Jarum jam menunjukkan Pukul 16.00, sudah waktunya Aime dan Aryo pulang dari kantor. Aime merapikan barang barangnya untuk kemudian bergegas pulang.
"Ai, pulang bareng yuk!" Siapa lagi kalau bukan Aryo yang mengajaknya. Di dunia ini yang memanggilnya dengan panggilan "Ai" hanya mama,papa dan Aryo.
"Aku bawa mobil, Yo." tolak Aime halus.
"Iya, aku tau kamu bawa mobil. Makanya aku ajak kamu pulang bareng, karena aku gak bawa mobil."
" Lah?"
" Tadi kusuruh Nayla membawa pulang mobilku." Aryo menjawab kebingungan Aime.
" Aku tau sekarang kamu lagi butuh aku disampingmu." Dengan PEDE Aryo menawarkan diri. Aime hanya tersenyum dan menyerahkan kunci mobilnya. Aime sebenarnya merasa lelah hari ini, dia sudah membatalkan keinginannya untuk kerumah mamanya. Tapi, tawaran Aryo tidak terlalu buruk baginya untuk sedikit melupakan kegundahannya.
Sepanjang perjalanan Aime dan Aryo hanya berdiam diri sambil mendengarkan lagu...
" Sandiwarakah selama ini setelah sekian lama kita bersama. Inikah akhir cerita cinta yang selalu aku dibanggakan di depan mereka .... kisah kita berakhir di Januari"
"Lagunya pas ya..." suara Aime terdengar pelan.
" Ai, jangan sedih. Kamu nggak sendiri." Aryo berusaha menghibur sahabatnya. Kemudian Aryo memarkirkan mobil di pinggir taman kota.
" Aku gak mau disini Yo." ungkap Aime, sebelum Aryo mengajaknya turun. " Aku mau ke pantai atau lebih baik kita pulang."
" Baiklah tuan putri Aime." Aryo kembali menghidupkan mesin mobil.
"Ai, jadi apa rencana kamu selanjutnya?" tanya Aryo membuka pembicaraan setibanya mereka di pantai.
"Cari calon suami baru donk." jawab Aime sambil tersenyum, seolah olah dia baik baik saja
" Weitttz... cepet amat move onnya.."
" Hahahaha ... gak lah Yo. Mungkin aku masih mau menenangkan diri dulu. Sampe nunggu yang pas." lanjut Aime.
" Terus kalo Dandi mau ngajak balik lagi gimana?" Aime menjawab dengan gelengan. "Yakin?" Ia menjawab dengan anggukan.
"Kamu kan cinta banget sama dia." lanjut Aryo masih tidak percaya dengan pernyataan Aime.
" Akunya cinta dianya nggak.. Ya mundur lah aku. Capek tau cinta sendiri tu..."
" Lho kata kamu dia cinta kamu."
" Klo cinta aku gak mungkin dia ngehamilin anak orang." Bulir bening mulai mengalir dari pelupuk mata Aime.
" Yang bener Ai, kamu tau darimana?"tanya Aryo penasaran. Walaupun ia tahu Dandi emang brengsek, tapi yang dia tahu semenjak dengan Aime Dandi mengurangi kebrengsengkannya itu.
"Nih." Aime mengeluarkan sebuah handphone dari dalam tasnya. Aryo menggenggam handphone itu. Saat ia menyentuh hp itu, tampak photo Dandi dan wanita lain dilayar ponsel itu.
"Dimana kamu dapet ini?" tanya Aryo tambah penasaran .
"Tadi itu waktu dia maksa aku buat nemuin dia dan ngancem kalo aku gak datang dia bakal mengakhiri hubungan kami terus barengan ama kamu nyuruh aku balik ke kantor. " Aime menarik napas pelan."Aku baru sampe diparkiran kafe tempat janjian ketemu, tapi aku belum bilang kalau aku udah on the way kesana. Terus aku liat cewek berlari terburu buru dan handphone cewek itu jatuh di depan aku. Aku ambillah handphone itu, ngeliat gambar itu aku. Aku gak langsung niat balikin tuh Hp dan aku langsung ngebatalin untuk nemuin Mas Dandi. Karen aku ngerasa ada yang nggak beres."
"Kamu tau dia...?"
"Terus sampe kantor, aku buka hp itu. Beruntungnya gak dikunci hp nya. Semuanya ada disana Yo. Hmmm.... aku rasa ini emang petunjuk buat aku Yo. Kamu buka aja kalo mau tau... aku gak sanggup lagi cerita... " tangis Aime pun pecah. Aryo yang penasaran pun segera membuka ponsel itu. Yah, wanita mana yang tak hancur hatinya melihat kenyataan seperti ini. Aryo membuka WhatsApp di HP itu... dan kontak Dandi ada di obrolan teratas.
đ€ Yank, aq telat... tadi aq testpack n hasil nya garis dua... kamu bakal jadi ayah Yank..
đ© jangan becanda Yank, Mas dua bulan lagi mau nikah dengan Aime
đ€ gak becanda Yank, nih aq kirim gambar Testpacknya.
đ© digugurin aja ya... Kamu sih Mas suruh minum pil KB kamu ogah ogahan.
đ€ Enak aja, Mas harus tanggungjawab atau aq buat batal pernikahan Mas sama Aime
đ© Jangan donk, susah Mas cari cewek bego kayak dia yang bisa mas manfaatin...hahahaha. Tenang, ya... Mas tetep tanggungjawab, tapi kamu jangan buat pernikahan Mas batal ya đđ
Aryo terdiam sesaat. Dalam benaknya ingin rasanya dia ingin menonjok muka Dandi dengan kuatnya. Aryo pun mendekap Aime yang ada di sebelahnya, memberi sandaran untuk Aime meluapkan tangisnya.
" Parahnya Yo, setelah aku inget-inget ini Handphone yang aku beli buat kado ulang tahun Adeknya.Aku mau ngirim kado itu sendiri, tapi dia ngotot biar dia aja yang kirim. Bego gak aku Yo? Bego banget kan?" Aime menjabarkan dengan Isak tangis.
Hatinya memang telah hancur berkeping-keping. Untuk melihat muka Dandi pun ia tak mau.