Chereads / Deadly Sword / Chapter 6 - Urusan Yang Lain

Chapter 6 - Urusan Yang Lain

"Oh, guru ternyata tidak memiliki cukup bakat untuk masuk ke tempat ini?" Aiden mengambil kesimpulan ketika cerita Herdian mencapai akhir. Saat ini dia sedang berjalan menuju aula utama dari Mansion Spiritual yang ditunjukkan Herdian.

"Um....itu.. haaa," setelah merasa sulit menyangkal pernyataan menyakitkan dari muridnya, Herdian hanya bisa menghela napas berat. "Terserah kau saja, lah. Tapi yang pasti, kegagalan guru bukan karena tidak memiliki cukup bakat, tapi karena guru memang tidak ditakdirkan untuk memiliki tempat ini," kata Herdian mengelak.

Herdian hanya tidak ingin mengakui kenyataan yang dikatakan oleh Aiden. Bagaimanapun dia masih guru dari Aiden, dan seorang guru seharusnya lebih superior daripada muridnya. Itu yang Herdian tahu.

Terlepas jika muridnya berbakat, maka harga diri gurunya pasti terangkat. Herdian juga memahami hal ini, tapi dia setidaknya ingin lebih membanggakan diri.

"Jangan percaya padanya, dia ditaburi biji wijen." Tiba-tiba saja suara berat milik Deva terdengar kembali setelah menghilang beberapa waktu lalu. Namun sosoknya tetap tak kasat mata.

"Hei kau! Kenapa baru muncul kembali?" Herdian mendongakkan kepalanya membentak, dia merasa kesal karena tidak ada angin tidak ada hujan, Penjaga bernama Deva ini tiba-tiba merusak suasananya.

"Hmph, kau membentakku?" Kali ini Deva memberikan tekanan mengerikan dari seorang Penjaga di setiap suaranya. Menyebabkan Herdian dan Aiden sedikit merinding. Terutama Herdian, tubuhnya seperti ditusuk oleh ratusan pedang saat Deva mengatakan itu.

Memang, kekuatan seorang Penjaga tidak dapat diremehkan.

"Ti-tidak tuan, hamba hanya seorang serangga kecil," ucap Herdian gemetaran. Dia mencoba tidak menambah masalah dengan menyiram bensin ke dalam api. Herdian merendahkan dirinya sendiri.

Untuk ukuran orang tua yang telah tiada, ketika dia mengatakan itu akan terasa sedikit keanehan. Aiden mengernyitkan dahinya.

Guru benar-benar tidak bisa berbuat apa pun di hadapan Deva.

"Baguslah kalau kau mengerti tempatmu." Emosi Deva sedikit mereda. "Sebenarnya, aku tidak muncul ketika kalian berbincang-bincang tadi karena aku memiliki alasan. Pertama, aku sedang menata dan mempersiapkan Spiritual Mansion untuk kedatangan tuan baru. Kedua, aku sedang membuat segel kontrak untuk Aiden. Jadi, jangan pernah bertanya hal-hal yang tidak berguna lagi, kau mengerti?" kalimat itu untuk Herdian.

"Di-dimengerti!"

Orang ini benar-benar menyebalkan. Seandainya aku yang menjadi pemilik tempat ini, seperti apakah kau akan bersikap? gumam Herdian dalam hati. Tentu hal ini hanya ada dalam mimpinya.

Penyataan Deva membuat Aiden penasaran, terutama alasannya yang kedua. Sebuah segel? Apa itu?

Pada dasarnya tempat-tempat penting seperti Spiritual Mansion selalu mengalami perubahan pemilik entah itu setiap ratusan tahun atau ribuan tahun. Namun, memikirkan tentang perubahan yang akan terjadi di masa depan, pemilik pertama dari Spiritual Mansion memiliki sedikit kegelisahan.

Bagaimana cara agar para penerus Spiritual Mansion bisa memiliki tempat tersebut secara sah? Ini yang selalu dia tanyakan pada dirinya sendiri.

