanya sekejap, "Betapa mengerikan". Tubuhnya tegap dan atletis, dia mengenakan baju terusan berwarna hitam dengan aksen merah pada kerah leher dan kancing bajunya. Sementara itu pada pakaiannya juga terdapat simbol kepala naga berwarna putih. Wajahnya tampan dengan rambut acak-acakan hitam keperakan. Mata merah delimanya yang menatap Aiden terlihat membawa kedalaman dunia.

"Hei nak, aku yakin gurumu sudah pernah bercerita tentang diriku bukan?" Dia menyeringai. Ketika dia muncul, Dragon Demonic Beast itu berhenti tepat di bawah bayang-bayang pohon besar, seluruh tubuhnya nampak gelap, hanya matanya saja yang menyala memberikan teror untuk Aiden.

Aiden mengerutkan kening. Dia memang sudah lama mendengar cerita tentang mahkluk terkuat di seluruh hutan. Dan itu adalah spesies naga yang legendaris. Diceritakan oleh gurunya, naga itu sangat buas dan kejam. Dia tidak akan segan-segan membunuh seorang Kultivator yang masuk ke daerahnya. Seringkali, Kultivator yang tidak beruntung yang menginjak perbatasan daerah mahkluk itu akan diburu lalu dibantai. Tidak ada yang bisa melakukan apa pun padanya selama beberapa ribu tahun, setiap Kultivator yang datang sudah pasti mati. Namun, suatu waktu dua Kultivator kuat harus melalui daerahnya untuk pergi ke sisi lain benua. Mereka tidak tahu bahwa seekor mahkluk mengerikan berdiam diri dalam wilayah itu, sehingga mereka menarik amarahnya.

Kultivator itu diserang dan hampir dibunuh. Tetapi mereka berhasil lolos meski terluka parah. Begitu juga dengan Dragon Demonic Beast, dia terluka parah. Kemudian saat itulah Herdian mengambil kesempatan untuk menangkap dan memenjarakannya di sebuah gua di pusat Hutan Lostingsoul. Herdian sukses, tapi dia menginspirasi dendam yang mendalam untuk Dragon Demonic Beast itu.

"Tentu, guruku pernah bercerita tentang keganasanmu. Tentang kau membantai siapa pun yang masuk ke wilayahmu. Tentang dirimu yang adalah mahkluk terkuat di hutan ini, juga mahkluk pertama yang mencapai tingkat kultivasi tak terbayangkan."

"Ahahaha...." Dragon Demonic Beast itu tertawa terbahak-bahak. "Gurumu memang hebat dalam bercerita. Aku sungguh merasa terpuji." Aiden sedikit santai, dia sebenarnya mencoba untuk menghindari segala bentuk pertengkaran dengan mahkluk ini, dia terlalu kuat. Melihat mahkluk itu bisa tertawa ketika dirinya dipuji, menandakan bahwa masih ada harapan hidup untuk Aiden.

"Tapi nak, sepertinya kau salah dalam satu hal." Senyumnya mengembang, seketika membuat Aiden membeku. "Apa itu?" Tanya Aiden dengan lirih, bahkan hampir tak terdengar.

"Apakah kau merasa takut?" Dragon Demonic Beast itu mengangkat dua lengannya ke udara, seakan mengejek Aiden, dia melihat sekitarnya secara provokatif.

Demonic Beast yang lain melihat itu, mereka lalu berhamburan keluar dari dalam hutan. Ekspresi mereka garang dan mengerikan. Mereka dipenuhi oleh semangat bertarung.

"Sial, ternyata memang tidak mungkin untuk lepas dari cengkramannya. Bagaimana aku harus mengatasi semua ini?" Aiden bergumam cemas.

Saat ini dia hanya bisa bergantung pada kekuatannya sendiri serta energi murni dari Spiritual Mansion. Sedangkan Herdian, gurunya serta Deva mereka tidak membalas komunikasinya jadi Aiden sekarang dalam kondisi buruk.

Jika hanya beberapa Demonic Beast Immortal Gate, Aiden masih memiliki keyakinan untuk kabur. Namun masalahnya sekarang berkumpul ratusan Demonic Beast Immortal Gate serta puluhan Demonic Beast Heaven Gate. Aiden sudah kehilangan kesempatannya sejak awal, lagipula Dragon Demonic Beast itu juga tidak akan membiarkan dia kabur.

Pilihan yang tersisa kini hanya satu, Mati.

Tetapi Aiden tak sudi bila kematiannya harus datang secepat ini, ditambah dia sekarang juga memegang nyawa istri barunya, yang artinya Aiden harus bertahan hidup bagaimanapun caranya.

"Tidak ada pilihan lain." Kemantapan hatinya sudah mencapai ubun-ubun. Aiden berniat kabur meski mendapat cedera parah sekali pun.

"Tubuh Matahari : Jurus Pertama - Tarian Cahaya."

Secepat kilat dan tanpa peringatan, Aiden mengayunkan pedangnya lalu mulai menyerang, berniat menerobos barisan Demonic Beast.

"Tekad yang bagus. Kalian bisa bermain-main dengannya terlebih dahulu, tapi ingat, yang membunuh bocah itu haruslah aku." Dragon Demonic Beast tersebut menyunggingkan senyum sinis.