Jika seseorang tidak memiliki tempat itu secara sah, maka dia tidak akan bisa memanfaatkan baik itu energi murni atau harta karun pengetahuan di dalamnya. Tidak! bahkan jika orang itu ingin, dia tidak akan bisa masuk tanpa kepemilikan yang sah.

Oleh karena itu, pemilik pertama Spiritual Mansion menciptakan semacam segel khusus untuk mengatasinya. Segel itu bekerja secara praktis.

Jika pemiliknya mati maka segelnya akan rusak dan Spiritual Mansion tidak menjadi milik siapa pun. Begitu juga sebaliknya. Tetapi, sekali segel rusak, itu artinya seseorang harus benar-benar beruntung untuk menjadi pemilik tempat ini secara tidak terduga. Hal itu karena Spiritual Mansion tidak bisa diturunkan secara langsung, seseorang harus mendapatkannya dengan kerja keras atau keberuntungan.

"Penjaga, apa itu se—"

Belum selesai Aiden bertanya, Deva sudah menjelaskan semuanya dari awal hingga akhir. Dia juga mengatakan sesuatu yang sedikit tidak terduga, arwah dapat hidup di tempat ini. Itu artinya Herdian bisa bersama dengan Aiden untuk waktu yang lama, ini sedikit membahagiakan untuk dirinya.

"Sebenarnya aku juga arwah. Aku adalah pemilik sebelumnya dari tempat ini." Pengakuan tiba-tiba Deva sedikit mencengangkan. Namun, itu masuk akal, karena dia sudah mengatakan info itu baru saja.

Deva menambahkan, dia pada kenyataannya memiliki wujud fisik. Namun karena Aiden belum secara formal sah menjadi pemilik Spiritual Mansion, jadi dia tidak bisa melihat Deva. Aiden juga tidak akan bisa menggunakan tempat rahasia yang ada di tempat ini sebelum dia mengikat segel.

Mendengarkan penjelasan Deva, Aiden semakin bersemangat untuk mengikat segelnya. Dia tidak bisa membayangkan sejauh apa potensi yang bisa didapat seseorang dari Spiritual Mansion, tempat suci. Terlebih, itu juga memiliki energi murni tak terbatas yang bisa digunakan kapan pun sesering apa pun itu.

Benar-benar mengerikan!

Melihat ekspresi muridnya yang bersemangat, Herdian hanya bisa tersenyum lembut. Dia sudah mengetahui hal itu jauh sebelum dirinya mati. Dia sudah beberapa kali berkomunikasi dengan Deva, yang ternyata telah mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada Heaven Gate, namun dia bungkam tentang tingkatan apa itu.

Herdian sudah menenggelamkan dirinya dalam penelitian untuk tempat ini, tetapi meskipun Herdian sudah mengerahkan seluruh darah dan keringatnya, dia tetap tidak ditakdirkan untuk memilikinya. Herdian hanya bisa menghela napas dan menyerahkan tempat ini untuk muridnya yang berbakat di masa depan.

Dan ketika dia sedang berjalan-jalan di kota terdekat, secara tidak terduga Herdian menemukan sebuah berlian di tumpukan batu. Terlebih, sepertinya berlian itu juga sedang membutuhkan pertolongan mulia darinya. Herdian tidak melepaskan kesempatan, lalu pada akhirnya jadilah Aiden yang sekarang ini ada di depannya.

Aiden sedang meletakkan tangan kanannya di atas sebuah batu berbentuk persegi dengan setitik cahaya emas di tengah-tengah. Dia bisa merasakan sensasi hangat dan menyenangkan datang dari cahaya itu. beberapa waktu lalu Aiden sempat khawatir namun ketika Deva menjelaskan prosesnya, Aiden sedikit menghela napas.

"Itu tidak akan sakit, hanya sedikit membutuhkan tenaga."

Prosesnya sendiri terbagi menjadi tiga bagian. Yang pertama adalah identifikasi, cahaya di batu yang terbuat dari giok itu akan melakukan semacam scan secara menyeluruh terhadap tubuh Aiden. Mengidentifikasi setiap karakteristik dari kekuatan, bakat, bahkan sifatnya sebagai manusia. Itu diperlukan untuk mencegah perubahan kepemilikan dengan pemaksaan. Jadi selain Aiden, tidak akan ada orang yang bisa memilikinya.

Yang kedua adalah pengikatan. Proses ini cukup sederhana, Aiden hanya perlu mengalirkan sedikit Mana-nya dan membuat cahaya emas itu menyatu dengan energinya.

"... ini yang terakhir."

Pada saat ini, proses terakhir yaitu pengakuan akan dilakukan oleh Aiden. Menurut Deva, proses ini sedikit menakutkan. Cahaya emas itu akan merasuki tubuh Aiden dan menguasainya untuk beberapa saat. Meski itu sebentar namun itu cukup menakutkan. Kehilangan kendali atas tubuh sendiri selama beberapa saat, apa yang mungkin dia lakukan secara tidak sadar? Aiden sedikit merinding. Terlebih, cahaya itu akan menguras energi mental Aiden ke titik hampir membuatnya gila. Dalam prosesnya, ini adalah yang paling menyakitkan.

Aiden waktu itu terus meronta dan memegangi kepalanya yang kesakitan sambil berteriak-teriak seperti orang gila. Herdian cemas, namun ketika dia tidak mendengar sedikit pun suara dari Deva, Herdian merasa hal ini memang sudah biasa. Tapi tetap saja, Herdian merasa cemas.

"Aaaahh!!!!!" Aiden tiba-tiba saja berhenti berteriak dan meronta. Dia diam membeku, tubuhnya benar-benar kaku, namun sesaat kemudian Aiden melompat dengan sebuah kekuatan baru yang mengesankan.

"Prosesnya selesai. Itu benar-benar sukses tanpa hambatan." Deva berkata dengan senang hati. Saat ini, dia tidak lagi tidak terlihat, tapi sosoknya yang berwibawa dan tegap terlihat jelas oleh dua orang guru dan murid itu.

Ketika Aiden menoleh ke arah batu persegi di dekatnya, dia menemukan semacam simbol-simbol aneh yang terukir di atas batu. Awalnya batu itu bersih dan bersinar dengan cahaya hijau dari giok, tanpa sedikit pun ukiran aneh. Namun sekarang itu benar-benar berbeda.

"Simbol segel." Aiden segera mengambil kesimpulan.

"Baiklah. Karena kau sudah mengikat segelnya, maka kau harus keluar dari tempat ini untuk dua puluh empat jam ke depan. Lagipula kau juga memiliki calon istri cantik yang menunggumu di luar sana." Bersamaan dengan kata-kata Deva, energi bintang yang sangat murni berputar di sekitar tubuh Aiden dan sedikit demi sedikit tubuhnya lenyap tak bersisa.

Aiden bahkan tidak sempat menanyakan alasan untuk hal ini, tetapi dia sudah terlanjur keluar dari tempat itu. Mau bagaimana lagi?

Aiden masih memiliki beberapa pertanyaan untuk ditanyakan, namun karena senior Deva tidak memberikannya kesempatan Aiden hanya bisa menghela napas dan membuka matanya perlahan.

Pada saat ini, Selia sedang berjalan dengan gusar mendekati Aiden ketika sebuah gelombang energi murni melemparnya menjauh bagai kerikil kecil. Dia terkejut, benar-benar terkejut.

"Energi itu sangat murni," kata Selia dengan takjub dalam hatinya. Meskipun dia mengalami sedikit rasa sakit pada pantatnya, namun itu tidak sebanding dengan perasaan menyenangkan ketika dia ditabrak oleh energi itu. Saat itu tubuhnya terasa sangat nyaman dan hangat.

Sebagai seorang Mage tingkat Mortal Gate - Stage 15, meskipun dia tidak memiliki fisik sehebat seorang Warrior namun dia masih memiliki sedikit kelebihan daripada manusia biasa. Jadi hanya terhempas dan jatuh seperti tadi bukanlah masalah yang besar.

Selia berdiri dan merapikan gaun birunya yang berantakan. Hampir saja! hampir saja pakaian dalamnya terlihat! Jika bukan karena gerakan tangannya yang cepat, bisa saja sepasang mata mesum menatap hal yang memalukan untuk dilihat itu.

Selia meneliti ke depan, dia yakin melihat remaja itu membuka matanya dan ketika itu juga dia terhempas, sehingga menciptakan kepulan debu di udara. Apa dia yang melakukannya? Selia penasaran.

"Senior, kau di sana?" Tiba-tiba saja suara manis, dalam, riang dan tenang memanggilnya dari balik kepulan debu.

Tidak mungkin! Itu benar-benar orang tua yang sebelumnya! Itu Aiden yang beberapa hari lalu dia lihat. Dia sekarang terlihat berbeda, perubahannya benar-benar mengerikan.

Apakah ini nyata? Selia tidak mau mempercayai matanya sendiri.

Orang tua itu memang lumayan, namun Selia tidak pernah menduga ketika dia menggunakan mantra penghilang Soul Jail maka dia akan mengalami perubahan yang sebenarnya mengerikan.

Remaja ini, Aiden, dia tampan, tinggi, matanya tenang dan menghanyutkan setiap hati wanita. Bahkan suaranya... Selia tidak bisa membayangkan apa jadinya bila seorang gadis polos mendengar itu, dia pasti langsung berubah liar dan "menyerang" dengan "ganas".

Untung Selia adalah gadis yang berpengalaman, jadi dia tidak akan mudah tergoda. Meski begitu, Selia tidak yakin dia bisa bertahan cukup lama dengan keadaan seperti ini, dia takut dia tiba-tiba saja akan berubah liar dan "menyerang" Aiden. Bagaimanapun, Selia tetaplah seorang gadis yang berapi-api dalam urusan cinta.

"Senior?" Tidak mendapatkan balasan dari pihak lainnya, Aiden merasa sedikit aneh. Jadi dia kembali memanggil dengan suaranya yang baru.

Aiden yakin suaranya cukup keras, tapi kenapa seniornya tidak menjawab? Itu yang menjadi perhatian Aiden.

Setelah terdiam beberapa saat, Selia akhirnya membuka mulutnya dengan sebuah, "Ya" lalu kembali hening.

Dia masih tidak percaya ini, Selia sekarang menjadi sulit mengendalikan dirinya ketika suara kedua Aiden terdengar. Pengaruhnya terhadap para gadis akan benar-benar menakutkan di masa depan. Untungnya dia bisa menjadi suami Aiden yang pertama, dia pasti akan memastikan Aiden hanya akan memiliki satu istri yaitu dirinya.

Dengan begitu, Selia tersenyum lebar. Dia tidak ada bedanya dengan orang licik yang ingin memanfaatkan sumber daya hanya untuk dirinya sendiri. Lagipula, siapa cepat dia dapat.

"Kalau begitu senior, bagaimana kalau kita mulai saja pertarungannya sekarang?" Kepulan debu sudah menghilang sejak tadi, dan sekarang bahkan sosok Aiden tampak lebih jelas dan menakjubkan.

Kenapa Selia tidak bisa menyadari keindahan ini lebih cepat sebelumnya? Itu adalah hal yang aneh. Awalnya Selia menganggap penampilan Aiden hanya ada di atas rata-rata, namun sekarang.... sekarang Selia bahkan tidak bisa menolaknya.

Dia memberikan aura yang sangat menyenangkan ketika ada di dekatnya.

Tanpa ragu-ragu Selia menjawab, "Tidak perlu bertarung dan mari kita langsung menikah saja!"